KATA PENGANTAR

Ide untuk menulis blog ini datang ketika suatu hari aku melihat-lihat kembali album-album foto keluarga waktu kami berdomisili di Harare, Zimbabwe. Ketika itu anak-anak masih kecili-kecil, sekarang ketika mereka sudah beranjak dewasa, mereka pun banyak bertanya pada saat kami membenahi foto-foto ini, aku langsung sadar bahwa foto ini banyak memiliki kenangan dan mengisahkan pengalaman dan perjalanan hidup aku.

Negeri adalah lokasi yang terasa oleh semua panca indera kita. Saat kaki mulai menapak di suatu tempat, maka semua indera kita merasakan apapun yang bisa dilumat, diserap, dicerna dan dinikmati. Semua dapat direkam oleh otak, kamera dijital, perekam video, untuk kemudian dikeluarkan kelak dalam sebuah cerita perjalanan. Mulut dapat berbicara tentang segala yang telah dirasa, tangan dapat menuliskan semua keasyikan pengalaman yang ada. aku menjadi terinspirasi untuk menulis Otobiografi (pengalamanku ini) yang biasanya hanya ditulis orang terkenal,

Malam ini aku mencoba membongkar-bongkar memori ku yang mengendap dalam kepingan peristiwa kurang lebih 20 tahun yang lalu, yakni permulaan tahun 1987. Tahun itu merupakan awal aku bekerja, sekaligus tahun pertama mengenal Negara lain. Ketika kepingan peristiwa itu berkelebat, aku pun tersenyum simpul, mengenang peristiwa yang telah terjadi 20 tahun yang lalu itu. Ya banyak peristiwa-peristiwa yang telah aku lalui diantaranya ketika saat pertama kali aku naik pesawat dan pergi ke luar negeri.

Tidak terasa waktu ini berjalan sangat cepat rasanya, masih teringat dulu waktu masih balita, kedua orang tua sering mengajak aku jalan2 ke taman remaja (sebelahnya Hi-tech Mall) untuk mencari hiburan di sana supaya aku bisa bersenang-senang, trus waktu beranjak, dari TK, SD, SMP, SMA sayang aku tidak bisa menikmati masa-masa kuliah, dan sekarang sudah lebih dari 25 tahun aku meninggalkan bangku SMA itu dengan masa-masa yang indah. Perjalanan hidup itu banyak sekali lika likunya dan dilalui kadang suka tapi juga tidak sedikit merasakan duka pahitnya hidup ini. Tapi bagaimanapun itu puji syukur kehadirat Illa hi Robbi semua bisa dilalui dengan sebagaimana mestinya.

Terus terang saja aku bukan orang yang pintar menulis, bahkan jauh dari pintar. Semalaman bisa jadi aku merangkai kata-kata, akan tetapi hasilnya bisa jadi hanya sebuah tulisan yang jauh dari bagus yang akhirnya aku corat-coret sendiri "Hhh … menulis itu memang tidak mudah.!" Begitu kata aku berapologi",

.Tulisan aku ini mungkin tidak merupakan kenangan yang indah bagi orang lain. Tapi, bagi aku ini merupakan semacam "memorabilia" artinya suatu peristiwa yang patut dikenang. bertujuan sebagai suatu memori berupa episode hidup seorang yang bernama Hary Sudarmanto.

Sekali aku memang bukan seorang yang pintar menulis, maka pembaca tidak akan dapati tulisan yang bagus dalam buku ini. Akan tetapi aku yakin, suatu saat tulisan aku pasti bagus. Kapan itu ? aku tidak tahu. Ya "asal berani mencoba".

Aku berharap buku ini dapat bermanfaat bagi anak-anakku, kerabat dan teman-teman.

Sekecil apapun yang kita lakukan tetap saja punya arti.

selamat membaca …… !!!!

MENGENAI PENULIS

Hary Sudarmanto lahir di Jakarta tanggal 12 Juni 1965, dari pasangan R.Darwono dan R.A. Sutirahayu, sejak kecil sampai usia 21 tahun, Hary mengikuti orang tuanya yang tinggal di Jakarta, Hary sempat mengenyam pendidikan SD di SDN Cawang Timur Pagi (1971 – 1974) SD Negeri Cipinang Cempedak 09 Pagi (1975 – 1977), SMP Negeri 80 Halim P.K (1978 – 1981).dan SMA Negeri 39 Cijantung, (1981 – 1984) lulus pada usia 19 tahun.



Pengalaman bekerjanya dimulai tahun 1987, pada usia 21 tahun, ketika Hary menjadi Local Staff Sub Bagian Administrasi di Kedutaan Besar RI di Harare, Zimbabwe. Dilingkungan KBRI dia dikenal dengan nama panggilan Toto.

Dengan pendidikannya yang minim Hary berusaha menambah pengetahuan dengan mengikuti berbagai kursus untuk menunjang pekerjaannya sehari-hari, sejak di Harare hingga kini berbagai macam kursus telah diikuti antara lain : English as Foreign Language tahun 1989 di ESB International, Harare, Elementry Word Processing tahun 1990 CCOSA, Harare, Komputer Lotus 1-2-3 dan Word Perfect tahun 1991 Compu Serve, Harare, Beginners Business Communications tahun 1991 Harare Polytechnic, Harare, Introduction to Basic Programming tahun 1992 Sutherland Computer, Harare, Introduction to Dbase III+ tahun 1994 Speciss College, Harare, IATA Ticketing and Reservation tahun 1995 Speciss College di Harare, Akuntansi pada tahun 1998 di Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen, Jakarta.

Selain dari pada itu Hary juga mengikuti berbagai macam pelatihan, training dan seminar yang berkaitan dengan bidang pekerjaan yang pernah dijalaninya diantaranya :

  • Seminar UYHD diselenggarakan di Konsulat Jenderal RI di Cape Town, Afrika Selatan (September 1995) dengan Nara sumber dari Direktorat Jenderal Anggaran Depkeu dan Biro Keuangan Deplu;
  • Sales Systems dalam Bidang Property/Real Estate diselenggarakan oleh ERA Indonesia di Jakarta (Maret 1997);
  • Sosialisasi Terpadu RKA-KL, Pelaksanaan DIPA dan Jabatan Fungsional Diplomat diselengarakan di Hotel Danube (Kedutaan Besar RI) di Bratislava, Slovakia (Desember 2006) dengan nara sumber dari Bapenas, Ditjen Anggaran Depkeu dan Biro Perencanaan dan Organisasi Deplu;
  • Sosialisasi dan Bimetk Sistim Informasi Manajemen Keuangan SIMKEU IV +1 AMD diselenggarakan di Hotel President (Kedutaan Besar RI) di Kyiev, Ukraina (Maret 2007);
  • Pelatihan Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN) diselenggarakan di Hotel Sheraton Media, Jakarta (Mei 2008);
  • Sosialisasi Terpadu Keuangan dan Jabatan Fungsional Diplomat diselenggarakan di Kedutaan Besar RI Kairo, Mesir (Desember 2008) dengan nara sumber Bapenas, BPK dan Biro Keuangan, Deplu;
  • Bimtek Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (SAKPA) dan Sosialisasi Sistem Informasi Manajemen Keuangan Real Time diselenggarakan di Konsulat Jenderal RI di Jeddah (Agustus 2009) nara sumber Ditjen Depkeu, Bagian Verifikasi Biro Keuangan, Deplu.

Berbagai pengalaman kerjapun didapatnya sejak mulai dari KBRI Harare pada tahun 1987 hingga terakhir dia dipercaya sebagai Staf Keuangan pada Kedutaan Besar RI di Tripoli, Libya.

Diawali pada bulan Januari 1987 hingga bulan Agustus 1996, Hary mulai bekerja sebagai Pegawai Setempat (Local Staff) pada Kedutaan Besar R.I. di Harare, Zimbabwe, sebagai staff Administrasi Umum dipercaya untuk melaksanakan tugas-tugas guna menunjang aktivitas Kantor Perwakilan yang baru dibuka, Hary mengerjakanya dengan penuh semangat, dan saling bekerja sama sehingga lambat laun menjadikannya seorang yang professional dibidangnya.

Sebagai Staff Administrasi Hary pada mulanya hanya mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya ringan diantaranya memelihara, menjaga dan menyimpan file-file yang berhubungan dengan masalah keuangan, membuat payroll gaji Home Staff dan Local Staff, Tunjangan Sewa Rumah, mengetik Surat-surat dinas, yang dijalani selama kurun waktu 3 tahun lamanya. Dengan adanya pergantian pimpinan, oleh pimpinan yang baru, Hary mendapat tugas untuk jenis pekerjaan yang lebih berat, yang selama ini belum pernah diketahui maupun dipelajari, namun berkat kegigihannya dan mempelajarinya secara otodidak ia dapat mengerjakan seluruh tugas-tugas yang telah didelegasikan oleh pimpinannya, atas kecakapannya pimpinan memberikan kepercayaan kepada Hary sebagai Operator Komputer untuk Sistim Informasi Keuangan sekaligus kepadanya dipercaya untuk menjabat sebagai Kasir, sebuah jabatan yang memilik tanggung jawab besar dan termasuk paling tinggi di kalangan sesama Local Staff.

Hary juga dipercaya oleh Pimpinan untuk membantu tugas-tugas dibidang keprotokolan dan telah berhasil membangun networking yang baik dengan instansi Pemerintah maupun swasta setempat yang sangat dirasakan manfaatnya oleh KBRI Harare.

Dengan kecakapan seperti tersebut diatas, atas rekomendasi dari Pimpinan KBRI Harare, pada bulan Mei 1990 Hary diperbantukan kepada Advance Team untuk membuka Kantor Perwakilan RI di Windhoek untuk menyelesaikan pekerjaan Pertanggung Jawaban Keuangan dan Administrasi lainnya selama kurang lebih 1 bulan.

Pekerjaan ini dijalaninya hingga Mei 1996, pada bulan Juni 1996 Hary di rotasi sebagai Staf Bidang Politik untuk membantu tugas-tugas Kepala Bidang Politik dalam membina hubungan diplomatik antar kedua negara, memonitor perkembangan politik dalam negeri Zimbabwe, yang besar pengaruhnya terhadap kepentingan NKRI. Pekerjaan ini dijalaninya selama kurang lebih 3 bulan hingga akhirnya mengundurkan diri pada bulan Agustus 1996.

Dengan pengalaman kerja yang didapat di Zimbabwe, selama ini membuat Hary optimis untuk mendapatkan pekerjaan baru di kampung halamannya sendiri, berbagai lamaran dikirimkan ke berbagai perusahaan, Hary ingin mencari suasana baru, karena timbul kejenuhan setelah sekian lama bekerja dilingkukangan birokrasi pemerintahan.

Sebuah tantangan baru dihadapi oleh Hary ketika dia diterima bekerja sebagai Marketting Executive di sebuah perusahaan Developer (PT. MASA KREASI), jelas ini bertentangan dengan pengalamannya yang lebih banyak berkecimpung di bidang Administrasi dan keuangan.

Sebuah tugas dibebankan kepadanya untuk melaksanakan kebijakan, prosedur dan program penjualan perumahan, mengembangkan dan mengimplementasikan strategi dan aktivitas penjualan, memimpin dan mengkoordinir tim Penjualan dan Pemasaran. Sebagai suatu yang baru tentunya diperlukan pengetahuan tambahan, untuk itu Hary mengikuti Training mengenai Sales Systems dalam bidang Property/Real Estate.

Dengan mengandalkan networking yang dibangunnya dengan instansi Pemerintah maupun swasta dan presentasi-presentasi yang dilakukan, Hary bersama teamnya berhasil meningkatkan penjualan di perusahaan tempatnya bekerja.

Namun pekerjaan ini hanya dijalaninya selama 3 bulan (Maret 1997 – Mei 1997), karena dirasakan oleh Hary kurang pas dengan backgroundnya, hingga akhirnya dia pindah bekerja pada sebuah anak Perusahaan yang cukup ternama, bergerak dalam bidang Informasi & Technology (PT. PANSYSTEMS) Hary diterima bekerja sebagai Satf Keuangan, tanpa kendala yang berarti, segala pekerjaan yang dibebankan dapat diselesaikan dengan baik, mengingat banyak kemiripan dengan pekerjaan sebelumnya ketika di KBRI Harare. Berkat kerjasama yang baik dengan tim penjualan Hary memperoleh penghargaan dari Pimpinan perusahaan, kinerja yang baik ini juga memberikan kesempatan kepadanya untuk mengikuti pendidikan tambahan yang dibiayai perusahaan untuk lebih memperdalam pengetahuannya dalam bidang akuntansi yang erat kaitanya dengan keuangan, selain dari pada itu untuk mengisi kekosongan formasi oleh Pimpinan perusahaan ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas Manajer Keuangan, dengan jabatan ini Hary dipercaya untuk menandatangi cek dan kertas berharga lainnya bersama-sama dengan Direktur Utama (Joint Account), selain itu bertanggung jawab untuk masalah keuangan, Bimbingan dan arahan dari Pimpinan membuat Hary semakin memahami pekerjaannya, sebelum sempat dipromosikan menduduki Jabatan Manager Keuangan, pada bulan Pebruari 2004 Hary mengundurkan diri dari pekerjaannya karena mendapat pekerjaan baru.

.

Pada bulan Maret 2004 Hary pindah bekerja pada Perwakilan RI di Tripoli, sebagai Staf Keuangan

Berkat pengabdiannya selama bekerja di Perwakilan Republik Indonesia selama 15 tahun, Hary memperoleh penghargaan dari Menteri Luar Negeri pada bulan Agustus 2008.

Selama bekerja di KBRI Hary memiliki berbagai pengalaman penugasan ke Negara-negara diantaranya :

  • Namibia, sebagai staff perbantuan di KBRI Windhoek (Mei 1990 – Juli 1990);
  • Mozambique, advance team koordinasi dengan protokol Kemlu mengenai rencana penyerahan surat kepercayaan Dubes baru (1994);
  • South Africa, menghadiri Penataran UYHD utk Perwakilan kawasan Afrika Tengah dan Selatan di KJRI Cape Town (September 1995);
  • Mozambique, mendata WNI untuk keperluan Pemilu di Quilimane (Januari 1996);
  • Tunisia, tugas kurir ke STB Bank Tunis (Januari 2005);
  • Tunisia, tugas kurir ke STB Bank Tunis (Juli 2005);
  • Tunisia, tugas kurir ke STB Bank Tunis (Oktober 2006);
  • Slovakia, menghadiri Sosialisasi RKA-KL, Pelaksanaan DIPA di KBRI Bratislava (Desember 2006);
  • Ukraina, menghadiri Sosialisasi SIMKEU IV+ AMD di KBRI Kyiev (Maret 2007);
  • Inggris, tugas kurir ke Bank Mandiri London (Maret 2008);
  • Inggris, tugas kurir ke Bank Mandiri London (April 2008);
  • Mesir, menghadiri Sosialisasi Keuangan dan JFD di KBRI Kairo (Desember 2008);
  • Saudi Arabia, menghadiri Bimtek SAKPA dan Sosialisasi SIMKEU Real Time di KJRI Jeddah ( Agustus 2009).

Hary juga memiliki pengalaman persidangan dan kepanitiaan diantaranya :

  • Anggota Delegasi Konperensi Menteri-Menteri Penerangan Negara Non Blok (COMINAC II) di Harare (Juni 1987);
  • Anggota Delegasi RI pada Ministerial Meeting of the Co-ordinating Bureau of Non-Aligned Countries di Harare (Mei 1989);
  • Anggota Delegasi RI pada Konperensi Commission on Human Settlements Thirteenth Session di Harare (Mei 1991);
  • Angota Panitia kunjungan kenegaraan Presiden RI (Desember 1991);
  • Angota Panitia pada Rakor para Kepala Perwakilan RI se Afrika Barat, Timur dan Selatan di Harare (Nopember 1995);
  • Anggota Panitia Pameran & Property, di JHCC, Jakarta (April 1997)
  • Anggota Panitia Pameran INDOCOMTECH, di JHCC, Jakarta (Maret 2002)

Kepengurusan dalam organisasi

· Bendahara KORPRI Sub Unit KBRI Harare (Jan 1987 – Juni 1990)

· Anggota PPSLN KBRI Harare (1996)

· Anggota Pengurus PANS CLUB PT. Pansystems (2002 – 2004)

· Anggota KPPSLN KBRI Tripoli (2004)

· Anggota KPPSLN KBRI Tripoli (2008)

· Anggota Pengurus PCI-NU Libya

Lain – lain :

  • Menguasai Komputer Program MS Office : Excell, Word, Accesss, Power Point & Outlook Express;
  • Mengoperasikan / mencari data melalui internet;
  • Menguasai Program Komputer Akuntansi : ACCT, ACCPAC;
  • Menguasai Program SIMKEU Versi III, IV, IV Plus, IV Plus AMD dan Real Time, versi Biro Keuangan Deplu;
  • Menguasai Program SAKPA dan SABMN versi Departemen Keuangan;
  • Mengetik dengan kecepatan 40 kpm
  • Mengemudikan kendaraan

Hary menikah dengan Dwi Yuliani pada tahun 1992 dikaruniai 3 orang anak : Dessy Putri Haryani, Risky Pradika Anhar dan Muhammad Al-Faiz.(alm).

16 Februari 2010

TERPESONA MELIHAT KA'BAH


SUBHANALLAH. Tergagap. Ka’bah di depan mata.. Ya, Ka’bah. Gambar yang sangat sering ditatap, dirindukan, dan dimimpikan. Kini, bukan mimpi. Bukan gambar. Ini nyata. Baitullah. Bangunan pertama di dunia. Di Tanah asal muasal diri. Rumah Allah di dunia.

Ya, Allah. Selama ini hamba merasa kuat. Kau berkati panca indera, daya pikir, daya ingat. Hilang. Terpana. Terpesona. Diam. Seluruh bagian raga stop. Detak jantung tak berasa. Duh, Baitullah yang hamba rindu-rindukan. Melihatnya. Langsung. Asli. Subhanallah. Tersadar. Segera membuka ‘buku gantungan’, membaca doa. Sungguh ya Allah, inilah pengalaman pertama. Terima kasih ya Allah.

Alloohumma zid baitaka haadzaa taksyiy-riifan wata’zhiman, watakriiman wabirron wamahaabatan; Ya Allah tambahkanlah Baitullah ini kemulyaan, keagungan, kebaikan, dan kewibawaan.


Aduh, Ka’bah berselimut kiswah bertulisan benang emas yang disulam khusus; Allah Jalla Jalalah, la ilaha illallah, Muhammad Rasulullah. Allah Maha Agung, tiada Tuhan selain Allah, Muhammad Pesuruh Allah.

Ya Ka’bah yang dibangun Malaikat, dua ribu tahun sebelum Nabi Adam Diciptakan. Ka’bah tempat tawaf para Malaikat di bumi. Tempat tawaf Nabi Adam sampai ummat Nabi Muhammad SAW. Ka’bah bukan sembarang bangunan, bukan saja bangunan pertama di dunia, tetapi tempat paling terpilih, Rumah Allah, Baitullah. Ya, Baitullah yang telah mengalami perbaikan 10 kali.

Ya, sejak pembangunan (rehabiltasi) keempat oleh Nabi Ibrahim sampai generasi pembangunan ke 10, sebagimana kita kenal, itulah bangunan paling dirindukan manusia di muka Bumi. Jutaan orang silih berganti, apalagi kalau menunaikan umrah, dan mencapai puncaknya pada ibadah haji. Bayangkan, lebih 2 (dua) juta manusia mendatangi makam Nabi Ibrahim untuk menunaikan kewajiban Muslimnya. Kini, seorang anak kampung, Hary Sudarmanto, berdiri terpesona menatap keberadaan dan keajaiban Ka’bah, sesuatu yang dirindukan puluhan tahun.

Aku tidak tahu lagi, jujur saja, tidak merasakan apa-apa dalam artian terharu atau gimana gitu. Mungkin, lebih tinggi dari itu. Atau, memang tidak merasakan nikmat melihat Ka’bah? Tidak meneteskan air mata haru?. Entahlah. Terpana, terpesona di hadapan Ka’bah.

Begitu kah orang terpana, terpesona? Tidak juga, kali. Ketika pertama kali melihat calon isteri, dulu terpesona, tapi sekelabat. Kini, berlama-lama. Tidak mampu mengendalikan diri. Subhanallah. Pasti sudah, kalau ditanya bagaimana melihat Ka’bah (pertama kali) susah mendeskripsikannya. Kalau orang lain mungkin punya haru yang lain.

Yang jelas, puluhan tahun merindukan Ka’bah baru kini terpenuhi. Dan, tiba-tiba penuntun umrah menyadarkan, waktunya tawaf. Aku pandangi lagi Ka’bah, dan Bismillah, kaki dilangkahkan melalui anak tangga. Di hamparan marmar lantai memutar Ka’bah, shalat. Pikiran dan perasaan baru terkendali. Seselesai itu kembali memandangi Ka’bah sampai disadarkan penuntut, beranjak ke ‘lampu hijau’ sejajaran awal tawaf. Kami mengambil posisi. Dan, Allahu Akbar.

Kemudian kami mencari tempat untuk bergabung dengan jamaah lainnya melaksanakan sholat Ashar. Kami mengambil posisi sholat di tempat yang berhadapan dengan pintu Ka'bah dan Al Multazam Dan, Allahu Akbar, selesai sholat selama berdo'a didepan Ka'bah air mataku jatuh bercucuran tanpa dapat ditahan. Perasaanku terharu, terharu karena mendapat kesempatan untuk melaksanaklan Sholat benar-benar dihadapan Ka'bah. Aku bersyukur akhirnya tertunai juga hajjat aku untuk sampai dan melaksanakan sholat di rumah suci Allah ini.
Pak Adam mengajak kami menuju tempat permulaannya Tawaf, kami pun berniat dan mulai melakukan tawaf, dalam keadaan berhimpit-himpit putaran demi putaran kami lakukan tanpa rasa penat. Terasa nikmatnya dapat beribadah mengelilingi Ka'bah bersama ribuan jemaah berbagai bangsa. Terdapat rombongan jemaah dari negara lain yang bertawaf di pimpin oleh ketua masing-masing..
“Ya Allah, tambahkanlah kemuliaan, keagungan, kehormatan dan wibawa kepada Baitullah, Kabah ini. Dan tambahkanlah pula pada orang-orang yang memuliakan, mengagungkan dan menghormatinya di antara mereka yang berhaji atau berumrah dengan kemuliaan, keagungan, kehormatan dan kebaikan.”
Pak Adam memimpin dengan doa demi doa, setiap putaran yang dibaca mulai dari Hajar Aswad sampai Rukun Yamani. Semuanya harus tujuh putaran. Setiap kali melintasi Rukun Yamani, kita disunahkan mengangkat tangan dan melambaikannya seraya berseru; “Bismillahi wallahu akbar!”
Di antara Rukun Yamani dengan Hajar aswad kita membaca; “Robbana atina fiddunya hasanatun wafilakhirati hasanatanwaqina azabannar….”
Ini biasa disebut juga sebagai doa sapujagat. Dan bila kita tak bisa mendengar doa muthowif, sepanjang tawaf tidak mengapa jika hanya menggumamkan doa sapujagat ini. Bahkan doa apapun, doa yang isinya kita pahami. Sungguh Allah Maha Tahu, apa yang kita ingini!
Kami melakukan tawaf di bawah tanpa banyak rintangan. Diusahakan untuk melakukan sholat dua rakaat di Maqom Ibrahim dan Hijir Ismail. Namun, sekali ini, sungguh tak memungkinkan mencapai kedua tempat tersebut. Bahkan Hijir Ismail, entah sejak kapan, sudah dinyatakan tertutup, dijaga oleh para askar. Akhirnya kami sholat dan berdoa khusuk di depan Multazam.
Di sini kulihat hampir semua jamaah mencucurkan air matanya. Mereka sama menyampaikan doa, harapan dan keinginan masing-masing. Maka, selain kusampaikan doa pribadiku, tak lupa kusampaikan doa titipan anak-anak, menantu, ibu dan saudara-saudaraku, para tetangga, sahabat, handai-taulan…
Kemudian melanjutkan ibadah dengan sai. Kami mengawalinya di lantai atas, bukit Safa hingga bukit Marwah. Anda jangan membayangkan ada dua bukit sesungguhnya di areal Masjidil Haram ini, seperti sering dibayangkan oleh orang yang belum pernah berhaji. Demikian pula yang terpeta di benakku sebelum umrah. Nah, kedua tempat yang dimaksud hanyalah berupa gugusan ubin lebih tinggi dibanding lantai di bawahnya.
Sesungguhnya jika tidak disertai gelombang manusia, niscaya kita akan bisa melakukan lari-lari kecil dengan santai. Ini tempat yang nyaman dengan atap yang melindungi kepada kita dari sengatan matahari, bahkan dipasangi AC di berbagai sudut. Sungguh tidak sama situasinya tatkala Siti Hajar dahulu melakoni semua di tempat yang sama.
“Ini simbol perjuangan seorang ibu, Siti Hajar yang berlari-lari mencair air untuk bayinya, Ismail, antara bukit Safa dengan bukit Marwah,” suara muthowif Adam terdengar di antara suara-suara dan doa-doa jamaah lainnya.
Suasana di sini tampak semakin crowded.
Manusia begitu melimpah-ruah, bagaikan gelombang yang silih berganti menggulung-gulung dari segala penjuru mata angin. Untuk mencapai satu kali putaran pun dibutuhkan tenaga ekstra, termasuk kesabaran yang pantang ada putusnya itu.
“Bagaimana keadaan di atas sana?” tanyaku ingin tahu kepada seorang muthowif yang baru kembali dari lantai dua.
“Wuaaah… Mas, Lihat tuh, coba aja tengadah ke atas sana, Mangkin crowded!”
“Nah kan? Crowded yah… rasanya makin sering aja nih istilah kudengar,” komentarku menahan tawa, dan kembali berusaha fokus menyelesaikan putaran demi putaran.
Beberapa jamaah yang melintas di sebelah-menyebelahku, sempat kucermati. Aneh sekali, rasanya banyak pasangan jamaah belia, terutama yang bertampang Arab pakistan. Karena penasaran, beberapa sempat kutanya juga dalam bahasa Inggrisku yang hancur. Benar, 17 dan prianya 18-an.
“Ya Allah, hamba mohon, berilah kesempatan kepada anak-anak dan istriku, limpahilah rezeki-Mu….Undanglah mereka menjadi tamu-Mu, ya Rabb,” gumamku sambil berderai air mata.
Setelah selesai melakukan tawaf kami mencari tempat untuk melakukan sholat sunat tawaf sebelum mengerjakan Sai di belakang maqom Ibrahim. Selanjutnya kami menuju\j ketempat Sai yang terletak didalam kawasan Masjidil Haram. Bermula dari Bukit Safa kami berniat dan menuju ke Bukit Marwah. Semangat rasanya di hati dapat beribadah bersama-sama umat Islam berbagai bangsa.
Diawal putaran kami melangkah dengan penuh semangat, hingga beberapa putaran, karena udara panas ditambah lagi berpuasa membuat tenggorokan mulai terasa kering, aku coba untuk tetap bersemangat, karena tidak tahan akhirnya Pak Adam pemandu kami , mengajak berhenti sebentar untuk mengambil air zam-zam, akupun mengikutinya, aku pun mengambil beberapa gelas untuk membasuh muka dan terasa sejuknya begitu menyiramkan air zam-zam kekepala aku, hingga pakaian basah kuyup bermandikan air zam-zam. Barulah reda rasa dahaga dan panas di badanku sehingga dapat melanjutkan putaran-putran berikutnya.
Setelah selesai tujuh putaran kami pun menggunting rambut (tahalul) sebagai penyempurnaan Umroh kami.
Alhamdulillah, akhirnya ibadah Ummroh kami selesai pada sore itu.
Sehabis buka dan Sholat Maghrib aku bersiap-sipa untuk meninggalkan Mekkah dengan menyewa taxi dengan bayaran 15 Riyal per orang.
Selama taxi bergerak perlahan melintasi Masjidil Haram, aku menoleh melihat Masjidil Haram untuk yang terakhir kalinya hingga hilang dari pandangan aku. Hati terasa amat sedih meninggalkan Baitullah rumah suci Allah. Kapankah aku mempunyai kesempatan ke sini lagi ?
Tidak banyak yang dapat aku ceritakan tentang Mekkah, karena keterbatasan waktu dalam kunjungan kali ini.
Insya Allah jika ada rezeki dan kesehatan mengijinkan pasti aku akan datang lagi
Dihari yg ke-4 selama mengikuti Sosialisasi di Jeddah, aku mendapat peluang sekali lagi mengerjakan Umroh bersama rombongan peserta Sosilisasi dengan menggunakan bis yang disediakan oleh pihak KJRI Jeddah, Selepas buka bersama dan sholat Maghrib kami bergegas kembali ke Wisnu untuk melakukan persiapan, menjelang waktu Sholat Isya kami berangkat, Ibadah umroh kedua ini dilaksanakan malam hari hingga menjelang masuknya waktu Imsak.
Aku mempunyai pengalaman yang menarik ketika melaksanakan umrah kali pertamanya, Salah satunya tubuh aku merinding dan terahru ketika melihat Kakbah.
Melaksanakan Umrah ke Tanah Suci merupakan suatu pengalaman berharga dan menarik bagi semua orang. Bahkan ada pula yang ingin kembali untuk melaksanakan haji kecil tersebut. Seperti halnya aku yang berniat untuk kembali ke Tanah Suci untuk melaksanakan Umrah. Setibanya di Tanah Suci aku merasa terharu dan bahagia karena dapat menjadi tamu AllahSWT, aku sempat tidak percaya ketika dapat menatap langsung Masjidilharam.
Saat tiba di Tanah Suci, subhanallah senangnya aku bersyukur sekali masih diberik kesempatan untuk mengunjungi rumah Allah SWT, bahkan dengan rasa haru saat pertama kali melihat Kabah. Serta merasakan kebahagiaan yang belum pernah aku rasakan.
Selama ini aku melhat kemegahan Masjidilharam hanya melalui foto, poster, dan televisi. Setelah melihat Kakbah di depan mata, aku langsung mengucapkan Alhamdulillah. Kini aku telah menginjakkan kaki di tempat yang mulia itu.
Pada umumnya banyak para jemaah yang melaksanakan ibadah haji dan umrah yang mengalami kendala selama berada di Tanah Suci, Makkah. Namun bagi aku sama sekali tidak mengalami kesulitan, selalu mendapatkan kemudahan selama di Mekkah tidak seperti apa yang dibayangkan sebelumnya, semua prores ibadah berjalan lancar . Bahkan sejak awal aku sama sekali tidak takut adanya pengalaman buruk karena aku selalu beristighfar.
Satu hal yang perlu disyukuri, yang namanya minuman dan makanan untuk berbuka puasa di Mekkah berkah sekali selain di Masjidilharam banyak para dermawan yang membagikan makanan minuman disetiap jalan-jalan secara gratis.

Wisma Nusantara, Jeddah, 31 Agustus 2008.

WISATA HATI UMROH


Orang lain bisa saja melaksanakan Ibadah Umroh berulang kali tapi tidak mau bercerita mengenai pengalamannya ini. Kenapa aku yang baru pertama kali kesana sibuk-sibuk menulis dan bercerita. Bagi aku antara orang lain dan diri aku terlalu banyak perbedaan. Mungkin sebagai pegawai rendahan seperti aku peluang ke tanah suci hanya sekali untuk seumur hidup. Mungkin ini yang pertama kali dan terakhir kali buat diri aku. Jadi aku ingin berbagi pengalaman.
Pada akhir bulan Agustus 2009 berkat kehendak-Nya aku bisa menghadiri Bimtek SAKPA dan Sosialisasi SIMKEU Real Time di KJRI Jeddah, karena bulan ini bertepatan dengan bulan Suci Ramadhan, sehingga agak sulit untuk mendapatkan visa masuk ke Saudi Arabia karena banyak umat muslim yang berkunjung ke Jeddah untuk melaksanakan ibadah umroh dibulan suci ini, mungkin sudah rejeki aku dan Allah SWT mengabulkan doa-doa yang selalu aku mohonkan sehabis sholat, hingga segala sesuatu berkenaan dengan rencana kunjungan ke Jeddah berjalan lancar, mulai dari Visa, Tiket dan exit re-entry-nya.
Aku pergi ke Jeddah melalui Jordan, dengan menggunakan pesawat Royal Jordan, transit selama 3 jam di Bandara Queen Alia perjalanan dilanjutkan menuju Jeddah. Sekitar pukul 12 malam waktu setempat pesawat Royal Jordan yang aku tumpangi mendarat di Bandara King Abdul Aziz, bandara yang namanya cukup kesohor diseluruh dunia, karena bandara ini merupakan pintu gerbang bagi seluruh umat muslim di dunia yang ingin melaksanakan ibadah Umrah maupun haji. Aku sendiri sering membaca dan melihat melalui media cetak ataupun elektronik mengenai kesibukan Bandara ini dimusim-musim haji, khususnya untuk jemaah haji Indonesia yang jumlahnya sampai beberapa kloter.
Begitu menuruni tangga pesawat aku mengucap Alhamdulillah akhirnya aku telah tiba dengan selamat dan dapat menginjakkan kaki di Tanah Suci Jeddah.
Aku melangkahkan kaki memasuki airport bus yang sudah menunggu untuk membawa kami menuju terminal kedatangan, subhanallah aku melihat begitu banyak orang yang mengenakan pakaian ihram dan putih, sepertinya mereka ingin melakukan ibadah umrah, terlihat antrian panjang dari beberapa loket imigrasi yang sibuk melayani para pengunjung. Setelah sekian lama mengantri kini tiba giliran aku untuk diperiksa, setelah selesai pemeriksaan aku bergegas menuju tempat bagasi, disana sudah menunggu Pak Imam (staff Protokol/Konsuler KJRI Jeddah), oleh beliau kami diantar ke tempat penginapan di Wisma Nusantara (Wisnu).
Keesokan harinya mengingat Acara Sosialisasi baru dibuka lusa, aku dan teman menggunakan kesempatan ini untuk melaksanakan ibadah umrah, tadinya sempat bingung, namun berkat bantuan seorang teman dari KBRI Yaman (Bpk. Eddy Suryadi), akhirnya kami putuskan hari ini untuk melakukan ibadah umrah dengan menggunakan Bis untuk menuju Mekkah.
Untuk yang pertama kalinya aku menggunakan pakaian ihram di hari itu, kemudian aku membaca niat "Labbaika umrotan" "Kusambut panggilan mu untuk melaksanakan Umroh kemudian dilanjutkan dengan membaca Talbiyah : " Labbaikallahumma labbaik, labbaika la syarika laka labaiik, innal hamda wanni'ma laka wal mulku la syarika laka" Kusambut panggilanmu ya Alllah, ku sambut panggilan Mu, tiada sekutu bagimu ke sambut panggilan Mu. Sesungguhnya segala puji nikmat dan kerajaan adalah milik-Mu tiada sekutu bagi-MU.
Tepat pukul 10 pagi kami meninggalkan Wisnu menuju terminal bis, dengan menggunakan bis Saptco kami bergerak menujuh Mekkah selama dalam perjalanan tak henti-hentinya aku membaca talbiyah dan berdzikir dan berdoa sambil sesekali melihat pemandangan yang dilalui dikanan kiri jalan sepanjang perjalanan Jeddah ke Mekkah hanya bukit-bukit yang gundul dan padang pasir yang dapat aku lihat. Tidak ada perkampungan yag terlihat sepanjang perjalanan . Jika ada rumah pun hanya rumah-rumah yang berbentuk kotak yang dindingnya berbatu bata seperti yang sering aku lihat di Libya.
hingga tiba di suatu tempat bernama Asy Syumaisi (Hudaibiyah) kurang lebih 22km sebelum memasuki kota Mekah, aku melihat tanda batas tanah Haram, dengan perasaaan sedikit haru aku membacanya.
Setelah lebih kurang sejam perjalanan aku Sekitar pukul sepuluh pagi kendaraan kami memasuki kota Mekkah Al Mukaramah. Doa pun didendangkan,“Allohumma haza haramuka wa’ ammuka faharrin lahmi wa dami wa sya’ri wabasyari’ alannar, wa aminiminazabika yauma tab’asu ‘ibadawaj’alni min uliya’ika ahli ta’atika.”
Ya Allah, kota ini adalah tanah haram-Mu dan tempat ini adalah tempat aman-Mu pada hari Engkau membangkitkan kembali hamba-Mu, dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang selalu dekat dan taat kepada-Mu.
, ketika kami tiba azan Dzuhur sedang berkumandang, Masjidil Haram yang indah tampak tak jauh dari terminal bis yang aku tumpangi berhenti. Tidak sabar rasa hati aku untuk segera bersholat dan melihat keindahan Baitullah.
Terlihat para jemaah berduyun – duyun menuju Masjidilharam untuk melaksanakan Sholat Dzuhur berjamaah,
Di kiri kanan jalan aku lihat orang bergegas-gegas menuju ke masjid. Di bahu-bahu jalan dipenuhi dengan mobil-mobil yang pengemudinya juga berhenti untuk menunaikan sholat.
Pak Eddy berusaha menghubungi temannya melalui ponsel untuk membantu kami menjadi pendamping melaksanakan Ibadah Umroh, Pak Eddy sepertinya belum ada jawaban dari temannya itu, akhirnya kami memutuskan untuk melaksanakan Sholat Dzuhur terlebih dahulu.
ternyata daya magis Masjidil Haram sangat mempengaruhi jiwa semua jamaah. Terbukti semuanya ingin bersegera memasuki Masjidil Haram. Hanya beberapa menit saja untuk makan dan membersihkan diri, kami segera berkumpul di pelataran Intercountinental yang dibentangi karpet panjang, dan bisa langsung menuju Rumah Allah itu.
Aku bersama teman-teman terus menuju ke Masjidil Haram semakin dekat dengan masjidil haram semakin tidak sabar rasanya untuk melihat Baitullah.
Namun begitu memasuki pintu Masjid kami dilarang masuk karena Pak Eddy membawa sesuatu yang dilarang untuk oleh-oleh temannya, sehingga kami harus mencari tempat melaksanakan sholat di halaman luar mesjid.
selepas sholat Dzuhur, ketika itu matahari betul-betul berada di atas kepala. Teriknya matahari betul-betul mengujiku hari itu. Aku hampi-hampir tidak dapat menahan kepanasannya, kami bertemu dengan seseorang yang diutus oleh temannya Pak Eddy untuk menemui kami, dari Masjidil Haram kami diajak menuju sebuah Hotel berjarak kurang lebih 600 m, disana kami beristirahat, sambil menunggu datangnya Muthowif (orang yang akan memandu kami melaksanakan Umroh). Menjelang waktu Ashar Pak Adam datang, kemudian kami siap-siap menuju Masjidil Haram. Udara di luar terasa sangat panas sekali, kami berjalan kaki menuju Masjidil Haram.
Kami bergerak memasuki Masjidil Haram. Nuansa ibadah sudah terasa sekali. Manusia memenuhi pelataran, dan berdesak-desakan di pintu masuk. Wajah-wajah askar pun tampak serius sekali, terkesan sangat waspada, hingga melakukan sweeping dengan cermat dan ketat kepada setiap jamaah. Beberapa jamaah yang membawa ponsel atau kamera harus gigit jari dan kecewa. Barangnya baru akan dikembalikan setelah usai beribadah di Masjidil Haram.
Doa memasuki Masjidil Haram tidak lupa dibacakan oleh muthowif Rosidi: “Allahumma anatas-salam, wa minkas-salam wa ilaika ya’ uddus-salam fahayyina rabbana bis-salam, wa adkhinal ya zaljalali wal ikram. Allahumaftah li abwaba rahmatika. Bismillahi walhamdulillahi wassalatu wassalamu’ala rasulillah.”
Ya Allah, Engkau sumber keselamatan dan daripada-Mu jualah datangnya keselamatan dan kepada-Mu kembalinya keselamatan. Maka hidupkanlah kami wahai Tuhan, dengan selamat sejahtera dan masukanlah kami ke dalam surga negeri keselamatan. Maha banyak anugerah-Mu dan Maha Tinggi Engkau, wahai Tuhan yang memiliki keagungan dan kehormatan. Ya Allah, bukanlah untukku pintu-pintu rahmat-Mu. Aku masuk masjid ini dengan nama Allah disertai dengan segala puji bagi Allah serta salawat untuk Rasulullah.
, ini merupakan pengalaman pertama kali buat aku masuk ke mesjid semegah itu. Luar biasa sekali. Yang ajaib adalah saat memasuki ruang dalam Masjid. Tiba-tiba saja, seluruh badan aku seperti diguyur kesejukan yang tak bisa aku lukiskan. Barangkali ini karena penataan interior masjid yang sangat mengagumkan. Kesejukannya terasa hingga menyelimuti tiap molekul jiwa aku. Terlihat jamaah sedang malakukan Sholat dan Tadarus Alquran, beberapa orang tampak berzikir dengan tekun. Tanpa terasa, aku dicekam rasa khusyuk yang menyelinap ke sanubari seperti bisikan ilahi. Ada perasaan aman, tenang dan damai yang luar biasa besarnya. Air mata menggenang di sudut-sudut mata. Aku merasa begitu kecil dan kerdil di hadapan sang pencipta. Sebuah pengalaman yang luar biasa., " Manusia sering lupa tentang keberadaannya. Tanpa sadar hal-hal materiil, jabatan, dan kekuasaan membuat kita larut dalam kesombongan dan keangkuhan. Kita perlu sering diingatkan. Ziarah ke makam dan tempat suci selalu menyadarkan kita bahwa sebagai ciptaan Tuhan, kita sama sekali tidak abadi. Seluruh pengalaman aku di Mekkah, ketika sadar bahwa kita kecil dan tidak abadi, saat itulah kita terbebas dari segala nafsu dan ketamakan. Detik itu juga kita mampu merendahkan diri dan menyerah. Ketika pasrah total, barulah kita merasa diguyur kedamaian yang begitu menyejukkan dan menyeluruh.
Matahari semakin bergerak ke titik kulminasi, tapi cuacanya hangat dan sangat bersahabat. Ada arak-arakan mendung dari arah selatan sana. Kucermati berbagai hal menjelang Kabah… Dan akhirnya!

MELIHAT LAUT MATI


Ramadhan yang lalu selepas melaksanakan sosialisasi di Jedah dalam perjalanan pulang memanfaatkan waktu transit agak lama, aku sempatkan keluar dari airport untuk melihat kota Jordan karena kebetulan ada teman dari KBRI Amman, setibanya di Queen Aila Airport Jordan aku dijemput oleh Pak Salah, kenalanku ketika kami sama-sama menerima penghargaan dari Deplu, kemudian dari airport langsung menuju kediaman Bapak Budi untuk istirahat, setelah mencicipi minuman hangat lalu kami istirahat tidur, mengingat bulan Ramadhan, tidurpun tidak nyenyak khawatit terlambat sahur, tepat pukul 4.00 kami melaksanakan Sahur yang telah disiapkan oleh Ibu Budi, kemudian setelah Sholat subuh akupun siap-siap untuk ke airport tapi sebelumnya ingin mengunjungi Laut Mati yang dapat ditempuh sekitar 1 jam, singkat cerita, pukul 5.00 dini hari kami menuju Laut Mati diantar oleh seorang Staff Dari KBRI Amman.
Kesan aku mengenai Amman ibukota Jordan biasa saja, artinya standard seperti kota-kota lainnya yang bersuhu mediterania. Walaupun jalanan lebar tetapi semrauwtnya tetap sama mengingatkan aku akan Tripoli dan Cairo. Anyway nothing special ☺
Tetapi yang membuat aku tertarik adalah mengunjungi Laut Mati (Dead sea) yang terbentang diantara dua Negara yaitu Israle dan Jordan
Danau Laut Mati berada diwilayah Israel dan Yordania.Laut Mati ialah danau yang membujur, merupakan titik terendah di permukaan bumi. memiliki sejumlah keunikan yang patut diperhatikan. Danau Laut Mati merupakan tempat terendah di dunia dengan ketinggian 417,5 meter di bawah permukaan laut! Selain itu, Danau Laut Mati memiliki kadar keasinan air mencapai 33%. Maka tak heran banyak wisatawan dari seluruh dunia datang untuk mengapung di laut itu. Karena kadar keasinannya itu, hampir tidak mungkin makhluk hidup bertahan di dalam Danau Laut Mati. Namun begitu, sejumlah jenis bakteri tertentu masih mampu bertahan di danau tersebut. Sekedar informasi, lumpur Danau Laut Mati sangat berkhasiat mengobati berbaagai macam penyakit kulit.
Inilah yang dinamakan laut mati, karena kandungan garamnya yang tinggi hingga tidak ada mahluk hidup yang bisa hidup didalamnya makanya dinamakan laut mati. Juga orang bisa mengapung disana, seperti digambar diatas.
Memang tak ada yang tak mungkin di dunia ini. Dan soal agama adalah keyakinan, tak semua eksak dan bisa diterima akal secara telanjang. Demikian pula cerita tentang Laut Mati (dead sea).

Menginjakkan kaki di tempat ini, akan terasa sentuhan Islam melalui kisah perjuangan di masa nabi Luth Alaihissalam. Menjadi tanda peringatan akan kekejian perilaku kaum nabi Luth, yang memuja dewa-dewa dan berperilaku menyimpang, saling mencintai sesama jenis.

Semua penduduk Kota Sodom dan Gomorah, termasuk istri nabi Luth, terkubur di dasar bumi. Bekas tanah yang dibalik oleh Allah itulah, yang sekarang jadi laut mati.
Laut Mati (nama Ibraninya: Bahr Lut, Laut Lot, atau: Yam Ha Melah, Laut Garam) terletak 392 m di bawah permukaan Laut Tengah. Tempat yang paling dalam di laut ini mencapai 400 m (ada yang menyebut 417,5 m).

Dengan demikian, bagiannya yang paling dalam di laut ini mencapai 800 m di bawah permukaan Laut Tengah, dan merupakan titik terendah di permukaan bumi. Panjang laut ini 76 km, lebarnya 16 km.

Di sebelah tenggara, Laut Mati dibagi dua oleh suatu semenanjung yang bernama Lisan (lidah) sehingga masing-masing bagiannya tidak sama besarnya. Bagian lebih kecil, di sebelah selatan merupakan semacam danau garam sedalam 6-8 m.

Laut Mati sebenarnya adalah danau yang membujur di daerah antara Israel, Daerah Otoritas Palestina dan Yordania. Laut Mati amat asin, yang membuatnya tak mungkin bagi makhluk hidup untuk hidup, kecuali beberapa jenis bakteri.

Kadar garam air Laut Mati sekitar 30 persen lebih tinggi daripada kadar garam air laut biasanya yang sekitar 3,5 persen. Artinya, di Laut Mati sekitar sembilan kali lebih asin dibandingkan dengan air laut biasa. Sedangkan kadar garam tubuh kita hanya 1-2 persen. Tidak heran, kita akan terapung ketika berenang di Laut Mati.

Wisatawan datang dari seluruh dunia untuk mengapung di sini.
Hal lain yang menarik dari laut mati dan lumpurnya karena berkhasiat mengobati berbagai macam penyakit kulit. Air Laut Mati menyimpan banyak mineral, antara lain magnesium klorida, kalsium klorida, magnesium bromida, sodium dan potasium.

Semua mineral itu menjadi bahan industri kimia setempat yang berkembang dengan baik, dan umumnya dijadikan bahan pembuatan kosmetik yang sangat baik kualitasnya.

Lumpur hitam yang dihasilkan oleh laut ini berkhasiat menyembuhkan penyakit, khususnya penyakit kulit dan otot. Karena konsentrasi garamnya sangat tinggi, di dalam Laut Mati tidak mungkin ada kehidupan organis di dalamnya. Ikan yang terbawa ke dalamnya, langsung mati.

Tidak ada ikan, tidak ada burung yang mencari ikan, tidak ada rumput laut dan lainnya. Menurut penelitian, selama lebih dari 50 tahun terakhir, Laut Mati menjadi lebih asin, dan menyempit.

Sungai Jordan, sumber air tawar laut itu, telah diubah menjadi sumber air pertanian sehingga tidak memberi pengaruh dalam mengimbangi penguapan yang disebabkan temperatur udara padang pasir yang sering kali mencapai 40 derajat Celsius.

Sungai Jordan, memang, tetap mengalir dari Danau Tiberias menerobos Lembah Jordan, dan akhirnya masuk ke Laut Mati. Sungai itu pula yang menjadi saksi sejarah manusia; sejarah permusuhan umat manusia di kawasan Timur Tengah itu. ***

SAAT TRANSIT DI DUBAI


Dalam penerbangan dari Jakarta ke Tripoli ataupun sebaliknya dengan menggunakan pesawat Emirates mau tidak mau harus transit di Bandara udara Dubai yang menjadi Markas Perusahaan Penerbangan paling tersohor di kawasan Midle East selain juga Bandara Dubai ini merupakan Hub untuk penerbangan Afrika-Midle East dan Eropa Barat.
Waktu cuti pulang nganterin anak, ada pemandangan baru di Bandara Dubai, yaitu penumpang transit tidak lagi melewati terminal 2 akan tetapi ke terminal 3, lewat terminal ini,sebuah terminal yang modern dan canggih.masih terlihat jelas suasana baru di terminal ini.
dari mulai mendarat hingga tiba di ruang pemeriksaan semuanya akan berjalan sangat lancar dan tidak ribet.
di dalam terminal 3 ini juga anda dapat makan atawa belanja,sambil nunggu jadwal pesawat tidak ada salahnya kalo anda berjalan-jalan sambil menikmati pemandangan di bandara.oh ya lift di terminal 3 begitu besar,jangan bandingkan dengan bandara soekarno-hatta ya ,bisa bikin sesak nafas.
Jika saya perhatikan staff bandara memiliki penampilan yang menyenangkan untuk di pandang,sehingga kita tidak segan-segan untuk bertanya seandainya ada yang mau kita tanyakan,tertulis secara jelas may i help you di baju-baju para staf bandara,menunjukan komitmen mereka untuk membantu para pengunjung bandara.

SOWAN KE KEDIAMAN SULTAN YOGYA


Keraton Yogyakarta itu sungguh unik. Istana ini masih berfungsi sebagai kediaman Resmi Sultan Hamengkubuwono ke-X, dan selama kami berada di kompleks istana dipandu oleh pemandu wisata yang merupakan abdi dalem Sultan, tidak menggunakan alas kaki dan ternyata mereka amat setia dan menyanjung Sultan diantaranya bahkan fasih berbahasa inggris seperti Ibu Umi pemandu rombongan kami.
Di kediaman raja ini banyak tersimpan benda-benda bersejarah yang sebagian masih digunakan untuk upacara sakral. Bahkan selutruh bangunan dan tempat memiliki makna tersendiri.
KeratonYogya membentang antara Tugu sebagai batas utara dan panggung Krapyak di batas selatan, antara Sungai Code di timur dan sungai Winongo di sebelah barat. Keraton juga terletak antara Gunung Merapi dan Laut Selatan. Karena itu dalam pikiran masyarakat jawa, Keraton diartikan sebagai pusat jagad raya, demikian Ibu Umi menjelaskan kepada kami
Dulunya daerah di kaki Gunung Merapi ini berdiri Kerajaan Mataram yang kemudian dipecah dua menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Surakarta (Solo). Keraton Yogya dibangun oleh Pangeran Mangkubumi, yang kemudian bergelar Sri Sultan Hamengkubuwono (HB) I, pada 1755, di wilayah hutan Beringan. Tanah ini dinilai cukup baik karena diapit dua sungai sehingga terlindung dari kemungkinan banjir. Akibat gempa pada 1867, Keraton rusak berat pada 1889 semasa HB VII bagunan dipugar.
Diantara beberapa banguan di kompleks Keraton, Bangsal Prabayeksa menjadi tempat paling menarik. Disinilah senjata-senjata pusaka Keraton disimpan. Di ruangan ini terdpat lampu minyak Kyiai Wiji, yang selalu dijaga agar tidak padam. Ada sembilan pintu masuk ke masing-masing tempat di Keraton yang disebut regol, yaitu gerbang pangurukan, tarub agung, brajanala, srimanganti, kemagangan, gadhung mlati, kemandhungan dan gading.
Keraton memang sakral namun juga menjadi sumber pendapatan masyarakat sekitar areal parker yang sanagt luas dimanfaatkan pedagang yang menjual beragam oleh-oleh khas Yogya.
Selesai dari tempat ini kami menuju sebuah restaurant untuk makan siang setelah menuju ke airport untuk kembali ke Jakarta.***

6 JAM DI YOGYA


Mirip kisah jaman perang … kunjungan singkat yang tidak lebih dari 6 jam ini benar-benar aku manfaatkan, meskipun sempat beberapa kali ke Yogya tapi belum pernah yang namanya menginap di kota ini, demkian juga dengan kunjungan kali ini.
Setelah mengunjungi Candi Borobudur di Magelang, aku dan rombongan mengunjungi Yogya. Ketika berkunjung ke Yogyakarta tidak lengkap rasanya bila tidak menyambangi Keraton.
Sebelum mengunjungi Keraton bis yang kami tumpangi berputar melewati sebuah jalan yang cukup terkenal di kota Yogya ini yaitu jalan Malioboro yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke perempatan Kantor Pos Yogyakarta yang terdiri dari Jalan Pangeran Mangkubumi dan Jalan Jend. A. Yani, Jalan ini merupakan poros Garis Imaginer Kraton Yogyakarta.
Terdapat beberapa obyek bersejarah di jalan ini antara lain Tugu Kraton, Stasiun Tugu, Gedung Istana Negara, Pasar Beringharjo, Benteng Vredeburg dan Monumen Serangan Oemoem 1 Maret.
Jalan ini sangat terkenal dengan para pedagang kaki lima yang menjajakan kerajinan khas jogja dan warung-warung lesehan di malam hari yang menjual makanan gudeg khas jogja serta terkenal sebagai tempat berkumpulnya para Seniman-seniman-seniman yang sering mengekpresikan kemampuan mereka seperti bermain musik, melukis, hapening art, pantomim dan lain-lain disepanjang jalan ini.
Ada sebuah pemandangan baru yang terlihat oleh aku di kota Yogya ini, alat transportasi yang jauh lebih modern dari becak dan andong yang aku ketahui selama ini, yaitu sebuah minibus bertuliskan TransJogja yang merupakan sebuah sistem transportasi bus cepat, murah dan ber-AC di seputar Kota Yogyakarta.
Sistem yang menggunakan bus (berukuran sedang) ini menerapkan sistem tertutup, dalam arti penumpang tidak dapat memasuki bus tanpa melewati gerbang pemeriksaan, seperti juga TransJakarta. Selain itu, diterapkan sistem biaya ganda: sekali jalan dan berlangganan. Untuk mendapatkan jasa itu, pengguna perlu membeli karcis yang diperiksa secara otomatis. Penumpang dapat berganti bus tanpa harus membayar biaya tambahan, asalkan masih dalam satu tujuan.

MEMBUKA PAGI DI BOROBUDUR


Tepat dini hari pesawat Lion Air yang aku tumpangi dari Denpasar mendarat di Lanud Adi Sucipto Yogyakarta.
Aku dan rombongan tiba di bandara Adisucipto Yogyakarta kira-kira pukul 6 pagi WIB, setelah selesai urusan di airport, dipelataran tampak telah menjemput kami sebuah bis pariwisata "BIMO", yang akan membawa aku dan rombongan mengunjungi bebrapa obyek wisata yang terdapat di Yogyakarta, diantaranya adalah Candi Borobudur, Candi Prambanan dan Keraton Yogyakarta. Kami bergegas menuju bis yang akan membawa kami menuju Borobudur, Perjalanan menuju candi hanya memakan waktu + 1 jam, Bersama Mas Kirno (Guide) kami melesat menuju candi.
Ini juga merupakan kunjungan yang pertama kalinya ke Borobudur, meskipun baru sekali ini aku berkunjung kesana namun penuh arti, karena dengan demikian aku dapat mempelajarai kehidupan Sidharta Gautama melalui relief-relief yang terdapat pada dinding candi. Sungguh suatu pengalaman baru yang seru ..!
Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra.
Nama Borobudur
Banyak teori yang berusaha menjelaskan nama candi ini. Salah satunya menyatakan bahwa nama ini kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu artinya "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras. Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya. Misalkan kata borobudur berasal dari ucapan "para Buddha" yang karena pergeseran bunyi menjadi borobudur. Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara" dan "beduhur". Kata bara konon berasal dari kata vihara, sementara ada pula penjelasan lain di mana bara berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya kompleks candi atau biara dan beduhur artinya ialah "tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti "di atas". Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau asrama yang berada di tanah tinggi.
BERKENALAN DENGAN SIDHARTA
Jangan heran dianggap "basi" jika Anda mendatangi Borobudur sekedar untuk naik ke puncak dan berfoto di atas. Banyak yang belum tahu bahwa mengamati serangkaian batu yang tersusun menjadi kesatuan candi megah inilah letak keasyikan berplesir ke Borobudur. Batu-batu ini merupakan relief (bercerita tentang ajaran agama Budha), yang dipahat pada abad ke-8, berdasarkan beberapa buku kuno, diantaranya bukuLalivastivana. Kita boleh berbangga, karena hanya borobudur yang punya 120 panel relief yang menggambarkan kehidupan Sidharta yang komplet.
Mengunjungi candi yang dibangun 3 abad sebelum Angkot Wat di Kamboja ini bagaikan membaca buku besar tentang ajaran Budhisme. Tapi jika mengamati sendiri, hingga dahi berkerut pun tidak akan membuat aku mengerti jalan cerita pada relief itu. Pahatan berbentuk binatang, dewa dan benda-benda alam, yang penuh makna, bikin penasaran. Untung saja ada Mas Kirno, guide dari Himpuan Pramuwisata Indonesia. Segera saja Mas Kirno aku todong untuk mendongeng.
Ada aturan mengelilingi borobudur, bernama Pradaksina, yakni dimulai dari lantai terbawah. Masuknya dari pintu timur, searah matahari terbit, untk menghormati roh dan agar jiwa mendapat pencerahan. Sebelum naik ketingkat berikut, terlebih dahulu mengelilingi candi searah jarum jam.
Setiap tingkat menggambarkan alam semesta. Lantai dasar disebut Kamadhatu, melambangkan dunia penuh nafsu. Tingkat 2 hingga 6 disebut Rupadhatu, menggambarkan dunia yang dipenuhi nafsu, mulai terkontrol berkat pengamalan ajaran Budhisme. Tingkat 7 hingga puncak disebut Arupadhatu, yakni dunia yang tidak lagi tersentuh nafsu.
Lalu mulailah kami mengikuti Borobudur Intelectual Tour, sesuai aturan. Di lantai dasar aku melihat bagian dasar candi yang disebut Mas Kirno sebagai "kaki-kaki" palsu. Batu-batu polos yang mengelilingi dasar candi itu rupanya menyembunyikan 160 relief ! ini ditemukan tanpa sengaja oleh J.W. Ijzerman, seorang arsitek Belanda di tahun 1885, yang melihat bagian aneh berupa pahatan di antar celah batu polos.
Sebagian "kaki" palsu disebelah tenggara candi lalu dibongkar, agar pengunjung tahu bahwa serangkaian batu polos di dasar candi itu tidak asli. Cerita di relief itu diambil dari buku kuno mengenai hukum karma, Karmawibhangga. Ada yang tentang azab, digambarkan melalui tiga orang yang wajah rupawannya berubah buruk akibat menyebarkan aib sesamanya Wah, rupanya di abad ke-8 orang sudah bergosip!.
Tingkat kedua candi menyimpan banyak cerita seru tentang Sidharta, mulai dari proses kelahiran hingga mengalami 570 kali reinkarnasi sepanjang hidupnya. Rupanya, sejak kecil Sidharta sudah sakti. Dengan membaca relief dibawah panduan Mas Kirno, terlihat bahwa bayi Sidharta lahir melalui sisi samping paha Ratu Dewi Maya. Di panel berikutnya, terlihat bayi Sidharta langsung bisa berjalan dan pada 7 langkah pertamanya, tumbuh bunga teratai. Ada pula saat Sidhartha bereinkarnasi menjadi rusa berkaki delapan.
"Berwujud rusa ajaib, Sidharta diburu oleh bangsawan yang tengah berkuda di hutan. Walau diburu nafsu dan bertunggangkan kuda besar, bangsawan kalah cepat oleh kelihaian rusa, lalu terjerembab ke sungai. Lagi-lagi, bermodal kehebatan delpan kakinya, rus adengan luwes menolong bangsawan tersebut tanpa dendam," tutur Mas Kirno.
Mengitari candi searah jarum jam, aku tertarik pada relief berpahat kera-kera bermuka panic. Rupanya, pohon tempat para kera bernaung adalah pohon berbuah lezat incaran raja istana. Geram pada kera yang tidak beranjak dari pohon, raja yang tengah "ngidam" buah memerintahkan para pembantu untuk memanah dna melempar tombak ke arah kera. Mustahil pmenuruni pohon, para kera lalu "menyeberang" ke pohon lainnya menggunakn jembatan dari ekor panjang raja kera yangmerupakan reinkarnasi Sidharta. Namun karena jumlah kera terlalu banyak, raja kera terjatuh ke tanah akibat keletihan, lalu mati. "Pesan moralnya, bantuan dan pengorbanan itu melebihi segalanya." Jelas Mas Kirno, yang menghabiskan msa kecilnya bermain petak umpet disini.
Saat berusia 19 tahun, Sidharta sudah bikin patah hati banyak wanita. Saat menjalani fase sebagai raja tampan yang tengah mencari jodoh, ia langsung disambut antrean kaum hawa diistana. Namun saat pembagian cendera mata, tak ada yang berani menatap Sidharta, karena khawatir wajah matre mereka terbaca olehnya. Hanya tamu terakhir di malam itu, seorang putrid suci Yashodara, yang berani menatapnya. Spontan raja menjatuhkan pilihannya pada putrid Yashodara, yang dibuku kuno dikisahkan menjadi satu-satunya orang yang pernah melihat wajah Sidharta, semasa reinkarnasinya sebagai raja tampan.
MENUJU NIRWANA
Kami lalu mengikuti Mas Kirno kea rah atas, sempat berhenti di tingkat 4, menyaksikan relief tentang sosok bernama Maitreya. "Pendeta-pendeta Budha dari Nepal yang pernah aku temui, berkata, setiap 5000 tahun sekali akan ada orang Budha yang mendapat pencerahan tertinggi . Walau kedatangan Maitreya akan diwarnai pertentangan, dialah yang akan menggantikan Sidharta," Ucap Mas Kirno. Pahatan tangan Maitreya terlihat berada dalam sikap tangan witarka Mudra (artinya memberikan pengajaran).
Relief di tingkat 6 menggambarkan transis dari alam Rupadhatu ke Arupadhatu. Di tingkat 7, relief yang bercerita tentang gejolak kehidupan tergantikan oleh stupa-stupa besar dengan patung Budha. Dari sini hingga ke tinggkat 9 melambangkan surga bagi kaum Budha. Surga itu bukanlah sebuah tempat khusus, melainkan suasana yang tercipta didalam hati.
Ooh, pantas saja, ketika berdiri tepat di titik ini, aku merasa amat tenang dan damai ….. Surga yang digambarkan disini tidak seperti syurga yang kitra bayangkan di alam baka, karena patung Sidharta bersikap tangan Dharmacakra Mudra, yang artinya masih adanya pergerakan dalam roda kehidupan.
Ukuran patung Budha yang besar di dalam stupa rupanya dibuat dari satu bongkah uth batu Gunung Merapi. Oleh pekerja-pekerja Raja Samaratungga di masa Dinasti Syailendra, 2 juta bongkah batu diseret sejauh 50 kilometer dari gunung, menggunakan bantuan tenaga gajah dan kuda. Seperti pemasangan batu-batu lain, stupa dikunci ke dalam posisi, menggunakan sistem semacam jigsaw puzzle atau lego! Wuihh, canggih!.
Bentuk stupa yang menyerupai bel adalah desain Sidharta untuk menempatkan abu kremasinya saat ia wafat nanti. " Didepan umatnya, instruksi Sidharta dimulai dengan melepas lapisan terluar dari enam lapis jubahnya, dilipat, lalu ditaruh di tanah. Jika melihat pahatan bunga lotus di sekeliling dasar stupa, inilah perlambang jubah terlipat tersebut. Sebuah mangkuk lalu ditaruh diatas jubah dalam posisi tertelungkup untuk menutupi abu dirinya nanti. Terakhir tongkat yang dibawanya, ditaruh diatas mangkuk secara vertical. " jelas Mas Kirno.
Diantara 73 stupa, ada stupa terkenal tanpa bagian atas stupa, sehingga menampakkan patung Budha didalamnya. Kepala patung ini rupanya sempat hilang, namun di sambung kembali pada pada saat restorasi UNESCO di tahun 1973 – 1980.
Aku bergerak menuju kearah stupa dengan patung Budha yang oleh orang-orang non Budhis dijuluki Kunto Bimo. Entah mengapa, tokoh Bima dari cerita Ramayana menjadi sebutan untuk patung Budha yang sebenarnya adalah Sidharta. " Katanya di stupa ini banyak yang menaruh koin atau bunga kenanga sebagai tanda keberuntungan. Jika bisa menyentuh badan sang Budha, cita-cita kita bisa terwujud." Kata Mas Kirno.
Stupa yang pantas diabadikan adalah stupa induk, yakni stupa tak berpatung Budha dipuncak candi. Stupa ini adalah tempat akhir Sidharta saat mencapai wujud sempurnanya sebagai Sang Budha. Saat terjadi gempa, dinding sebelah timur stupa induk ini runtuh, menampakan sebuah ruang kosong di dalamnya. Kekosongan ini dibuat sengaja untuk mencerminkan jiwa Sang Budha yang tidak lagi memiliki nafsu.

DENPASAR MOON


Judul sebuah lagu yang mengingatkan kita akan sebuah pulau yang sangat di kenal di seluruh dunia. Aku jadi teringat ketika masa-masa awal di Zimbabwe, masyarakat disana kebanyakan belum begitu mengenal Indonesia, dan sudah menjadi kewajiban sebagai pegawai Kedutaan untuk mempromosikan pariwisata dan budaya Indonesia, untuk itu berbagai informasi pun dicari untuk dapat memberi penjelasan kepada masyarakat Zimbabwe yang membutuhkan termasuk diantaranya Pulau Bali yang cukup terkenal di manca negara, yang lebih terkenal dari pada Negara Indonesia itu sendiri, ada beberapa teman yang sempat bertanya kepada aku : "Indonesia itu disebelah mananya BalI..?". Sejak itu berbekal informasi yang didapat dari berbagai sumber aku sering mempromosikan Bali ini sebagai salah satu Obyek wisata yang paling favorit, yang lucunya aku sendiri belum pernah mengunjungi pulau Bali, namun dengan gaya seorang Marketing berusaha merayu para wisatawan untuk berkunjung ke Indonesia, dengan menjual Bali sebagai iming-imingnya.
Berkat kehendaknya sore ini aku menginjakkan kaki di Bandara Internasional Ngurah Rai Denpasar, kedatangan aku dan rombongan disambut oleh kalungan bunga kamboja oleh gadis bali yang manis, kemudian oleh pemandu Wisata kami diminta untuk menaiki bus Pariwisata.
Tujuan wisata pertama yang kami kunjungi hari itu adalah Uluwatu. Dari Bandara perjalanan sekitar 1 jam, sampai di Uluwatu sekitar jam 18.00. Yang istimewa dari tempat ini adalah lokasinya yang berada disebuah bukit dan beberapa ratus meter di bawah tampak pantai dengan ombak yang cukup besar. Di salah satu sisi bukit terdapat semacam pura. Sementara disalah satu sisi lainnya terdapat panggung tari.
Saat kami tiba di Uluwatu matahari mulai perlahan tenggelam di ufuk barat, pertunjukkan tari kecakpun dimulai sambil menikmati indahnya sunset, kami menyaksikan ratusan penari membentuk sebuah lingkaran bersiap siap melakukan pementasan tari bali yang terkenal hingga ke manca negara, yaitu tari kecak merupakan sebuah drama tari Bali yang penarinya berkisar antara 50 sampai 150 orang penari yang sebagian besar adalah pria, mereka menari denagn membuat paduan suara, "cak, cak, cak" yang iramanya ditata sedemikian rupa, sehingga menghasilkan suatu paduan yang sangat harmonis, diselingi dengan beberapa aksen dan ucapan-ucapan lainnya.
Cerita dalam tari kecak mengambil lakon Ramayana dengan beberapa tokoh pewayangan yang terkenal seperti Rama, Sinta, Hanoman dan Rahwana yang berperan sebagia tokoh antagonis.
Tempat ini juga banyak monyetnya. Monyet di uluwatu ini usil banget mereke kerap merebut kacamata, topi, tas maupun HP pengunjung.
Sebelum beranjak kembali ke Bus, kami menunggu sunset. Sekitar jam 18.30 sunset pun muncul di ufuk barat indah sekali.
Uluwatu yang terletak diujung selatan pulau Bali dan mengarah ke Samudra Hindia, merupakan tempat wisata yang menawan
Setelah selesai menononton pementasan tari kecak kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju kawasan jimbaran untuk makan malam berupa olahan berbagai menu dari hasil laut yang lezat sambil menikmati indahnya malam dan desiran lembut ombak di Pantai Jimbaran.
Selesai makan kami menuju Hotel untuk beristirahat karena keesok hari sudah dijadwalkan untuk mengunjungi beberapa obyek wisata lainnya di Bali,
Hari kedua berada di Pulau Dewata kami dijadwalkan untuk melakukan perjalanan ke Ubud atau Kintamani setelah melewati sanur sampailah kami di Batubulan untuk menyaksikan pertunjukkan tari Barong yang terkenal itu .
Barong Ket atau Barong Keket adalah tari Barong yang paling banyak terdapat di Bali dan paling sering dipentaskan serta memiliki perbendaharaan gerak tari yang lengkap. Dari wujudnya, BarongKet ini merupakan perpaduan antara singa, macan, sapi atau boma. Badan Barong ini dihiasi dengan ukiran-ukiran dibuat dari kulit, di temple kaca cermin yang berkilauan dan bulunya dibuat dari perasok (serat dari daun sejenis tanaman mirip pandan) ijuk atau ada pula dari bulu burung gagak.
Unutk menarikannya Barong ini diusung oleh dua orang penari yang disebut Juru Saluk/Juru Bapang, satu penari dibagiankepala dan yang lainnya di bagian pantat dan ekornya. Tari Barong Keket ini melukiskan tentang pertarungan kebajikan (dharma) dan keburukan (adharma) yang merupakan paduan yang selalu berlawanan (rwa bhineda). Tari BarongKet ini diiringi dengan gamelan Semar Pagulingan.
Dari beberapa sumber, ada yang mengatakan tari ini aslinya berasal dari negeri Tirai Bambu Cina karena menyerupai tarian Barongsai. Tapi yang pasti walau darimana pun aslinya, tidak masalah, karena tariannya sarat akan nilai cerita dan juga diselingi lelucon segar.
Selesai menyaksikan pertunjukkan tari Barong kami melanjutkan perjalan ke Kintamani, tempat ini merupakan tujuan wisata paling favorit bagi wisatawan asing maupun domestic dengan suasana perbukitan yang segar. Daya tarik utama dari kawasan Kintamani adalah pemandangan Gunung dan Danau Batur. Gunung Batur merupakan gunung yang masih berstatus aktif dan tertinggi kedua setelah gunung agung di Besakih. Setibanya ditempat ini di sebuah Resaturant menikmati hidangan santap siang sambil menikmati keindahan danau dan gunung Batur yang menyemburkan asap bersahabat.
Selepas makan siang kami kembali menuju hotel, dalam perjalanan singgah disebuah toko yang menjual oleh-oleh khas bali, pemandu sengaja membawa kami ketempat ini untuk kemudahan, karena ditempat ini kita tidak perlu menawar karena barang di bandrol dengan harga pas. Banyak pernak pernik ditawarkan disitu. Mulai dari gantungan kunci, aksesoris wanita, patung tas, kaos, baju hingga bed cover. Aku hanya sempat membeli beberapa kaos untuk oleh-oleh, karena pengunjungnya begitu padat, jadi kurang nyaman belanjanya. Selain kaos aku tidak lagi menemukan barang yang cocok setelah bayar ke kasir, akupun memilih nunggu rombongan di luar sambil minum soft drink di sebuah depot.
Menjelang malam kami tiba di Hotel, besok pagi-pagi sekali diminta untuk check-out dari hotel karena sesuai jadwal rombongan akan melakukan kunjungan ke Yogyakarta.
Sepertinya belum puas berada di pulau Dewata ini.

SUATU HARI DI GEDUNG PANCASILA


Menjelang siang kami menuju Pejambon untuk menghadiri acara tatap muka dengan Bapak Menteri Luar Negeri bertempat di Gedung Pancasila, sebuah bangunan bersejerah yang terletak di kompleks bangunan gedung Departemen Luar Negeri. Ketika memasuki ruangan aku dan rombongan disambut oleh para Pejabat Eselon 1 & 2 yang sudah hadir terlebih dahulu di tempat acara, diantaranya nampak Bapak Imron Cotan (Sekjen Deplu), Ibu. Dienne (Irjen Deplu), Bapak Priyo Iswanto (Karo Kepegawaian), aku merasa bangga dan terhormat berada diantara para Pejabat Deplu, selang berapa lama Bapak Menlu Hasan Wirayudha hadir, acara segera di mulai dengan sambutan dari Sekjen Deplu, Menlu dan Karo Kepegawaian, dalam sambutannya disampaikan oleh Menlu atas nama Pemerintah mengucapkan terima kasih atas sumbangsih dan kerja sama yang telah diberikan oleh Local Staff didalam mengemban misi diplomasi di Luar Negeri, dilanjutkan dengan acara Tanya jawab dan ramah tamah sambil menikmati hidangan.
Aku masih belum percaya berada di Gedung ini, sambil menicicipi makanan mata aku tak hentinya memandang setiap sudut ruang dari bangunan yang merupakan peninggalan Pemerintahan Hindia Belanda, aku merasa bangga dan terkagum-kagum karena tidak sembarang orang bisa berada di dalam bangunan yang bersejarah ini, tidak juga dengan pegawai Deplu kecuali mereka pejabat senior, konsul jenderal, untuk melaksanakan upacara sumpah jabatan.
Dulu ketika pertama kali menginjakkan kaki di Halaman Depertemen Luar Negeri ketika akan mengurus keberangkatan aku ke Zimbabwe, ada perasaan takut untuk melewati halaman depan Gedung ini, bagi aku ini merupakan bangunan mewah (Istana Mini) jadi setiap harus melewati sana terpaksa berjalan agak terburu-buru khawatir ditegur satpam yang berada di pos tak jauh dari gedung itu, bahkan sama sekali tidak terpikir kalau bisa masuk kedalamnya, sedikit tidak percaya hari ini aku berada didalam ruangan bangunan bersejarah itu.
Gedung ini awalnya dibangun sebagai rumah kediaman Panglima Angkatan Perang yang juga merangkap sebagai Letnan Guberneur Jenderal, karena Departemen Urusan Peperangan Hindia Belanda dipindahkan ke Bandung yang dikuti juga dengan kepindahan Panglima ke kota tersebut, maka gedung bekas kediaman sang Panglima yang oleh Belanda mungkin dipandang cukup memadai untuk tempat persidangan Dewan Perwakilan Rakyat (Volksraad) kemudian diresmikan sebagai gedung Volksraad pada Mei 1918 oleh Gubernur Jenderal Limburg Stirum.
Sejak penyerangan Pearl Harbour oleh Jepang tanggal 8 Desember 1941, membuat Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang tanggal 8 Maret 1942, sejak saat itu gedung ini sering dipergunakan untuk melaksanakan sidang-sidang oleh Pemerintah Militer Jepang di Indonesia hingga akhirnya terbentuk Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemrdekaan (BPUPK)
Dalam sidang BPUPK tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno menyampaikan pokok-pokok pemikirannya mengenai Dasar Negara Kita, kemudian tanggal tersebut dijadikan tanggal bersejarah, yang dikenal dengan Lahirnya Pancasila.
Sejak Amerika Serikat menjatuhkan Bom Atom pertamanya di Hiroshima, Pemerintah Militer jepang di Indonesia menyetujui Pembentukan Panitia Persiapan Kemrdekaan Indonesia (PPKI) yang seluruh aktivitas kegiatannya dilaksanakan di gedung ini sampai diproklamirkannya Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Sampai saat ini belum ditemukan catatan dan belum ada pihak yang meyatakan dengan tegas mengenai penamaan resmi Gedung Pancasila. Namun secara obyektif terdapat kenyataan sejarah bahwa di gedung ini para pemimpin bangsa telah mengambil keputusan sejarah yang sangat penting ketika pada bulan Mei, Juni dan Juli 1945 secara sepakat menentukan dasar negara yang akan dijadikan landasan bagi berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu PANCASILA.
Keesokan harinya bertepatan dengan peringatan HUT RI ke-63, kami dijadwalkan untuk mengikuti Upacara di Halaman Gedung Depertemen Luar Negeri, sekaligus secara simbolis Bapak Menlu akan menyerahkan piagam penghargaan dalam rangkaian acara Upacara HUT RI tersebut, setelah selesai mengikuti Upacara kami bergegas kembali ke Hotel untuk persiapan perjalanan ke Bali menggunakan pesawat.

AKHIRNYA KE MONAS JUGA


Meskipun lahir dan besar di Jakarta, aku baru pertama kali menginjakan kaki di Monas ya kemarin itu bersama rombongan penerima penghargaan Menlu, kasian deh gue …. ?
masih tidak percaya ketika aku menegaskan bahwa aku juga belum pernah ke Monas selama ini kepada teman-teman serombongan, yang sebagian besar orang asing tapi aku tidak perduli karena yang penting tujuan aku tercapai, Sang Guide telah mengantar kami ke Monumen Nasional yang bersejarah itu.
Kami tiba di Monas sekitar jam 10 lebih setelah selesai makan pagi di Hotel, matahari tiba tiba muncul dan menjadi sangat panas ketika kami berhenti di parkiran Monas.
Setelah membeli karcis masuk masing masing seharga Rp 3,500 kami berjalan kaki melalui jalan penghubung dibawah tanah menuju bangunan Monas.
Puas mengambil gambar di pusat bangunan yaitu ruangan besar dengan diorama di sekeliling tembok yang memperlihatkan miniatur cikal bakal negara Indonesia dari berbagai kerajaan di nusantara, kami pun ingin melanjutkan ke puncak bangunan yaitu pelataran yang tepat berada di bawah emas Monas seberat 12 kg yang terkenal itu.
Baru saja berdiri di antrian yang lumayan panjang, tepat jam 12, kami mendengar pengumuman bahwa loket karcis untuk menuju ke puncak Monas sudah ditutup.
Awalnya kami merasa beruntung karena sempat membeli karcis masing masing seharga Rp 7,500 untuk dewasa sebelum loket ditutup namun setelah mengantri kebih dari satu jam dan mendapat informasi bahwa lift yang menuju ke puncak hanya ada satu, aku sempat berniat mengurungkan keinginan kami ke atas.
Devendra (sang guide) juga mengingatkan bahwa kami sudah jauh mengantri jadi sayang jika kami memutuskan pulang karena belum tentu dalam 5 tahun ke depan kami punya kesempatan lagi untuk ke Monas (lebay ya…. tapi memang demikian koq, biasanya semakin mudah kita pergi ke suatu tempat semakin malas kita untuk ke sana).
Akhirnya setelah 2 jam lebih mengantri, kami sampai juga di lift itu. Alangkah terkejutnya aku ketika petugas lift membiarkan 13 orang dewasa termasuk dirinya berada di lift. Lima menit di dalam lift itu sama lamanya dengan mengantri masuk lift buat aku. Aku tambah kaget ketika keluar dari lift, aku melihat lagi antrian orang yang ingin turun meskipun tidak sepanjang antrian yang naik namun tak urung, aku jadi berniat lebih lama berada diatas.
Masjid Istiqlal dan gedung yang kami kenal terlihat kecil dan taman-taman bunga di sekitar Monas jauh terlihat lebih indah penataannya jika dilihat dari atas. Aku sebenarnya agak enggan untuk turun setelah puas mengambil gambar, mengingat antrian dan kondisi lift tapi kami memang tidak punya pilihan karena turun tangga sangatlah panjang jika kami ingin menggunakannya.
Untungnya antrian turun tidak begitu lama dan kami pun sudah berada di lift setelah menunggu 4 kali lift turun. Ternyata ketika turun pun petugas lift yang baru tetap tidak melarang ketika 15 orang dewasa termasuk dirinya berada di dalam lift bersama 2 anak kecil Setelah lima menit lebih yang mendebarkan, kamipun sampai di lantai 2 yaitu pelataran yang berbentuk kelopak dari bangunan monumen ini. Lagi lagi kami berhenti dan mengambil gambar di situ.
Sekilas mengenai Monumen Nasional atau yang populer disingkat dengan Monas atau Tugu Monas adalah salah satu dari monumen peringatan yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah Belanda.
Monumen Nasional yang terletak di Lapangan Monas, Jakarta Pusat, dibangun pada dekade 1961an.
Tugu Peringatan Nasional dibangun di areal seluas 80 hektar. Tugu ini diarsiteki oleh Soedarsono dan Frederich Silaban, dengan konsultan Ir. Rooseno, mulai dibangun Agustus 1959, dan diresmikan 17 Agustus 1961 oleh Presiden RI Soekarno. Monas resmi dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975.
Pembagunan tugu Monas bertujuan mengenang dan melestarikan perjuangan bangsa Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan 1945, agar terbangkitnya inspirasi dan semangat patriotisme generasi saat ini dan mendatang.
Tugu Monas yang menjulang tinggi dan melambangkan lingga (alu atau anatan) yang penuh dimensi khas budaya bangsa Indonesia. Semua pelataran cawan melambangkan Yoni (lumbung). Alu dan lumbung merupakan alat rumah tangga yang terdapat hampir di setiap rumah penduduk pribumi Indonesia.
Lapangan Monas mengalami lima kali penggantian nama yaitu Lapangan Gambir, Lapangan Ikada, Lapangan Merdeka, Lapangan Monas, dan Taman Monas. Di sekeliling tugu terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa lapangan terbuka tempat berolahraga. Pada hari-hari libur, Minggu atau libur sekolah banyak masyarakat yang berkunjung ke sini.
Bentuk Tugu peringatan yang satu ini sangat unik. Sebuah batu obeliks yang terbuat dari marmer yang berbentuk lingga yoni simbol kesuburan ini tingginya 132 m.
Di puncak Monumen Nasional terdapat cawan yang menopang berbentuk nyala obor perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35kg. Lidah api atau obor ini sebagai simbol perjuangan rakyat Indonesia yang ingin meraih kemerdekaan.
Pelataran puncak dengan luas 11x11 dapat menampung sebanyak 50 pengunjung. Pada sekeliling badan elevator terdapat tangga darurat yang terbuat dari besi. Dari pelataran puncak tugu Monas, pengunjung dapat menikmati pemandangan seluruh penjuru kota Jakarta. Arah ke selatan berdiri dengan kokoh dari kejauhan Gunung Salak di wilayah kabupaten Bogor, Jawa Barat, arah utara membentang laut lepas dengan pulau-pulau kecil berserakan. Bila menoleh ke Barat membentang Bandara Soekarno-Hatta yang setiap waktu terlihat pesawat lepas landas.
Dari pelataran puncak, 17 m lagi ke atas, terdapat lidah api, terbuat dari perunggu seberat 14,5 ton dan berdiameter 6 m, terdiri dari 77 bagian yang disatukan.
Pelataran puncak tugu berupa "Api Nan Tak Kunjung Padam" yang berarti melambangkan Bangsa Indonesia agar dalam berjuang tidak pernah surut sepanjang masa. Tinggi pelataran cawan dari dasar 17 m dan ruang museum sejarah 8 m. Luas pelataran yang berbentuk bujur sangkar, berukuran 45x45 m, merupakan pelestarian angka keramat Proklamasi Kemerdekaan RI (17-8-1945).
Pengunjung kawasan Monas, yang akan menaiki pelataran tugu puncak Monas atau museum, dapat melalui pintu masuk di seputar plaza taman Medan Merdeka, di bagian utara Taman Monas. Di dekatnya terdapat kolam air mancur dan patung Pangeran Diponegoro yang sedang menunggang kuda, terbuat dari perunggu seberat 8 ton.
Patung itu dibuat oleh pemahat Italia, Prof. Coberlato sebagai sumbangan oleh Konsulat Jendral Honores, Dr Mario di Indonesia. Melalui terowongan yang berada 3 m di bawah taman dan jalan silang Monas inilah, pintu masuk pengunjung ke tugu puncak Monas yang berpagar "Bambu Kuning".
Landasan dasar Monas setinggi 3 m, di bawahnya terdapat ruang museum sejarah perjuangan nasional dengan ukuran luas 80x80 m, dapat menampung pengunjung sekitar 500 orang.
Pada keempat sisi ruangan terdapat 12 jendela peragaan yang mengabdikan peristiwa sejak zaman kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia. Keseluruhan dinding, tiang dan lantai berlapis marmer. Selain itu, ruang kemerdekaan berbentuk amphitheater yang terletak di dalam cawan tugu Monas, menggambarkan atribut peta kepulauan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Kemerdekaan RI, bendera merah putih dan lambang negara dan pintu gapura yang bertulis naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Di dalam bangunan Monumen Nasional ini juga terdapat museum dan aula untuk bermeditasi. Para pengunjung dapat naik hingga ke atas dengan menggunakan elevator. Dari atau Monumen Nasional dapat dilihat kota Jakarta dari puncak monumen. Monumen dan museum ini dibuka setiap hari, mulai pukul 09.00 - 16.00 WIB.
Bentuk Tugu peringatan yang satu ini sangat unik. Sebuah batu obeliks yang terbuat dari marmer yang berbentuk lingga yoni simbol kesuburan ini tingginya 132 m.
Di puncak Monumen Nasional terdapat cawan yang menopang berbentuk nyala obor perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35kg. Lidah api atau obor ini sebagai simbol perjuangan rakyat Indonesia yang ingin meraih kemerdekaan.
Pelataran puncak dengan luas 11x11 dapat menampung sebanyak 50 pengunjung. Pada sekeliling badan elevator terdapat tangga darurat yang terbuat dari besi. Dari pelataran puncak tugu Monas, pengunjung dapat menikmati pemandangan seluruh penjuru kota Jakarta. Arah ke selatan berdiri dengan kokoh dari kejauhan Gunung Salak di wilayah kabupaten Bogor, Jawa Barat, arah utara membentang laut lepas dengan pulau-pulau kecil berserakan. Bila menoleh ke Barat membentang Bandara Soekarno-Hatta yang setiap waktu terlihat pesawat lepas landas.
Dari pelataran puncak, 17 m lagi ke atas, terdapat lidah api, terbuat dari perunggu seberat 14,5 ton dan berdiameter 6 m, terdiri dari 77 bagian yang disatukan.
Pelataran puncak tugu berupa "Api Nan Tak Kunjung Padam" yang berarti melambangkan Bangsa Indonesia agar dalam berjuang tidak pernah surut sepanjang masa. Tinggi pelataran cawan dari dasar 17 m dan ruang museum sejarah 8 m. Luas pelataran yang berbentuk bujur sangkar, berukuran 45x45 m, merupakan pelestarian angka keramat Proklamasi Kemerdekaan RI (17-8-1945).
Pengunjung kawasan Monas, yang akan menaiki pelataran tugu puncak Monas atau museum, dapat melalui pintu masuk di seputar plaza taman Medan Merdeka, di bagian utara Taman Monas. Di dekatnya terdapat kolam air mancur dan patung Pangeran Diponegoro yang sedang menunggang kuda, terbuat dari perunggu seberat 8 ton.
Patung itu dibuat oleh pemahat Italia, Prof. Coberlato sebagai sumbangan oleh Konsulat Jendral Honores, Dr Mario di Indonesia. Melalui terowongan yang berada 3 m di bawah taman dan jalan silang Monas inilah, pintu masuk pengunjung ke tugu puncak Monas yang berpagar "Bambu Kuning".
Landasan dasar Monas setinggi 3 m, di bawahnya terdapat ruang museum sejarah perjuangan nasional dengan ukuran luas 80x80 m, dapat menampung pengunjung sekitar 500 orang.
Pada keempat sisi ruangan terdapat 12 jendela peragaan yang mengabdikan peristiwa sejak zaman kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia. Keseluruhan dinding, tiang dan lantai berlapis marmer. Selain itu, ruang kemerdekaan berbentuk amphitheater yang terletak di dalam cawan tugu Monas, menggambarkan atribut peta kepulauan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Kemerdekaan RI, bendera merah putih dan lambang negara dan pintu gapura yang bertulis naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Di dalam bangunan Monumen Nasional ini juga terdapat museum dan aula untuk bermeditasi. Para pengunjung dapat naik hingga ke atas dengan menggunakan elevator. Dari atau Monumen Nasional dapat dilihat kota Jakarta dari puncak monumen. Monumen dan museum ini dibuka setiap hari, mulai pukul 09.00 - 16.00 WIB.
Bagi yang orang Indonesia asli kunjungan ke Monas mungkin sudah dianggap biasa, tapi kunjungan kali ini mempunyai makna lain bagi aku, karena kami didampingi oleh pemandu wisata, sehingga kita dapat mengetahui dengan jelas semua obyek yang di lihat berdasarkan keterangan dari pemandu, selama mengikuti kunjungan tersebut banyak ha-hal baru yang sebelumnya tidak pernah diketahui, sehingga lebih menambah wawasan aku.

PENGABDIAN BERBUAH PENGHARGAAN


Pengabdian adalah segalanya bagi aku selama hampir 20 tahun bekerja sebagai Pegawai Setempat dan karyawan, aku berusaha semaksimal mungkin bekerja dengan baik agar sedikitpun tidak melakukan kesalahan. Kalau dilihat dari masa kerja, boleh dibilang sudah sangat berpengalaman . Namun hingga usia mencapai 44 tahun, jabatan yang pernah disandang tak lebih dari posisi Staff di bagian keuangan, yang membentuk profesionalitas aku di bidang ini.
Pada awal bekerja aku sangat senang, bagi aku suka dan duka dihadapi biasa saja, karena memang sudah menjadi tekad aku untuk mendapatkan pekerjaan agar bisa membantu keluarga yang telah ditinggal Bapak yang meninggal pada bulan Nopember 1986.
Aku bekerja untuk menghidupi empat orang adik dan membiayai sekolah mereka hingga semuanya bisa tamat SMA. Hingga aku menikah masih terus membiayai adik-adik. Aku sebagai anak pertama dari lima bersaudara yang pernah bercita-cita melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi namun tidak kesampaian.
Sekian puluh tahun bekerja, karir aku tidak pernah naik, memang pekerjaan sebagai local staff itu merupakan pekerjaan yang tidak memiliki jenjang karir. Aku kan hanya lulusan SMA. Jadi selama puluhan tahun bekerja di KBRI nggak ada peningkatan. Begini gini aja, namun aku tetap bersyukur kehadirat Allah SWT karena masih diberikan kesehatan masih bisa bekerja dengan baik.
Meskipun karir sudah mentok kejujuran dan kepercayaan selalu aku pegang, aku selalu berupaya melakukan kesahalan sekecil mungkin.
Dari kegigihan aku bekerja selama ini tanpa disangka-sangka pada bulan Agustus tahun 2007 aku mendapat penghargaan atas pengabdian aku selama ini pada Perwakilan RI dari Menteri Luar Negeri, aku sendiri selama ini tidak pernah berharap, rupanya ini sudah menjadi kehendak Allah SWT yang mencurahkan rejeki kepada hambanya.
Ini merupakan kebanggaan aku, penghargaan ini diberikan kepada aku atas pengabdian kepada Pemerintah RI memlalui Perwakilan RI di Luar Negeri selama 15 tahun pada saat bekerja di KBRI Harare dan KBRI Tripoli.
Aku merasa bersyukur, keiklasan aku bekerja selama ini ternyata mendapat penghargaan dari Pimpinan. Untuk menerima penghargaan tersebut aku harus ke Jakarta karena ada beberapa rangkaian kegiataan yang harus diikuti.
Berdasarkan pengarahan dari Biro Kepegawaian Deplu aku bergabung dengan teman-teman dari Perwakilan lainnya yang sama-sama akan menerima penghargaan, semuanya berjumlah 30 orang. Kami berkumpul di Hotel Accasia di Jl. Kramat Raya.
Kami telah dijadwalkan untuk mengikuti serangkaian kegiatan selama berada di Indonesia :

SELERA KAMPUNG


Kemiri, pete, keluwek, ketumbar, kecap, terasi, gula merah, kerupuk, sambal pecel, salam, lengkuas…fiuuh..banyak sekali barang-barang kebutuhan dapur yang harus kubawa. Semoga beratnya tidak melebihi kapasitas bagasi pesawat Emirat yang aku tumpangi kali ini. Begitulah setiap kali pulang ke kampung halaman, Indonesia tercinta, ada-ada saja barang-barang atau rempah-rempah yang selalu ingin kubawa, karena benda tersebut tidak ada di negara tempatku tinggal selama hampir 6 tahun ini.
Karena seleranya sudah selera kampung yang tidak bisa diganggu gugat, maka bumbu-bumbu khas kampung halaman harus selalu ada di dapur kami. Rempah-rempah ini pula yang menyebabkan negara kita dulunya dijajah Belanda 350 tahun lamanya. Karena selain jarang, rempah-rempah ini dijual mahal.
Barang bawaan sepertinya melebihi kapasitas yang diperbolehkan, atas bantuan dari Staf Deplu yang aku temui di Bandara, akhirnya, setelah sedikit berdebat dengan petugas counter pesawat, lolos juga barang-barangku masuk ke perut pesawat. Masih beruntung mereka tidak memaksa untuk membuka dan mengobrak-abrik isi koperku, seperti yang dialami oleh lelaki yang antri sebelum aku. Malu rasanya kalau sampai mereka melihat isi koperku, karena isinya bumbu dapur semua..haha.
Setelah menempuh perjalanan selama 14 jam dan sempat transit di Dubai selama kurang lebih 2 jam, akhirnya sampailah aku di ibukota Tripoli, Libya. Disambut cuaca panas bersuhu 39 derajat celcius, rasanya seperti masuk kedalam oven. Lebih panas dari Jakarta, tapi itu elum seberapa karena jika musim panas mencapa puncaknya suhu bisa mencapai 45 derajat celcius.
Yah, begitulah sedikit cerita tentang kota yang kini menjadi tempat tinggalku. Aku selalu bersyukur dimanapun aku harus tinggal. Walaupun di kota ini tidak terdapat barang-barang kebutuhan kami seperti kecap, kemiri, pete dan sebagainya, tapi aku bersyukur disini berlimpah buah zaitun, minyak zaitun dan berbagai macam buah yang sulit dicari di Indonesia seperti buah stroberi yang segede tomat merah, buah ceri yang ranum, buah tin, buah durra, dan buah kaktus yang rasanya mirip pepaya.
Baiklah, sekarang sudah sampai rumah, waktunya membuka isi koper. Kemiri, pete, kecap, sambal pecel…oke ada semua.. tapi..uups…ada satu yang aku lupa bawa, favoritku: bakso…hahaha..

TELUR ASIN ASAP


Pada jaman dahulu kala, yang aku inget dari telur asin adalah statusnya sebagai makanan wajib dikala bepergian jauh. Mau itu dibungkus bersama lontong ataupun going solo, statusnya tetep: kalau mau bepergian jauh atau piknik, maka telur asin ini harus ada! Hal ini sendiri mungkin terjadi disebabkan karakter si telur asin itu sendiri yang memang cocok untuk perjalanan jauh; awet (bisa tahan beberapa hari di udara terbuka), ringkas (tanpa kemasan tambahan pun sudah cukup kuat), higienis (tidak perlu kemasan khusus untuk menjaga kebersihan), praktis (tinggal dikupas bisa langsung dimakan, tidak usah dimasak lagi, tidak usah bawa garam untuk perasa), sehat bergizi (telur termasuk makanan tinggi protein, dan juga mengandung asam omega 3), serta dibading sumber protein lainnya maka harga telur asin itu relatif murah, dan jika dibandingkan dengan telur rebus rumahan, telur asin juga sudah memiliki karakter rasa yang cukup kuat sehingga kita tidak perlu repot membawa garam, merica, atau sambal yang pada masa dulu belum dijual dalam kemasan sachet praktis seperti sekarang ini. … atau apakah hari gini masih ada yang disuguhin telur asin plus lontong (bukannya McD atau KFC) kala sedang darmawisata atau outing bareng kantor?
Dan telur asin ini menjadi menu yang paling aku sukai diwaktu kecil, namun seiring waktu, entah karena bosan, atau dianggap kampungan, kebiasaan bepergian dengan bekal telur asin sendiri lambat laun semakin berkurang, dan akhirnya menghilang… hingga suatu hari sepulang dari Slawi dengan menggunakan kendaraan seorang teman, memasuki kota Brebes banyak sekali toko-toko yang menjajakan telur asin, konon daerah ini terkenal dengan telur asinnya. Aku sempat berhenti disebuah toko, karena temanku bermaksud untuk membelinya sebagai oleh-oleh untuk teman-teman di kantor katanya. Sang penjual pun menawarkan jenis telur asin yang dikehendaki … karena ada beberapa jenis telur asin yang dimatangkan dengan cara yang berbeda yaitu : di rebus, di asap dan di panggang …. Oh aku baru tahu ternyata cukup creative juga para pengrajin telur asin ini.
Namun walaupun konsumsi nasional mungkin menurun, tapi penggemar makanan unik yang satu ini tetep ada, karena nilai manfaat dari telur asin sendiri tidaklah lantas hilang, hanya nilai trend nya yang menurun. Di bidang kuliner, para juru masakpun ternyata tak henti-hentinya muncul dengan inovasi berdasar bahan makanan yang satu ini. Hal ini terjadi tak lain, karena aroma dan tekstur telur asin yang cenderung unik dan tidak ada padanannya di makanan lain!
Dari sisi produsen, baik teknologi maupun cara pengolahan telur asin cenderung tidak berkembang banyak mungkin dalam limapuluh tahun terakhir. Namun walau demikian, salahsatu inovasi dalam hal pengolahan telur asin ini sesekali muncul. Misalnya seperti yang banyak dipraktikkan sekarang ini; yaitu dengan melakukan proses pengasapan di akhir proses produksi. Dan masyarakatpun kemudian mengenal satu varian baru makanan ini, yaitu Telur Asin Asap.
Dari segi penampilan, Telur Asin Asap ini memiliki ciri adanya karakter warna marbling kecoklatan pada kulit telur. Beberapa masih memiliki warna dasar biru, sedangkan lainnya ada yang coklat penuh sehingga memiliki kemiripan rupa dengan telur pindang.
Karena daya tahan simpan yang tinggi, lebih tinggi dari telur asin biasa, maka Telur Asin Asap ini biasanya cukup diletakkan di dry storage di toko-toko, dalam bentuk kemasan satu pak plastik tapi biasanya boleh dibeli satuan juga. Penyebarannya saat ini di sekitar Jawa Tengah dan Jawa Timur sudah cukup merata di toko-toko kecil maupun besar, sedangkan yang berada diluar daerah tersebut bisa mencoba mencarinya di supermarket besar dan hypermarket.
Dari segi rasa, ternyata Telur Asin Asap memiliki karakter rasa yang bagus; rasanya nggak terlalu asin, lebih tidak amis dibandingkan telur asin biasa, dan ditambah lagi adanya aroma rasa smokey yang lembut kala telur dikonsumsi. Lucu juga soal aroma ini, karena setelah diperhatikan betul-betul sepertinya nyaris nggak ada perbedaan rasa dengan telur asin biasa, hanya saja penambahan aroma tersebut membuat sensasi kenikmatannya cukup berbeda. Apalagi nuansa aroma smokey nya ini terus terbawa hingga ke tahap aftertaste. Yang rada mengherankan adalah; karakter aroma smokey nya ini justru lebih kuat di bagian kuning telurnya, bukan di bagian putih telurnya yang berada lebih luar. Hal ini cukup mengubah karakter rasa keseluruhan dari si kuning telur tersebut, memberikan sensasi rasa yang berbeda.
Dari pengrajinnya, Telur Asin Asap ini dijual dengan harga, nyaris dua kali lipat harga telur asin biasa. Namun walaupun lebih mahal, rasanya telur asin asap ini memang menarik untuk variasi hidangan telur di daftar makanan anda. Tertarik untuk mencoba?

ZIARAH KE MAKAM IMAM SYAFEI


Tentunya kita semua tahu atau paling tidak pernah dengar nama Imam Syafi’i. Beliau adalah salah satu imam dari empat madzhab fiqih. Nama asli beliau adalah Muhammad bin Idris as-Syafi’i. Beliau dilahirkan pada tahun 150 H di Gaza, Palestina. Di mana pada tahun kelahiran beliau ini, juga merupakan tahun meninggalnya Imam Abu Hanifah. Kepandaian dan ketaatan beliau sudah terlihat dari kecil. Terbukti di umur yang sungguh relatif kecil, beliau sudah hafal al-Qur’an.
Hari terakhir dari serangkain kunjungan di Cairo dimanfaatkan untuk melakukan kunjungan ke Masjid Imam Syafei di kawasan Hay Syafei, pinggiran kota Cairo yang termasuk dalam daerah Old Cairo (Cairo Lama) yang masih kumuh.
Tempat ini terletak di kawasan Hayyun Syafi’i, di daerah Sayyidah ‘Aisyah. Di sepanjang jalan menuju kawasan ini, kita akan menemukan kuburan-kuburan yang konon katanya adalah kuburan orang-orang terhormat dan para syuhada. Di sana juga terdapat makam Waqi’ gurunya Imam Syafi’i.
Mesjid ini berdampingan dengan makam Imam Muhammad bin Idris As-Syafei, yang lebih dikenal dengan nama Imam Syafei, salah satu imam dari empat mazhab ahli sunnah. Imam mazhab ini pernah di Irak, lalu hijrah ke Mesir, sehingga dalam mazhab fikihnya ada istilah fatwa qadim dan jaded. Beliau wafat pada tahun 820 M. Bangunan makam dipagari dengan dinding/pagar kayu berukir, hadiah kaum muslimin India
Di samping makam Imam Syafi’i terdapat jejak kaki yang konon katanya jejak kaki Rasulullah. Jejak kaki itu langsung diambil dari Arab Saudi. Namun kebanyakan penduduk sekitar hanya meyakini bahwa itu adalah jejak kaki salah seorang nabi. Namun tidak dapat dipastikan jejak kaki nabi siapa. Jadi sebenarnya sulit untuk membuktikan kebenaran tentang jejak kaki tersebut. aroma wangi dari telapak itu masih terasa ketika kita menciumnya.
Meskipun kawasan ini terlihat kurang terawat, tapi makam Imam Syafi’i ini juga menjadi salah satu obyek sejarah yang banyak dikunjungi oleh wisatawan. Di sekitar kawasan ini terdapat pasar kecil tradisional, dan juga beberapa para peminta-minta. Kemudian di samping makam Imam Syafi’i ini juga terdapat tempat talaqqi atau belajar al-Qur’an.
Maka bagi teman-teman yang mau jalan-jalan di Mesir khususnya Kairo, jangan lupa untuk ziarah ke makam Imam Syafi’i. Apa lagi bagi kalian yang bermadzhab Syafi’i.[]
Sekilas tentang Imam Syafei
Muhammad bin Idris asy-Syafi`i (bahasa Arab: محمد بن إدريس الشافعي) yang akrab dipanggil Imam Syafi'i (Gaza, Palestina, 150 H / 767 - Fusthat, Mesir 204H / 819M) adalah seorang mufti besar Sunni Islam dan juga pendiri mazhab Syafi'i. Imam Syafi'i juga tergolong kerabat dari Rasulullah, ia termasuk dalam Bani Muththalib, yaitu keturunan dari al-Muththalib, saudara dari Hasyim, yang merupakan kakek Muhammad.
Saat usia 20 tahun, Imam Syafi'i pergi ke Madinah untuk berguru kepada ulama besar saat itu, Imam Malik. Dua tahun kemudian, ia juga pergi ke Irak, untuk berguru pada murid-murid Imam Hanafi di sana.
Imam Syafi`i mempunyai dua dasar berbeda untuk Mazhab Syafi'i. Yang pertama namanya Qaulun Qadim dan Qaulun Jadid.
Kelahiran
Kebanyakan ahli sejarah berpendapat bahwa Imam Syafi'i lahir di Gaza, Palestina, namun diantara pendapat ini terdapat pula yang menyatakan bahwa dia lahir di Asqalan; sebuah kota yang berjarak sekitar tiga farsakh dari Gaza. Menurut para ahli sejarah pula, Imam Syafi'i lahir pada tahun 150 H, yang mana pada tahun ini wafat pula seorang ulama besar Sunni yang bernama Imam Abu Hanifah.
Nasab
Imam Syafi'i merupakan keturunan dari al-Muththalib, jadi dia termasuk ke dalam Bani Muththalib. Nasab Beliau adalah Muhammad bin Idris bin Al-Abbas bin Utsman bin Syafi’ bin As-Sa’ib bin Ubaid bin Abdi Yazid bin Hasyim bin Al-Mutthalib bin Abdulmanaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan. Nasabnya bertemu dengan Rasulullah di Abdul-Manaf.
Dari nasab tersebut, Al-Mutthalib bin Abdi Manaf, kakek Muhammad bin Idris Asy-Syafi`ie, adalah saudara kandung Hasyim bin Abdi Manaf kakek Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa alihi wasallam .
Kemudian juga saudara kandung Abdul Mutthalib bin Hasyim, kakek Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa alihi wasallam , bernama Syifa’, dinikahi oleh Ubaid bin Abdi Yazid, sehingga melahirkan anak bernama As-Sa’ib, ayahnya Syafi’. Kepada Syafi’ bin As-Sa’ib radliyallahu `anhuma inilah bayi yatim tersebut dinisbahkan nasabnya sehingga terkenal dengan nama Muhammad bin Idris Asy-Syafi`ie Al-Mutthalibi. Dengan demikian nasab yatim ini sangat dekat dengan Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa alihi wasallam .
Bahkan karena Hasyim bin Abdi Manaf, yang kemudian melahirkan Bani Hasyim, adalah saudara kandung dengan Mutthalib bin Abdi manaf, yang melahirkan Bani Mutthalib.
Masa belajar
Setelah ayah Imam Syafi’i meninggal dan dua tahun kelahirannya, sang ibu membawanya ke Mekah, tanah air nenek moyang. Ia tumbuh besar di sana dalam keadaan yatim. Sejak kecil Syafi’i cepat menghafal syair, pandai bahasa Arab dan sastra sampai-sampai Al Ashma’i berkata,”Aku mentashih syair-syair bani Hudzail dari seorang pemuda dari Quraisy yang disebut Muhammad bin Idris,” Imam Syafi’i adalah imam bahasa Arab.
Belajar di Makkah
Di Makkah, Imam Syafi’i berguru fiqh kepada mufti di sana, Muslim bin Khalid Az Zanji sehingga ia mengizinkannya memberi fatwah ketika masih berusia 15 tahun. Demi ia merasakan manisnya ilmu, maka dengan taufiq Allah dan hidayah-Nya, dia mulai senang mempelajari fiqih setelah menjadi tokoh dalam bahasa Arab dan sya’irnya. Remaja yatim ini belajar fiqih dari para Ulama’ fiqih yang ada di Makkah, seperti Muslim bin khalid Az-Zanji yang waktu itu berkedudukan sebagai mufti Makkah.
Kemudian beliau juga belajar dari Dawud bin Abdurrahman Al-Atthar, juga belajar dari pamannya yang bernama Muhammad bin Ali bin Syafi’, dan juga menimba ilmu dari Sufyan bin Uyainah.
Guru yang lainnya dalam fiqih ialah Abdurrahman bin Abi Bakr Al-Mulaiki, Sa’id bin Salim, Fudhail bin Al-Ayyadl dan masih banyak lagi yang lainnya. Dia pun semakin menonjol dalam bidang fiqih hanya dalam beberapa tahun saja duduk di berbagai halaqah ilmu para Ulama’ fiqih sebagaimana tersebut di atas.
Belajar di Madinah
Kemudian beliau pergi ke Madinah dan berguru fiqh kepada Imam Malik bin Anas. Beliau mengaji kitab Muwattha’ kepada Imam Malik dan menghafalnya dalam 9 malam. Imam Syafi’i meriwayatkan hadis dari Sufyan bin Uyainah, Fudlail bin Iyadl dan pamannya, Muhamad bin Syafi’ dan lain-lain.
Di majelis beliau ini, si anak yatim tersebut menghapal dan memahami dengan cemerlang kitab karya Imam Malik, yaitu Al-Muwattha’ . Kecerdasannya membuat Imam Malik amat mengaguminya. Sementara itu As-Syafi`ie sendiri sangat terkesan dan sangat mengagumi Imam Malik di Al-Madinah dan Imam Sufyan bin Uyainah di Makkah.
Beliau menyatakan kekagumannya setelah menjadi Imam dengan pernyataannya yang terkenal berbunyi: “Seandainya tidak ada Malik bin Anas dan Sufyan bin Uyainah, niscaya akan hilanglah ilmu dari Hijaz.” Juga beliau menyatakan lebih lanjut kekagumannya kepada Imam Malik: “Bila datang Imam Malik di suatu majelis, maka Malik menjadi bintang di majelis itu.” Beliau juga sangat terkesan dengan kitab Al-Muwattha’ Imam Malik sehingga beliau menyatakan: “Tidak ada kitab yang lebih bermanfaat setelah Al-Qur’an, lebih dari kitab Al-Muwattha’ .” Beliau juga menyatakan: “Aku tidak membaca Al-Muwattha’ Malik, kecuali mesti bertambah pemahamanku.”
Dari berbagai pernyataan beliau di atas dapatlah diketahui bahwa guru yang paling beliau kagumi adalah Imam Malik bin Anas, kemudian Imam Sufyan bin Uyainah. Di samping itu, pemuda ini juga duduk menghafal dan memahami ilmu dari para Ulama’ yang ada di Al-Madinah, seperti Ibrahim bin Sa’ad, Isma’il bin Ja’far, Atthaf bin Khalid, Abdul Aziz Ad-Darawardi. Beliau banyak pula menghafal ilmu di majelisnya Ibrahim bin Abi Yahya. Tetapi akung, guru beliau yang disebutkan terakhir ini adalah pendusta dalam meriwayatkan hadits, memiliki pandangan yang sama dengan madzhab Qadariyah yang menolak untuk beriman kepada taqdir dan berbagai kelemahan fatal lainnya. Sehingga ketika pemuda Quraisy ini telah terkenal dengan gelar sebagai Imam Syafi`ie, khususnya di akhir hayat beliau, beliau tidak mau lagi menyebut nama Ibrahim bin Abi Yahya ini dalam berbagai periwayatan ilmu.
Di Yaman
Imam Syafi’i kemudian pergi ke Yaman dan bekerja sebentar di sana. Disebutkanlah sederet Ulama’ Yaman yang didatangi oleh beliau ini seperti: Mutharrif bin Mazin, Hisyam bin Yusuf Al-Qadli dan banyak lagi yang lainnya. Dari Yaman, beliau melanjutkan tour ilmiahnya ke kota Baghdad di Iraq dan di kota ini beliau banyak mengambil ilmu dari Muhammad bin Al-Hasan, seorang ahli fiqih di negeri Iraq. Juga beliau mengambil ilmu dari Isma’il bin Ulaiyyah dan Abdul Wahhab Ats-Tsaqafi dan masih banyak lagi yang lainnya.
Di Baghdad, Irak
Kemudian pergi ke Baghdad (183 dan tahun 195), di sana ia menimba ilmu dari Muhammad bin Hasan. Beliau memiliki tukar pikiran yang menjadikan Khalifah Ar Rasyid.

Di Mesir
Imam Syafi’i bertemu dengan Ahmad bin Hanbal di Mekah tahun 187 H dan di Baghdad tahun 195 H. Dari Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Syafi’i menimba ilmu fiqhnya, ushul madzhabnya, penjelasan nasikh dan mansukhnya. Di Baghdad, Imam Syafi’i menulis madzhab lamanya (madzhab qodim). Kemudian beliu pindah ke Mesir tahun 200 H dan menuliskan madzhab baru (madzhab jadid). Di sana beliau wafat sebagai syuhadaul ilm di akhir bulan Rajab 204 H.
Karya tulis
Ar-Risalah
Salah satu karangannya adalah “Ar Risalah” buku pertama tentang ushul fiqh dan kitab “Al Umm” yang berisi madzhab fiqhnya yang baru. Imam Syafi’i adalah seorang mujtahid mutlak, imam fiqh, hadis, dan ushul. Beliau mampu memadukan fiqh ahli Irak dan fiqh ahli Hijaz. Imam Ahmad berkata tentang Imam Syafi’i,”Beliau adalah orang yang paling faqih dalam Al Quran dan As Sunnah,” “Tidak seorang pun yang pernah memegang pena dan tinta (ilmu) melainkan Allah memberinya di ‘leher’ Syafi’i,”. Thasy Kubri mengatakan di Miftahus sa’adah,”Ulama ahli fiqh, ushul, hadits, bahasa, nahwu, dan disiplin ilmu lainnya sepakat bahwa Syafi’i memiliki sifat amanah (dipercaya), ‘adaalah (kredibilitas agama dan moral), zuhud, wara’, takwa, dermawan, tingkah lakunya yang baik, derajatnya yang tinggi. Orang yang banyak menyebutkan perjalanan hidupnya saja masih kurang lengkap,”
Mazhab Syafi'i
Dasar madzhabnya: Al Quran, Sunnah, Ijma’ dan Qiyas. Beliau juga tidak mengambil Istihsan (menganggap baik suatu masalah) sebagai dasar madzhabnya, menolak maslahah mursalah, perbuatan penduduk Madinah. Imam Syafi’i mengatakan,”Barangsiapa yang melakukan istihsan maka ia telah menciptakan syariat,”. Penduduk Baghdad mengatakan,”Imam Syafi’i adalah nashirussunnah (pembela sunnah),”
Al-Hujjah
Kitab “Al Hujjah” yang merupakan madzhab lama diriwayatkan oleh empat imam Irak; Ahmad bin Hanbal, Abu Tsaur, Za’farani, Al Karabisyi dari Imam Syafi’i.
Al-Umm
Sementara kitab “Al Umm” sebagai madzhab yang baru Imam Syafi’i diriwayatkan oleh pengikutnya di Mesir; Al Muzani, Al Buwaithi, Ar Rabi’ Jizii bin Sulaiman. Imam Syafi’i mengatakan tentang madzhabnya,”Jika sebuah hadits shahih bertentangan dengan perkataanku, maka ia (hadis) adalah madzhabku, dan buanglah perkataanku di belakang tembok,”
Selesai berziarah kemakam beliau kami bergegas menuju airport untuk kembali ke Tripoli, sebuah pengalaman religius paling berharga yang aku dapati selama berkunjung ke Cairo.

SAFARI MENGUNJUNGI MESJID


Selama ini Mesir dikenal dengan negara seribu menara dengan banyaknya masjid yang berdiri. Banyak masjid-masjid tua di Mesir yang masih kokoh dengan keasliannya. Diantara eksotisme masjid tua di Mesir adalah masjid Ibnu Tholun yang terletak di Cairo.
Masjid ini pernah menjadi tempat pembuatan film serial ke 10 James Bond yang berjudul The Spy Who Loved Me (1977) yang bintangi oleh Roger Moore sebagai agen MI6 fiksi James Bond dan disutradarai oleh Lewis Gilbert dari naskah yang ditulis oleh Christopher Wood dan Richard Maibaum.
Masjid Ibnu Tholun dibangun pada masa dinasti Tholuniyah dan pembangunannya selesai pada tahun 879 masehi. Dulunya masjid ini berdempetan dengan istana kerajaan dinasti Tholuniyyah, sehingga urusan pemerintahan yang menyangkut kerakyatan kadangkala dilaksanakan di Masjid. Orang yang membangun masjid Tholun bernama Ahmad bin Tholun. Saat ini masjid Tholun menjadi satu-satunya masjid yang halamannya paling luas di Cairo dan masih mempertahankan arsitektur tuanya dengan gaya islam masa Abbasiyyah.
Bersama beberapa teman dari KBRI lain, aku tiba di masjid Tholun sekitar jam 3 sore. Suasana kawasan ini tampak sangat macet dengan kendaraan orang-orang yang hendak pulang dari kerja. Jalan raya menuju masjid juga terbilang sempit karena tata kota yang masih kuno.
Supir kami kesulitan memarkir bus ketika memasuki halaman masjid. Maklum saja, di Cairo memang jarang sekali tersedia tempat parkir luas apalagi kami membawa bus. Dengan segenap daya, sopir bus berusaha dengan memarkir serba mepet akhirnya berhasil juga.
Ketika memasuki gerbang utama masjid, mataku terpaku melihat dinding benteng yang temboknya sudah mulai terkikis. Aku melihat tembok masjid Tholun seakan membentuk sebuah peta dunia. Di pintu ini juga dijaga oleh militer Mesir karena masjid tholun sudah menjadi salah satu tempat wisata andalan para pelancong dunia.
Masjid Tholun dikelilingi oleh benteng yang sangat luas dengan menara yang sudah terlihat sangat tua. Namun akungnya, masjid ini sudah tidak dipakai oleh masyarakat sekitar dan hanya dipergunakan sebagai tempat wisata. Masjid digunakan shalat hanya oleh para wisatawan yang mengunjungi. Bukanya pun tidak 24 jam, sore hari setelah ashar masjid sudah ditutup.
Salah satu gaya masjid kuno peninggalan sejarah peradaban islam adalah adanya halaman terbuka di tengah-tengah masjid. Halaman terbuka di masjid Tholun sangat luas dengan bangunan ditengah-tengah halaman yang dulunya sebagai tempat wudlu. Masjid gaya seperti ini juga ditemukan di masjid tertua dan pertama di Afrika yakni masjid Amr bin Ash yang terletak di Fustat, mesir kuno. Masjid Al-Azhar yang terletak bersebelahan dengan kampus universitas Al-Azhar juga memiliki halaman di dalam masjid.
Di dalam masjid kami bertemu dengan para wisatawan asing. Aku menduga mereka dari perancis dengan logat bahasa dari yang mereka ucapkan. Aku hanya mendengar sedikit dari penjelasan guide seorang perempuan Mesir. Semua dari kami sibuk mencari gambar untuk diabadikan tidak terkecuali diriku.
Tidak seperti layaknya masjid di indonesia semisal Istiqlal yang berlantai-lantai, rata-rata masjid di Mesir hanya terdiri satu lantai walaupun bangunan di luar terlihat tinggi dan besar, termasuk masjid ibnu Tholun ini. Sehingga ketika masuk ke dalam masjid akan terlihat kemegahannya.
Mesjid Amr Ibn El Ash
Mesjid ini terletak di daerah Fushtat, Misr El Qadima (Old Egypt) yang dijadikan ibukota di kala itu . Mesjid ini selain merupakan masjid pertama di Afrika yang dibangun oleh Panglima Amr Ibn Ash –atas perintah Khalifah Umar bin Khattab- setibanya di Mesir tahun 21 H/641 M, juga merupakan salah satu mesjid terluas di Mesir, yang menggambarkan kesederhanaan namun penuh dengan nilai arsitek dari jaman sebelumnya.
Mesjid Al-Azhar
Mesjid ini adalah mesjid pertama yang dibangun oleh Dinasti Fatimiyah. Terletak ditengah kota, daerah yang penuih dengan monument Islam. Mesjid ini dalam bentuknya sekarang terdiri dari beberapa bangunan yang dibangun pada masa-masa berikutnya : Seperti Universitas Al-Azhar. Asrama pelajar dan perpustakaan.
Universitas Al=Azhar merupakan salah satu Universitas tertua didunia, dimana telah memulai memberikan kuliah sejak tahun 975 M, sampai sekarang. Disamping mahasiswa dari Mesir hampir 80 negara mempunyai warganya yang belajar di universitas tersebut. Sedang dari Indonesia kini tercatat sekitar 2800 pelajar/mahasiswa.

Masjid Sayyidina Hussein
Mesjid ini termasuk salah satu masjid luas di Cairo, dan dijadikan sebagi Mesjid Negara, dimana acara-acara peringatan Hari Besar Islam seperti Maulid Nabi , Isra Mi'raj, Shalat Idul Fitri dst, yang dihadiri Kepala Negara dan para Menteri sering diselenggarakan di Mesjid ini. Di dalam mesjid ini terdpat makam Imam Hussein Bin Ali Bin Abi Thalib, cucu Nabi Muhammad SAW, dari Fatimah El Zahra. Pada waktu-waktu tertentu seperti Maulid Nabi Muhammad SAW dan hari kelahiran Sayidinna Hussein, Mesjid ini ramai dikunjungi peziarah-peziarah dari daerah-daerah terutama pengikut aliran sufi, yang bahkan mereka mengadakan perkemahan disekitar mesjid tersebut yang letaknya bersebelahan dengan Bazar Khan El Khalili, nama Khan El Khalili berasal dari nama Khan yang berarti tempat penginapan (hotel) para pedagang, sedang kata Khalili adalah nama orang, yaitu yang memiliki penginapan tersebut.
Kawasan perbelanjaan ini sangat luas, terdiri dari gedung-gedung tua dan toko-toko kecil sepanjang jalan dan lorong-lorong yang berkelok-kelok. Dilokasi tersebut dapat ditemui barang-barang antic, souvenir khas Mesir, hasil kerajinan tangan dari kulit, kuningan, tembaga, tenun, ukiran, alabaster dan berbagai perhiasan, seperti batu permata, batu cincin, emas dan perak
Sejalan dengan perkembangan ekonomi dan moneter sejak 15 tahun terakhir, banyak mall-mall yang dapat dijumpai. Mall terbesar adalah Sky City yang terletak didaerah Heliopolis.