16 Februari 2010
MEMBUKA PAGI DI BOROBUDUR
Tepat dini hari pesawat Lion Air yang aku tumpangi dari Denpasar mendarat di Lanud Adi Sucipto Yogyakarta.
Aku dan rombongan tiba di bandara Adisucipto Yogyakarta kira-kira pukul 6 pagi WIB, setelah selesai urusan di airport, dipelataran tampak telah menjemput kami sebuah bis pariwisata "BIMO", yang akan membawa aku dan rombongan mengunjungi bebrapa obyek wisata yang terdapat di Yogyakarta, diantaranya adalah Candi Borobudur, Candi Prambanan dan Keraton Yogyakarta. Kami bergegas menuju bis yang akan membawa kami menuju Borobudur, Perjalanan menuju candi hanya memakan waktu + 1 jam, Bersama Mas Kirno (Guide) kami melesat menuju candi.
Ini juga merupakan kunjungan yang pertama kalinya ke Borobudur, meskipun baru sekali ini aku berkunjung kesana namun penuh arti, karena dengan demikian aku dapat mempelajarai kehidupan Sidharta Gautama melalui relief-relief yang terdapat pada dinding candi. Sungguh suatu pengalaman baru yang seru ..!
Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra.
Nama Borobudur
Banyak teori yang berusaha menjelaskan nama candi ini. Salah satunya menyatakan bahwa nama ini kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu artinya "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras. Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya. Misalkan kata borobudur berasal dari ucapan "para Buddha" yang karena pergeseran bunyi menjadi borobudur. Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara" dan "beduhur". Kata bara konon berasal dari kata vihara, sementara ada pula penjelasan lain di mana bara berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya kompleks candi atau biara dan beduhur artinya ialah "tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti "di atas". Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau asrama yang berada di tanah tinggi.
BERKENALAN DENGAN SIDHARTA
Jangan heran dianggap "basi" jika Anda mendatangi Borobudur sekedar untuk naik ke puncak dan berfoto di atas. Banyak yang belum tahu bahwa mengamati serangkaian batu yang tersusun menjadi kesatuan candi megah inilah letak keasyikan berplesir ke Borobudur. Batu-batu ini merupakan relief (bercerita tentang ajaran agama Budha), yang dipahat pada abad ke-8, berdasarkan beberapa buku kuno, diantaranya bukuLalivastivana. Kita boleh berbangga, karena hanya borobudur yang punya 120 panel relief yang menggambarkan kehidupan Sidharta yang komplet.
Mengunjungi candi yang dibangun 3 abad sebelum Angkot Wat di Kamboja ini bagaikan membaca buku besar tentang ajaran Budhisme. Tapi jika mengamati sendiri, hingga dahi berkerut pun tidak akan membuat aku mengerti jalan cerita pada relief itu. Pahatan berbentuk binatang, dewa dan benda-benda alam, yang penuh makna, bikin penasaran. Untung saja ada Mas Kirno, guide dari Himpuan Pramuwisata Indonesia. Segera saja Mas Kirno aku todong untuk mendongeng.
Ada aturan mengelilingi borobudur, bernama Pradaksina, yakni dimulai dari lantai terbawah. Masuknya dari pintu timur, searah matahari terbit, untk menghormati roh dan agar jiwa mendapat pencerahan. Sebelum naik ketingkat berikut, terlebih dahulu mengelilingi candi searah jarum jam.
Setiap tingkat menggambarkan alam semesta. Lantai dasar disebut Kamadhatu, melambangkan dunia penuh nafsu. Tingkat 2 hingga 6 disebut Rupadhatu, menggambarkan dunia yang dipenuhi nafsu, mulai terkontrol berkat pengamalan ajaran Budhisme. Tingkat 7 hingga puncak disebut Arupadhatu, yakni dunia yang tidak lagi tersentuh nafsu.
Lalu mulailah kami mengikuti Borobudur Intelectual Tour, sesuai aturan. Di lantai dasar aku melihat bagian dasar candi yang disebut Mas Kirno sebagai "kaki-kaki" palsu. Batu-batu polos yang mengelilingi dasar candi itu rupanya menyembunyikan 160 relief ! ini ditemukan tanpa sengaja oleh J.W. Ijzerman, seorang arsitek Belanda di tahun 1885, yang melihat bagian aneh berupa pahatan di antar celah batu polos.
Sebagian "kaki" palsu disebelah tenggara candi lalu dibongkar, agar pengunjung tahu bahwa serangkaian batu polos di dasar candi itu tidak asli. Cerita di relief itu diambil dari buku kuno mengenai hukum karma, Karmawibhangga. Ada yang tentang azab, digambarkan melalui tiga orang yang wajah rupawannya berubah buruk akibat menyebarkan aib sesamanya Wah, rupanya di abad ke-8 orang sudah bergosip!.
Tingkat kedua candi menyimpan banyak cerita seru tentang Sidharta, mulai dari proses kelahiran hingga mengalami 570 kali reinkarnasi sepanjang hidupnya. Rupanya, sejak kecil Sidharta sudah sakti. Dengan membaca relief dibawah panduan Mas Kirno, terlihat bahwa bayi Sidharta lahir melalui sisi samping paha Ratu Dewi Maya. Di panel berikutnya, terlihat bayi Sidharta langsung bisa berjalan dan pada 7 langkah pertamanya, tumbuh bunga teratai. Ada pula saat Sidhartha bereinkarnasi menjadi rusa berkaki delapan.
"Berwujud rusa ajaib, Sidharta diburu oleh bangsawan yang tengah berkuda di hutan. Walau diburu nafsu dan bertunggangkan kuda besar, bangsawan kalah cepat oleh kelihaian rusa, lalu terjerembab ke sungai. Lagi-lagi, bermodal kehebatan delpan kakinya, rus adengan luwes menolong bangsawan tersebut tanpa dendam," tutur Mas Kirno.
Mengitari candi searah jarum jam, aku tertarik pada relief berpahat kera-kera bermuka panic. Rupanya, pohon tempat para kera bernaung adalah pohon berbuah lezat incaran raja istana. Geram pada kera yang tidak beranjak dari pohon, raja yang tengah "ngidam" buah memerintahkan para pembantu untuk memanah dna melempar tombak ke arah kera. Mustahil pmenuruni pohon, para kera lalu "menyeberang" ke pohon lainnya menggunakn jembatan dari ekor panjang raja kera yangmerupakan reinkarnasi Sidharta. Namun karena jumlah kera terlalu banyak, raja kera terjatuh ke tanah akibat keletihan, lalu mati. "Pesan moralnya, bantuan dan pengorbanan itu melebihi segalanya." Jelas Mas Kirno, yang menghabiskan msa kecilnya bermain petak umpet disini.
Saat berusia 19 tahun, Sidharta sudah bikin patah hati banyak wanita. Saat menjalani fase sebagai raja tampan yang tengah mencari jodoh, ia langsung disambut antrean kaum hawa diistana. Namun saat pembagian cendera mata, tak ada yang berani menatap Sidharta, karena khawatir wajah matre mereka terbaca olehnya. Hanya tamu terakhir di malam itu, seorang putrid suci Yashodara, yang berani menatapnya. Spontan raja menjatuhkan pilihannya pada putrid Yashodara, yang dibuku kuno dikisahkan menjadi satu-satunya orang yang pernah melihat wajah Sidharta, semasa reinkarnasinya sebagai raja tampan.
MENUJU NIRWANA
Kami lalu mengikuti Mas Kirno kea rah atas, sempat berhenti di tingkat 4, menyaksikan relief tentang sosok bernama Maitreya. "Pendeta-pendeta Budha dari Nepal yang pernah aku temui, berkata, setiap 5000 tahun sekali akan ada orang Budha yang mendapat pencerahan tertinggi . Walau kedatangan Maitreya akan diwarnai pertentangan, dialah yang akan menggantikan Sidharta," Ucap Mas Kirno. Pahatan tangan Maitreya terlihat berada dalam sikap tangan witarka Mudra (artinya memberikan pengajaran).
Relief di tingkat 6 menggambarkan transis dari alam Rupadhatu ke Arupadhatu. Di tingkat 7, relief yang bercerita tentang gejolak kehidupan tergantikan oleh stupa-stupa besar dengan patung Budha. Dari sini hingga ke tinggkat 9 melambangkan surga bagi kaum Budha. Surga itu bukanlah sebuah tempat khusus, melainkan suasana yang tercipta didalam hati.
Ooh, pantas saja, ketika berdiri tepat di titik ini, aku merasa amat tenang dan damai ….. Surga yang digambarkan disini tidak seperti syurga yang kitra bayangkan di alam baka, karena patung Sidharta bersikap tangan Dharmacakra Mudra, yang artinya masih adanya pergerakan dalam roda kehidupan.
Ukuran patung Budha yang besar di dalam stupa rupanya dibuat dari satu bongkah uth batu Gunung Merapi. Oleh pekerja-pekerja Raja Samaratungga di masa Dinasti Syailendra, 2 juta bongkah batu diseret sejauh 50 kilometer dari gunung, menggunakan bantuan tenaga gajah dan kuda. Seperti pemasangan batu-batu lain, stupa dikunci ke dalam posisi, menggunakan sistem semacam jigsaw puzzle atau lego! Wuihh, canggih!.
Bentuk stupa yang menyerupai bel adalah desain Sidharta untuk menempatkan abu kremasinya saat ia wafat nanti. " Didepan umatnya, instruksi Sidharta dimulai dengan melepas lapisan terluar dari enam lapis jubahnya, dilipat, lalu ditaruh di tanah. Jika melihat pahatan bunga lotus di sekeliling dasar stupa, inilah perlambang jubah terlipat tersebut. Sebuah mangkuk lalu ditaruh diatas jubah dalam posisi tertelungkup untuk menutupi abu dirinya nanti. Terakhir tongkat yang dibawanya, ditaruh diatas mangkuk secara vertical. " jelas Mas Kirno.
Diantara 73 stupa, ada stupa terkenal tanpa bagian atas stupa, sehingga menampakkan patung Budha didalamnya. Kepala patung ini rupanya sempat hilang, namun di sambung kembali pada pada saat restorasi UNESCO di tahun 1973 – 1980.
Aku bergerak menuju kearah stupa dengan patung Budha yang oleh orang-orang non Budhis dijuluki Kunto Bimo. Entah mengapa, tokoh Bima dari cerita Ramayana menjadi sebutan untuk patung Budha yang sebenarnya adalah Sidharta. " Katanya di stupa ini banyak yang menaruh koin atau bunga kenanga sebagai tanda keberuntungan. Jika bisa menyentuh badan sang Budha, cita-cita kita bisa terwujud." Kata Mas Kirno.
Stupa yang pantas diabadikan adalah stupa induk, yakni stupa tak berpatung Budha dipuncak candi. Stupa ini adalah tempat akhir Sidharta saat mencapai wujud sempurnanya sebagai Sang Budha. Saat terjadi gempa, dinding sebelah timur stupa induk ini runtuh, menampakan sebuah ruang kosong di dalamnya. Kekosongan ini dibuat sengaja untuk mencerminkan jiwa Sang Budha yang tidak lagi memiliki nafsu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar