KATA PENGANTAR

Ide untuk menulis blog ini datang ketika suatu hari aku melihat-lihat kembali album-album foto keluarga waktu kami berdomisili di Harare, Zimbabwe. Ketika itu anak-anak masih kecili-kecil, sekarang ketika mereka sudah beranjak dewasa, mereka pun banyak bertanya pada saat kami membenahi foto-foto ini, aku langsung sadar bahwa foto ini banyak memiliki kenangan dan mengisahkan pengalaman dan perjalanan hidup aku.

Negeri adalah lokasi yang terasa oleh semua panca indera kita. Saat kaki mulai menapak di suatu tempat, maka semua indera kita merasakan apapun yang bisa dilumat, diserap, dicerna dan dinikmati. Semua dapat direkam oleh otak, kamera dijital, perekam video, untuk kemudian dikeluarkan kelak dalam sebuah cerita perjalanan. Mulut dapat berbicara tentang segala yang telah dirasa, tangan dapat menuliskan semua keasyikan pengalaman yang ada. aku menjadi terinspirasi untuk menulis Otobiografi (pengalamanku ini) yang biasanya hanya ditulis orang terkenal,

Malam ini aku mencoba membongkar-bongkar memori ku yang mengendap dalam kepingan peristiwa kurang lebih 20 tahun yang lalu, yakni permulaan tahun 1987. Tahun itu merupakan awal aku bekerja, sekaligus tahun pertama mengenal Negara lain. Ketika kepingan peristiwa itu berkelebat, aku pun tersenyum simpul, mengenang peristiwa yang telah terjadi 20 tahun yang lalu itu. Ya banyak peristiwa-peristiwa yang telah aku lalui diantaranya ketika saat pertama kali aku naik pesawat dan pergi ke luar negeri.

Tidak terasa waktu ini berjalan sangat cepat rasanya, masih teringat dulu waktu masih balita, kedua orang tua sering mengajak aku jalan2 ke taman remaja (sebelahnya Hi-tech Mall) untuk mencari hiburan di sana supaya aku bisa bersenang-senang, trus waktu beranjak, dari TK, SD, SMP, SMA sayang aku tidak bisa menikmati masa-masa kuliah, dan sekarang sudah lebih dari 25 tahun aku meninggalkan bangku SMA itu dengan masa-masa yang indah. Perjalanan hidup itu banyak sekali lika likunya dan dilalui kadang suka tapi juga tidak sedikit merasakan duka pahitnya hidup ini. Tapi bagaimanapun itu puji syukur kehadirat Illa hi Robbi semua bisa dilalui dengan sebagaimana mestinya.

Terus terang saja aku bukan orang yang pintar menulis, bahkan jauh dari pintar. Semalaman bisa jadi aku merangkai kata-kata, akan tetapi hasilnya bisa jadi hanya sebuah tulisan yang jauh dari bagus yang akhirnya aku corat-coret sendiri "Hhh … menulis itu memang tidak mudah.!" Begitu kata aku berapologi",

.Tulisan aku ini mungkin tidak merupakan kenangan yang indah bagi orang lain. Tapi, bagi aku ini merupakan semacam "memorabilia" artinya suatu peristiwa yang patut dikenang. bertujuan sebagai suatu memori berupa episode hidup seorang yang bernama Hary Sudarmanto.

Sekali aku memang bukan seorang yang pintar menulis, maka pembaca tidak akan dapati tulisan yang bagus dalam buku ini. Akan tetapi aku yakin, suatu saat tulisan aku pasti bagus. Kapan itu ? aku tidak tahu. Ya "asal berani mencoba".

Aku berharap buku ini dapat bermanfaat bagi anak-anakku, kerabat dan teman-teman.

Sekecil apapun yang kita lakukan tetap saja punya arti.

selamat membaca …… !!!!

MENGENAI PENULIS

Hary Sudarmanto lahir di Jakarta tanggal 12 Juni 1965, dari pasangan R.Darwono dan R.A. Sutirahayu, sejak kecil sampai usia 21 tahun, Hary mengikuti orang tuanya yang tinggal di Jakarta, Hary sempat mengenyam pendidikan SD di SDN Cawang Timur Pagi (1971 – 1974) SD Negeri Cipinang Cempedak 09 Pagi (1975 – 1977), SMP Negeri 80 Halim P.K (1978 – 1981).dan SMA Negeri 39 Cijantung, (1981 – 1984) lulus pada usia 19 tahun.



Pengalaman bekerjanya dimulai tahun 1987, pada usia 21 tahun, ketika Hary menjadi Local Staff Sub Bagian Administrasi di Kedutaan Besar RI di Harare, Zimbabwe. Dilingkungan KBRI dia dikenal dengan nama panggilan Toto.

Dengan pendidikannya yang minim Hary berusaha menambah pengetahuan dengan mengikuti berbagai kursus untuk menunjang pekerjaannya sehari-hari, sejak di Harare hingga kini berbagai macam kursus telah diikuti antara lain : English as Foreign Language tahun 1989 di ESB International, Harare, Elementry Word Processing tahun 1990 CCOSA, Harare, Komputer Lotus 1-2-3 dan Word Perfect tahun 1991 Compu Serve, Harare, Beginners Business Communications tahun 1991 Harare Polytechnic, Harare, Introduction to Basic Programming tahun 1992 Sutherland Computer, Harare, Introduction to Dbase III+ tahun 1994 Speciss College, Harare, IATA Ticketing and Reservation tahun 1995 Speciss College di Harare, Akuntansi pada tahun 1998 di Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen, Jakarta.

Selain dari pada itu Hary juga mengikuti berbagai macam pelatihan, training dan seminar yang berkaitan dengan bidang pekerjaan yang pernah dijalaninya diantaranya :

  • Seminar UYHD diselenggarakan di Konsulat Jenderal RI di Cape Town, Afrika Selatan (September 1995) dengan Nara sumber dari Direktorat Jenderal Anggaran Depkeu dan Biro Keuangan Deplu;
  • Sales Systems dalam Bidang Property/Real Estate diselenggarakan oleh ERA Indonesia di Jakarta (Maret 1997);
  • Sosialisasi Terpadu RKA-KL, Pelaksanaan DIPA dan Jabatan Fungsional Diplomat diselengarakan di Hotel Danube (Kedutaan Besar RI) di Bratislava, Slovakia (Desember 2006) dengan nara sumber dari Bapenas, Ditjen Anggaran Depkeu dan Biro Perencanaan dan Organisasi Deplu;
  • Sosialisasi dan Bimetk Sistim Informasi Manajemen Keuangan SIMKEU IV +1 AMD diselenggarakan di Hotel President (Kedutaan Besar RI) di Kyiev, Ukraina (Maret 2007);
  • Pelatihan Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN) diselenggarakan di Hotel Sheraton Media, Jakarta (Mei 2008);
  • Sosialisasi Terpadu Keuangan dan Jabatan Fungsional Diplomat diselenggarakan di Kedutaan Besar RI Kairo, Mesir (Desember 2008) dengan nara sumber Bapenas, BPK dan Biro Keuangan, Deplu;
  • Bimtek Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (SAKPA) dan Sosialisasi Sistem Informasi Manajemen Keuangan Real Time diselenggarakan di Konsulat Jenderal RI di Jeddah (Agustus 2009) nara sumber Ditjen Depkeu, Bagian Verifikasi Biro Keuangan, Deplu.

Berbagai pengalaman kerjapun didapatnya sejak mulai dari KBRI Harare pada tahun 1987 hingga terakhir dia dipercaya sebagai Staf Keuangan pada Kedutaan Besar RI di Tripoli, Libya.

Diawali pada bulan Januari 1987 hingga bulan Agustus 1996, Hary mulai bekerja sebagai Pegawai Setempat (Local Staff) pada Kedutaan Besar R.I. di Harare, Zimbabwe, sebagai staff Administrasi Umum dipercaya untuk melaksanakan tugas-tugas guna menunjang aktivitas Kantor Perwakilan yang baru dibuka, Hary mengerjakanya dengan penuh semangat, dan saling bekerja sama sehingga lambat laun menjadikannya seorang yang professional dibidangnya.

Sebagai Staff Administrasi Hary pada mulanya hanya mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya ringan diantaranya memelihara, menjaga dan menyimpan file-file yang berhubungan dengan masalah keuangan, membuat payroll gaji Home Staff dan Local Staff, Tunjangan Sewa Rumah, mengetik Surat-surat dinas, yang dijalani selama kurun waktu 3 tahun lamanya. Dengan adanya pergantian pimpinan, oleh pimpinan yang baru, Hary mendapat tugas untuk jenis pekerjaan yang lebih berat, yang selama ini belum pernah diketahui maupun dipelajari, namun berkat kegigihannya dan mempelajarinya secara otodidak ia dapat mengerjakan seluruh tugas-tugas yang telah didelegasikan oleh pimpinannya, atas kecakapannya pimpinan memberikan kepercayaan kepada Hary sebagai Operator Komputer untuk Sistim Informasi Keuangan sekaligus kepadanya dipercaya untuk menjabat sebagai Kasir, sebuah jabatan yang memilik tanggung jawab besar dan termasuk paling tinggi di kalangan sesama Local Staff.

Hary juga dipercaya oleh Pimpinan untuk membantu tugas-tugas dibidang keprotokolan dan telah berhasil membangun networking yang baik dengan instansi Pemerintah maupun swasta setempat yang sangat dirasakan manfaatnya oleh KBRI Harare.

Dengan kecakapan seperti tersebut diatas, atas rekomendasi dari Pimpinan KBRI Harare, pada bulan Mei 1990 Hary diperbantukan kepada Advance Team untuk membuka Kantor Perwakilan RI di Windhoek untuk menyelesaikan pekerjaan Pertanggung Jawaban Keuangan dan Administrasi lainnya selama kurang lebih 1 bulan.

Pekerjaan ini dijalaninya hingga Mei 1996, pada bulan Juni 1996 Hary di rotasi sebagai Staf Bidang Politik untuk membantu tugas-tugas Kepala Bidang Politik dalam membina hubungan diplomatik antar kedua negara, memonitor perkembangan politik dalam negeri Zimbabwe, yang besar pengaruhnya terhadap kepentingan NKRI. Pekerjaan ini dijalaninya selama kurang lebih 3 bulan hingga akhirnya mengundurkan diri pada bulan Agustus 1996.

Dengan pengalaman kerja yang didapat di Zimbabwe, selama ini membuat Hary optimis untuk mendapatkan pekerjaan baru di kampung halamannya sendiri, berbagai lamaran dikirimkan ke berbagai perusahaan, Hary ingin mencari suasana baru, karena timbul kejenuhan setelah sekian lama bekerja dilingkukangan birokrasi pemerintahan.

Sebuah tantangan baru dihadapi oleh Hary ketika dia diterima bekerja sebagai Marketting Executive di sebuah perusahaan Developer (PT. MASA KREASI), jelas ini bertentangan dengan pengalamannya yang lebih banyak berkecimpung di bidang Administrasi dan keuangan.

Sebuah tugas dibebankan kepadanya untuk melaksanakan kebijakan, prosedur dan program penjualan perumahan, mengembangkan dan mengimplementasikan strategi dan aktivitas penjualan, memimpin dan mengkoordinir tim Penjualan dan Pemasaran. Sebagai suatu yang baru tentunya diperlukan pengetahuan tambahan, untuk itu Hary mengikuti Training mengenai Sales Systems dalam bidang Property/Real Estate.

Dengan mengandalkan networking yang dibangunnya dengan instansi Pemerintah maupun swasta dan presentasi-presentasi yang dilakukan, Hary bersama teamnya berhasil meningkatkan penjualan di perusahaan tempatnya bekerja.

Namun pekerjaan ini hanya dijalaninya selama 3 bulan (Maret 1997 – Mei 1997), karena dirasakan oleh Hary kurang pas dengan backgroundnya, hingga akhirnya dia pindah bekerja pada sebuah anak Perusahaan yang cukup ternama, bergerak dalam bidang Informasi & Technology (PT. PANSYSTEMS) Hary diterima bekerja sebagai Satf Keuangan, tanpa kendala yang berarti, segala pekerjaan yang dibebankan dapat diselesaikan dengan baik, mengingat banyak kemiripan dengan pekerjaan sebelumnya ketika di KBRI Harare. Berkat kerjasama yang baik dengan tim penjualan Hary memperoleh penghargaan dari Pimpinan perusahaan, kinerja yang baik ini juga memberikan kesempatan kepadanya untuk mengikuti pendidikan tambahan yang dibiayai perusahaan untuk lebih memperdalam pengetahuannya dalam bidang akuntansi yang erat kaitanya dengan keuangan, selain dari pada itu untuk mengisi kekosongan formasi oleh Pimpinan perusahaan ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas Manajer Keuangan, dengan jabatan ini Hary dipercaya untuk menandatangi cek dan kertas berharga lainnya bersama-sama dengan Direktur Utama (Joint Account), selain itu bertanggung jawab untuk masalah keuangan, Bimbingan dan arahan dari Pimpinan membuat Hary semakin memahami pekerjaannya, sebelum sempat dipromosikan menduduki Jabatan Manager Keuangan, pada bulan Pebruari 2004 Hary mengundurkan diri dari pekerjaannya karena mendapat pekerjaan baru.

.

Pada bulan Maret 2004 Hary pindah bekerja pada Perwakilan RI di Tripoli, sebagai Staf Keuangan

Berkat pengabdiannya selama bekerja di Perwakilan Republik Indonesia selama 15 tahun, Hary memperoleh penghargaan dari Menteri Luar Negeri pada bulan Agustus 2008.

Selama bekerja di KBRI Hary memiliki berbagai pengalaman penugasan ke Negara-negara diantaranya :

  • Namibia, sebagai staff perbantuan di KBRI Windhoek (Mei 1990 – Juli 1990);
  • Mozambique, advance team koordinasi dengan protokol Kemlu mengenai rencana penyerahan surat kepercayaan Dubes baru (1994);
  • South Africa, menghadiri Penataran UYHD utk Perwakilan kawasan Afrika Tengah dan Selatan di KJRI Cape Town (September 1995);
  • Mozambique, mendata WNI untuk keperluan Pemilu di Quilimane (Januari 1996);
  • Tunisia, tugas kurir ke STB Bank Tunis (Januari 2005);
  • Tunisia, tugas kurir ke STB Bank Tunis (Juli 2005);
  • Tunisia, tugas kurir ke STB Bank Tunis (Oktober 2006);
  • Slovakia, menghadiri Sosialisasi RKA-KL, Pelaksanaan DIPA di KBRI Bratislava (Desember 2006);
  • Ukraina, menghadiri Sosialisasi SIMKEU IV+ AMD di KBRI Kyiev (Maret 2007);
  • Inggris, tugas kurir ke Bank Mandiri London (Maret 2008);
  • Inggris, tugas kurir ke Bank Mandiri London (April 2008);
  • Mesir, menghadiri Sosialisasi Keuangan dan JFD di KBRI Kairo (Desember 2008);
  • Saudi Arabia, menghadiri Bimtek SAKPA dan Sosialisasi SIMKEU Real Time di KJRI Jeddah ( Agustus 2009).

Hary juga memiliki pengalaman persidangan dan kepanitiaan diantaranya :

  • Anggota Delegasi Konperensi Menteri-Menteri Penerangan Negara Non Blok (COMINAC II) di Harare (Juni 1987);
  • Anggota Delegasi RI pada Ministerial Meeting of the Co-ordinating Bureau of Non-Aligned Countries di Harare (Mei 1989);
  • Anggota Delegasi RI pada Konperensi Commission on Human Settlements Thirteenth Session di Harare (Mei 1991);
  • Angota Panitia kunjungan kenegaraan Presiden RI (Desember 1991);
  • Angota Panitia pada Rakor para Kepala Perwakilan RI se Afrika Barat, Timur dan Selatan di Harare (Nopember 1995);
  • Anggota Panitia Pameran & Property, di JHCC, Jakarta (April 1997)
  • Anggota Panitia Pameran INDOCOMTECH, di JHCC, Jakarta (Maret 2002)

Kepengurusan dalam organisasi

· Bendahara KORPRI Sub Unit KBRI Harare (Jan 1987 – Juni 1990)

· Anggota PPSLN KBRI Harare (1996)

· Anggota Pengurus PANS CLUB PT. Pansystems (2002 – 2004)

· Anggota KPPSLN KBRI Tripoli (2004)

· Anggota KPPSLN KBRI Tripoli (2008)

· Anggota Pengurus PCI-NU Libya

Lain – lain :

  • Menguasai Komputer Program MS Office : Excell, Word, Accesss, Power Point & Outlook Express;
  • Mengoperasikan / mencari data melalui internet;
  • Menguasai Program Komputer Akuntansi : ACCT, ACCPAC;
  • Menguasai Program SIMKEU Versi III, IV, IV Plus, IV Plus AMD dan Real Time, versi Biro Keuangan Deplu;
  • Menguasai Program SAKPA dan SABMN versi Departemen Keuangan;
  • Mengetik dengan kecepatan 40 kpm
  • Mengemudikan kendaraan

Hary menikah dengan Dwi Yuliani pada tahun 1992 dikaruniai 3 orang anak : Dessy Putri Haryani, Risky Pradika Anhar dan Muhammad Al-Faiz.(alm).

15 Februari 2010

PENGALAMAN PERTAMA BERJUDI


Kota lainnya di Zimbabwe yang pernah aku kunjungi adalah Nyanga (sebelumnya dikenal dengan sebutan Inyanga) adalah sebuah kota yang terletak dipropinsi Manicaland, tepatnya dibagian timur dataran tinggi (Eastern Highlands) sekitar 105 km utara kota Mutare.

Didaerah ini terdapat gunung tertinggi di Zimbabwe, yaitu Mount Nyangani terbentang kurang lebih 15 km dari perkampungan. Bagian tertinggi dari puncak gunung mencapai 2.600 m diatas permukaan laut. Nyanga merupakan salah tujuan wisata dengan pemancingan ikan air tawar, lapangan golf, pendakian gunung dan tempat berlibur yang mengasyikkan.
Di Nyanga juga terdapat air terjun tertinggi di Zimbabwe, namanya Mtarazi Falls yang ketinggian curahan airnya sekitar 760 m. dikawasan sekitarnya terdapat peninggalan arkeologi berupa bebatuan.
Ditengah kesibukkan kotapraja Nyamhuka, yang dikelilingi oleh perumahan penduduk khas Afrika, Nyanga juga merupakan pusat pendidikan dan latihan Militer terbesar di Zimbabwe.

Yang namanya tempat judi, aku benar-benar asing. Satu-satunya pengalaman aku berjudi hanyalah membeli togel, atau yang waktu aku kecil disebut Nalo. Itu pun hanya sesekali membeli kalau pas malamnya aku mimpi bagus. Beruntung? Enggak pernah!

Mengenai tempat judi, sejauh ingatan aku hanya sesekali menonton judi sabung ayam ketika aku masih kecil di tahun 1980-an, di Pasar Jangkrik, Jatinegara, Jakarta Timur.

Pengalaman pertama berjudi yang sesungguhnya dengan masuk rumah judi dan mencoba bermain justru terjadi di Nyanga, sebuah kota Wisata di Zimbabwe, pada suatu akhir pekan. Tapi tunggu dulu, jangan bayangkan aku berjudi sampai menghabiskan uang ratusan dollar. Aku hanya numpang teman yang sedang bermain untuk sekadar fun. Teman itu pun cuma membeli koin 50 Zimbabwe dollar untuk beramai-ramai.

Pengalaman pertama berjudi itu terjadi ketika aku bersama rombongan KBRI melaksanakan wisata ke daerah pegunungan di kota Nyanga.
Kebetulan hotel tempat kami menginap bersebelahan dengan tempat Casino dikenal dengan nama Mountclare Casino. Bersama beberapa orang teman, kami pun beramai-ramai masuk ke gedung itu di malam kedua, sekitar pukul 23.00 waktu setempat.

Awalnya, aku membayangkan kalau untuk masuk rumah judi seperti itu akan diperiksa ketat, seperti ketika masuk tempat-tempat judi di Jakarta. Bayangan aku, di depan pintu masuk ada bodyguard berbadan tinggi besar, seperti cerita teman atau yang pernah aku baca di majalah-majalah dan koran.

Katanya, bodyguard itu akan memeriksa pengunjung, terutama yang masih asing baginya, sampai detil, termasuk menanyai berapa uang yang dibawa. Kalau tidak membawa uang cukup, kata seorang teman, jangan harap bisa masuk ke rumah judi gelap yang banyak terdapat di Jakarta.

Ternyata, semua bayangan tentang pengamanan itu sama sekali tidak ada ketika aku masuk ke Casino di Nyanga itu. Kami yang datang berombongan, lebih dari 5 orang ternyata bebas-bebas saja masuk ke Casino. Seperti layaknya masuk mal, kami tidak ditanya-tanya, tidak diperiksa.


Sebagai orang awam judi, aku awalnya membayangkan, di dalam ruangan besar terdiri tiga lantai itu akan mendapati orang-orang sedang serius bermain judi dengan wajah berkerut-kerut sambil memegang botol minuman keras yang menebarkan aroma tak sedap dari napasnya.

Ternyata, yang aku temukan adalah ruangan besar penuh mesin dan meja judi berderet-deret rapi. Asap rokok memang ada di sejumlah tempat, tetapi tidak sampai menyesakkan napas. Peminum yang berjudi juga tak aku lihat. Para penjudi juga tidak tegang-tegang amat. Mereka yang lagi "beruntung" tetap duduk berlama-lama di kursi-kursi yang mengelilingi meja judinya.

Di dalam Casino, kami juga bebas-bebas saja berkeliling, menonton orang-orang bermain rolet, blackjack, bakarat, jackpot, games, dan banyak jenis judi yang aku tak paham. Bahkan, ketika aku duduk-duduk di antara para penjudi tanpa ikut berjudi pun tak ada orang yang menegur. Tak ada yang mengusir.

Di meja-meja rolet yang diawaki seorang perempuan muda tak cantik apalagi seksi, para penjudi duduk-duduk manis sambil memerhatikan putaran rolet lalu menempatkan koin-koinnya ke nomor-nomor yang dia inginkan. Boleh dalam satu nomor, dua nomor, atau di empat nomor dalam satu kotak. Koin yang ditumpuk bisa satu, dua, hingga belasan untuk setiap nomor yang dia inginkan.

Tak ada teriakan kesal atau marah ketika nomor yang dipasangi koin ternyata terlewat. Juga tak ada pekik kegembiraan ketika biji judi berhenti di nomor yang dipasangi koin. Penjudi yang beruntung maupun yang tak beruntung terlihat biasa-biasa saja.

Seorang pemuda yang beberapa kali mendapatkan keuntungan juga tak segan-segan nyelonong pergi tanpa ada yang hirau. Tidak ada upaya dari si awak rolet mencegah, apalagi sampai merayu-rayu menggoda agar si pemain bertahan di mejanya. Sebaliknya, seorang perempuan muda yang kalah 20 dollar (sekitar Rp 130.000) juga terlihat biasa-biasa saja.

Ketika aku mencoba menawarinya duduk karena aku tak main sementara dia main, dia malah tertawa-tawa. "Keberuntungan aku justru kalau berdiri begini," kata dia sambil mencoba kembali peruntungannya. Ternyata malam itu dia tidak beruntung di meja itu. Mungkin karena ada aku yang mengganggu konsentrasinya? Entahlah. Yang jelas dia akhirnya ngeloyor begitu saja sambil berpamit basa-basi kepada aku ketika pada pemasangan ketiga tetap tak beruntung.

Setelah berlama-lama di meja rolet tanpa ikut bermain, aku dan beberapa anggota rombongan kemudian melanjutkan keliling ruangan. Di bagian kanan ruangan sampai ke belakang yang aku lihat hanyalah monitor komputer games, seperti halnya di Timezone. Gambarnya macam-macam. Ada kartu remi dan banyak lagi gambar-gambar yang aku tak pahami betul apa jenisnya.

Di depan monitor, penjudi asyik memencet-mencet tombol. Pria maupun wanita, tua maupun muda. Aku berpikir apa enaknya main judi hanya dengan menyamakan kartu di deretan kiri, tengah, dan kanan itu.



Akhirnya ikut main
Setelah puas berkeliling-keliling ruangan, termasuk memesan minuman ringan di sebuah bar di dalam ruang itu, aku kemudian berhenti di sebuah meja rolet. Saat itu, seorang di antara rombongan kami sedang main. "Sudahlah, duduk sini saja. Main pakai koin ini saja," kata seorang rekan yang mengaku hanya membeli koin 50 dollar Selandia Baru.

Awalnya, aku ragu apakah diperbolehkan main menggunakan koin orang. Aku lalu mencoba memasang dua koin rekan tersebut ke angka 17 dan 8. Ternyata koin 17 menang. Aku pun mendapat tambahan 20 koin. Merasa beruntung, aku pasang lagi lima koin di beberapa nomor. Kali ini salah satu koin aku membuahkan hasil lagi.

Lama-lama teman-teman anggota rombongan berdatangan ke meja kami. Koin yang tersisa kemudian dipakai beramai-ramai. Ada yang kalah ada yang menang, tetapi akhirnya semua koin habis dan kami pun ngeloyor pulang ke hotel karena waktu sudah menujukkan pukul 02.00.

Tak ada kesan istimewa ketika kami meninggalkan rumah judi itu. Yang terasa hanya inilah sebuah kegembiraan, sebuah fun, bahwa aku, paling tidak, pernah mencoba berjudi. Bukan di Kalijodo ataupun sabung ayam, pengalaman pertama itu justru di Casino. Luar biasa kan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar