16 Februari 2010
WISATA HATI UMROH
Orang lain bisa saja melaksanakan Ibadah Umroh berulang kali tapi tidak mau bercerita mengenai pengalamannya ini. Kenapa aku yang baru pertama kali kesana sibuk-sibuk menulis dan bercerita. Bagi aku antara orang lain dan diri aku terlalu banyak perbedaan. Mungkin sebagai pegawai rendahan seperti aku peluang ke tanah suci hanya sekali untuk seumur hidup. Mungkin ini yang pertama kali dan terakhir kali buat diri aku. Jadi aku ingin berbagi pengalaman.
Pada akhir bulan Agustus 2009 berkat kehendak-Nya aku bisa menghadiri Bimtek SAKPA dan Sosialisasi SIMKEU Real Time di KJRI Jeddah, karena bulan ini bertepatan dengan bulan Suci Ramadhan, sehingga agak sulit untuk mendapatkan visa masuk ke Saudi Arabia karena banyak umat muslim yang berkunjung ke Jeddah untuk melaksanakan ibadah umroh dibulan suci ini, mungkin sudah rejeki aku dan Allah SWT mengabulkan doa-doa yang selalu aku mohonkan sehabis sholat, hingga segala sesuatu berkenaan dengan rencana kunjungan ke Jeddah berjalan lancar, mulai dari Visa, Tiket dan exit re-entry-nya.
Aku pergi ke Jeddah melalui Jordan, dengan menggunakan pesawat Royal Jordan, transit selama 3 jam di Bandara Queen Alia perjalanan dilanjutkan menuju Jeddah. Sekitar pukul 12 malam waktu setempat pesawat Royal Jordan yang aku tumpangi mendarat di Bandara King Abdul Aziz, bandara yang namanya cukup kesohor diseluruh dunia, karena bandara ini merupakan pintu gerbang bagi seluruh umat muslim di dunia yang ingin melaksanakan ibadah Umrah maupun haji. Aku sendiri sering membaca dan melihat melalui media cetak ataupun elektronik mengenai kesibukan Bandara ini dimusim-musim haji, khususnya untuk jemaah haji Indonesia yang jumlahnya sampai beberapa kloter.
Begitu menuruni tangga pesawat aku mengucap Alhamdulillah akhirnya aku telah tiba dengan selamat dan dapat menginjakkan kaki di Tanah Suci Jeddah.
Aku melangkahkan kaki memasuki airport bus yang sudah menunggu untuk membawa kami menuju terminal kedatangan, subhanallah aku melihat begitu banyak orang yang mengenakan pakaian ihram dan putih, sepertinya mereka ingin melakukan ibadah umrah, terlihat antrian panjang dari beberapa loket imigrasi yang sibuk melayani para pengunjung. Setelah sekian lama mengantri kini tiba giliran aku untuk diperiksa, setelah selesai pemeriksaan aku bergegas menuju tempat bagasi, disana sudah menunggu Pak Imam (staff Protokol/Konsuler KJRI Jeddah), oleh beliau kami diantar ke tempat penginapan di Wisma Nusantara (Wisnu).
Keesokan harinya mengingat Acara Sosialisasi baru dibuka lusa, aku dan teman menggunakan kesempatan ini untuk melaksanakan ibadah umrah, tadinya sempat bingung, namun berkat bantuan seorang teman dari KBRI Yaman (Bpk. Eddy Suryadi), akhirnya kami putuskan hari ini untuk melakukan ibadah umrah dengan menggunakan Bis untuk menuju Mekkah.
Untuk yang pertama kalinya aku menggunakan pakaian ihram di hari itu, kemudian aku membaca niat "Labbaika umrotan" "Kusambut panggilan mu untuk melaksanakan Umroh kemudian dilanjutkan dengan membaca Talbiyah : " Labbaikallahumma labbaik, labbaika la syarika laka labaiik, innal hamda wanni'ma laka wal mulku la syarika laka" Kusambut panggilanmu ya Alllah, ku sambut panggilan Mu, tiada sekutu bagimu ke sambut panggilan Mu. Sesungguhnya segala puji nikmat dan kerajaan adalah milik-Mu tiada sekutu bagi-MU.
Tepat pukul 10 pagi kami meninggalkan Wisnu menuju terminal bis, dengan menggunakan bis Saptco kami bergerak menujuh Mekkah selama dalam perjalanan tak henti-hentinya aku membaca talbiyah dan berdzikir dan berdoa sambil sesekali melihat pemandangan yang dilalui dikanan kiri jalan sepanjang perjalanan Jeddah ke Mekkah hanya bukit-bukit yang gundul dan padang pasir yang dapat aku lihat. Tidak ada perkampungan yag terlihat sepanjang perjalanan . Jika ada rumah pun hanya rumah-rumah yang berbentuk kotak yang dindingnya berbatu bata seperti yang sering aku lihat di Libya.
hingga tiba di suatu tempat bernama Asy Syumaisi (Hudaibiyah) kurang lebih 22km sebelum memasuki kota Mekah, aku melihat tanda batas tanah Haram, dengan perasaaan sedikit haru aku membacanya.
Setelah lebih kurang sejam perjalanan aku Sekitar pukul sepuluh pagi kendaraan kami memasuki kota Mekkah Al Mukaramah. Doa pun didendangkan,“Allohumma haza haramuka wa’ ammuka faharrin lahmi wa dami wa sya’ri wabasyari’ alannar, wa aminiminazabika yauma tab’asu ‘ibadawaj’alni min uliya’ika ahli ta’atika.”
Ya Allah, kota ini adalah tanah haram-Mu dan tempat ini adalah tempat aman-Mu pada hari Engkau membangkitkan kembali hamba-Mu, dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang selalu dekat dan taat kepada-Mu.
, ketika kami tiba azan Dzuhur sedang berkumandang, Masjidil Haram yang indah tampak tak jauh dari terminal bis yang aku tumpangi berhenti. Tidak sabar rasa hati aku untuk segera bersholat dan melihat keindahan Baitullah.
Terlihat para jemaah berduyun – duyun menuju Masjidilharam untuk melaksanakan Sholat Dzuhur berjamaah,
Di kiri kanan jalan aku lihat orang bergegas-gegas menuju ke masjid. Di bahu-bahu jalan dipenuhi dengan mobil-mobil yang pengemudinya juga berhenti untuk menunaikan sholat.
Pak Eddy berusaha menghubungi temannya melalui ponsel untuk membantu kami menjadi pendamping melaksanakan Ibadah Umroh, Pak Eddy sepertinya belum ada jawaban dari temannya itu, akhirnya kami memutuskan untuk melaksanakan Sholat Dzuhur terlebih dahulu.
ternyata daya magis Masjidil Haram sangat mempengaruhi jiwa semua jamaah. Terbukti semuanya ingin bersegera memasuki Masjidil Haram. Hanya beberapa menit saja untuk makan dan membersihkan diri, kami segera berkumpul di pelataran Intercountinental yang dibentangi karpet panjang, dan bisa langsung menuju Rumah Allah itu.
Aku bersama teman-teman terus menuju ke Masjidil Haram semakin dekat dengan masjidil haram semakin tidak sabar rasanya untuk melihat Baitullah.
Namun begitu memasuki pintu Masjid kami dilarang masuk karena Pak Eddy membawa sesuatu yang dilarang untuk oleh-oleh temannya, sehingga kami harus mencari tempat melaksanakan sholat di halaman luar mesjid.
selepas sholat Dzuhur, ketika itu matahari betul-betul berada di atas kepala. Teriknya matahari betul-betul mengujiku hari itu. Aku hampi-hampir tidak dapat menahan kepanasannya, kami bertemu dengan seseorang yang diutus oleh temannya Pak Eddy untuk menemui kami, dari Masjidil Haram kami diajak menuju sebuah Hotel berjarak kurang lebih 600 m, disana kami beristirahat, sambil menunggu datangnya Muthowif (orang yang akan memandu kami melaksanakan Umroh). Menjelang waktu Ashar Pak Adam datang, kemudian kami siap-siap menuju Masjidil Haram. Udara di luar terasa sangat panas sekali, kami berjalan kaki menuju Masjidil Haram.
Kami bergerak memasuki Masjidil Haram. Nuansa ibadah sudah terasa sekali. Manusia memenuhi pelataran, dan berdesak-desakan di pintu masuk. Wajah-wajah askar pun tampak serius sekali, terkesan sangat waspada, hingga melakukan sweeping dengan cermat dan ketat kepada setiap jamaah. Beberapa jamaah yang membawa ponsel atau kamera harus gigit jari dan kecewa. Barangnya baru akan dikembalikan setelah usai beribadah di Masjidil Haram.
Doa memasuki Masjidil Haram tidak lupa dibacakan oleh muthowif Rosidi: “Allahumma anatas-salam, wa minkas-salam wa ilaika ya’ uddus-salam fahayyina rabbana bis-salam, wa adkhinal ya zaljalali wal ikram. Allahumaftah li abwaba rahmatika. Bismillahi walhamdulillahi wassalatu wassalamu’ala rasulillah.”
Ya Allah, Engkau sumber keselamatan dan daripada-Mu jualah datangnya keselamatan dan kepada-Mu kembalinya keselamatan. Maka hidupkanlah kami wahai Tuhan, dengan selamat sejahtera dan masukanlah kami ke dalam surga negeri keselamatan. Maha banyak anugerah-Mu dan Maha Tinggi Engkau, wahai Tuhan yang memiliki keagungan dan kehormatan. Ya Allah, bukanlah untukku pintu-pintu rahmat-Mu. Aku masuk masjid ini dengan nama Allah disertai dengan segala puji bagi Allah serta salawat untuk Rasulullah.
, ini merupakan pengalaman pertama kali buat aku masuk ke mesjid semegah itu. Luar biasa sekali. Yang ajaib adalah saat memasuki ruang dalam Masjid. Tiba-tiba saja, seluruh badan aku seperti diguyur kesejukan yang tak bisa aku lukiskan. Barangkali ini karena penataan interior masjid yang sangat mengagumkan. Kesejukannya terasa hingga menyelimuti tiap molekul jiwa aku. Terlihat jamaah sedang malakukan Sholat dan Tadarus Alquran, beberapa orang tampak berzikir dengan tekun. Tanpa terasa, aku dicekam rasa khusyuk yang menyelinap ke sanubari seperti bisikan ilahi. Ada perasaan aman, tenang dan damai yang luar biasa besarnya. Air mata menggenang di sudut-sudut mata. Aku merasa begitu kecil dan kerdil di hadapan sang pencipta. Sebuah pengalaman yang luar biasa., " Manusia sering lupa tentang keberadaannya. Tanpa sadar hal-hal materiil, jabatan, dan kekuasaan membuat kita larut dalam kesombongan dan keangkuhan. Kita perlu sering diingatkan. Ziarah ke makam dan tempat suci selalu menyadarkan kita bahwa sebagai ciptaan Tuhan, kita sama sekali tidak abadi. Seluruh pengalaman aku di Mekkah, ketika sadar bahwa kita kecil dan tidak abadi, saat itulah kita terbebas dari segala nafsu dan ketamakan. Detik itu juga kita mampu merendahkan diri dan menyerah. Ketika pasrah total, barulah kita merasa diguyur kedamaian yang begitu menyejukkan dan menyeluruh.
Matahari semakin bergerak ke titik kulminasi, tapi cuacanya hangat dan sangat bersahabat. Ada arak-arakan mendung dari arah selatan sana. Kucermati berbagai hal menjelang Kabah… Dan akhirnya!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar