15 Februari 2010
ZIARAH KE MAKAM MBAH MARX
Ziarah ke Makam Mbah Marx.
Esoknya aku menyelinap lagi ke lubang tanah dengan metro. "Ular" bermesin itu muncul kembali dipinggiran London Utara. Daerah sepi itu bernama Highgate. Seorang ibu yang menggandeng bocah perempuan cepat tanggap maksud yang aku cari. "Cemetry from Karl Mark?" "Yes," jawab aku , aku memang bermaksud menengok makam "Bapak Proletar" itu. "Follow me!" Ibu yang ramah itu berjalan didepan aku. Dibelokkan jalan, ibu itu memberi penjelasan sekali lagi, lalu berpisah. Plang bertuliskan Highgate Cemetry terpampang dikanan jalan. Makam Karl Marx ada disebelah kiri jalan. Makam Marx telah menjadi obyek wisata yang dikunjungi banyak orang. Pintu masuknya dari besi sederhana yang sudah karatan. Kesannya terang benderang, jauh dari suasana mencekam. Bahkan, ketika aku masuk, pintunya tak terkunci. Namun buru-buru penjaganya datang. Kami disodori tiket bertuliskan Highgate Cemetery (East), JOHO. Ada brosur tersisa dua lembar warna merah bertuliskan " Karl Mark : from Trier to Highgate by Judith Yuille ". Lalu aku mengikuti jalan tanah kecil. Di pertigaan, aku belok kiri. Dari jauh sudah tampak beberapa orang bergerombol. Makin dekat, terlihat disamping kanan sebuah nisan dengan patung kepala Marx berambut gondrong serta berewok. Matanya menyorot tajam. Alisnya panjang, guratan di dahi serta pipi sudah menua. Ternyata patung Karl Marx itu dibuat oleh pemahat Laurence Bradshaw pada 1956. Praktis patung itu baru dibuat 33 tahun lalu. Sebelumnya hanyalah nisan biasa yang kecil dan rata dengan tanah. Bagian fondasi dari batu granit, sedangkan kepalanya terbuat dari bahan perunggu. Monumen kecil itu diresmikan pada 14 Maret 1956. Dan dihadiri oleh sekitar 200 orang, termasuk dua cucu Marx.
Dibagian depan monument terpahat tulisan pesan dari Marx pada akhir Manifesto Komunis : "Workers of all lands unite." Sementara itu, di bagian bawah lagi tertulis pernyataan Marx pada tesis Feuerbach: "The philosophers have only interpreted the world in various ways. The point however is to change it."
Aku perhatikan sekeliling. Makam Marx terletak di ujung batas kuburan. Nisannya menghadap ke jalan tanah yang lebarnya tak lebih dari dua meter. Sungguh sederhana. Mayat Marx hanya dipendam biasa di tanah. Bukan di awetkan dengan balsam seperti Lenin atau Mao dan ditempatkan di musoleum.
Karl Heinrich Marx (Trier, Jerman, 5 Mei 1818 – London, 14 Maret 1883) adalah seorang filsuf, pakar ekonomi politik dan teori kemasyarakatan dari Prusia. Walaupun Marx menulis tentang banyak hal semasa hidupnya, ia paling terkenal atas analisisnya terhadap sejarah, terutama mengenai pertentangan kelas, yang dapat diringkas sebagai "Sejarah dari berbagai masyarakat hingga saat ini pada dasarnya adalah sejarah tentang pertentangan kelas", sebagaimana yang tertulis dalam kalimat pembuka dari Manifesto Komunis.
Kehidupan awal
Karl Marx lahir dalam keluarga Yahudi progresif di Trier, Prusia, (sekarang di Jerman). Ayahnya bernama Herschel, keturunan para rabi, meskipun cenderung seorang deis, yang kemudian meninggalkan agama Yahudi dan beralih ke agama resmi Prusia, Protestan aliran Lutheran yang relatif liberal, untuk menjadi pengacara. Herschel pun mengganti namanya menjadi Heinrich. Saudara Herschel, Samuel — seperti juga leluhurnya— adalah rabi kepala di Trier. Keluarga Marx amat liberal dan rumah Marx sering dikunjungi oleh cendekiawan dan artis masa-masa awal Karl.
Marx terkenal karena analisis nya di bidang sejarah yang dikemukakan nya di kalimat pembuka pada buku ‘Communist Manifesto’ (1848) :” Sejarah dari berbagai masyarakat hingga saat ini pada dasarnya adalah sejarah tentang pertentangan kelas.” Marx percaya bahwa kapitalisme yang ada akan digantikan dengan komunisme, masyarakat tanpa kelas setelah beberapa periode dari sosialisme radikal yang menjadikan negara sebagai revolusi keditaktoran proletariat(kaum paling bawah di negara Romawi).
Marx sering dijuluki sebagai bapak dari komunisme, Marx merupakan kaum terpelajar dan politikus. Ia memperdebatkan bahwa analisis tentang kapitalisme miliknya membuktikan bahwa kontradiksi dari kapitalisme akan berakhir dan memberikan jalan untuk komunisme. Di lain tangan, Marx menulis bahwa kapitalisme akan berakhir karena aksi yang terorganisasi dari kelas kerja internasional. “Komunisme untuk kita bukanlah hubungan yang diciptakan oleh negara, tetapi merupakan cara ideal untuk keadaan negara pada saat ini. Hasil dari pergerakan ini kita yang akan mengatur dirinya sendiri secara otomatis. Komunisme adalah pergerakan yang akan menghilangkan keadaan yang ada pada saat ini. Dan hasil dari pergerakan ini menciptakan hasil dari yang lingkungan yang ada dari saat ini. – Ideologi Jerman- Dalam hidupnya,Marx terkenal sebagai orang yang sukar dimengerti, ide-ide nya mulai menunjukkan pengaruh yang besar dalam perkembangan pekerja segera setelah ia meninggal. Pengaruh ini berkembang karena didorong oleh kemenangan dari Marxist Bolsheviks dalam Revolusi Oktober Rusia. Namun, masih ada beberapa bagian kecil dari dunia ini yang belum mengenal ide Marxian ini sampai pada abad ke-20. Hubungan antara Marx dan Marxism adalah titik kontroversi. Marxism tetap berpengaruh dan kontroversial dalam bidang akademi dan politik sampai saat ini. Dalam bukunya Marx, Das Kapital (2006), penulis biografi Francis Wheen mengulangi penelitian David McLellan yang menyatakan bahwa sejak Marxisme tidak berhasil di Barat, hal tersebut tidak menjadikan Marxisme sebagai ideologi formal, namun hal tersebut tidak dihalangi oleh kontrol pemerintah untuk dipelajari.
Pendidikan
Marx menjalani sekolah di rumah sampai ia berumur 13 tahun. Setelah lulus dari Gymnasium Trier, Marx melanjutkan pendidikan nya di Universitas Bonn jurusan hukum pada tahun 1835 pada usia nya yang ke-17, dimana ia bergabung dengan klub minuman keras Trier Tavern yang mengakibatkan ia mendapat nilai yang buruk. Marx tertarik untuk belajar kesustraan dan filosofi, namun ayahnya tidak menyetujuinya karena ia tak percaya bahwa anaknya akan berhasil memotivasi dirinya sendiri untuk mendapatkan gelar sarjana. Pada tahun berikutnya, ayahnya memaksa Karl Marx untuk pindah ke universitas yang lebih baik, yaitu Friedrich-Wilhelms-Universität di Berlin. Pada saat itu, Marx menulis banyak puisi dan esai tentang kehidupan, menggunakan bahasa teologi yang diwarisi dari ayahnya seperti ‘The Deity’ namun ia juga menerapkan filosofi atheis dari Young Hegelian yang terkenal di Berlin pada saat itu. Marx mendapat gelar Doktor pada tahun 1841 dengan tesis nya yang berjudul ‘The Difference Between the Democritean and Epicurean Philosophy of Nature’ namun, ia harus menyerahkan disertasi nya ke Universitas Jena karena Marx menyadari bahwa status nya sebagai Young Hegelian radikal akan diterima dengan kesan buruk di Berlin.
Pada tahun 1835, Marx mendaftar di Universitas Bonn untuk belajar hukum, dan di sana ia bergabung dengan Trier Tavern Club, dan sempat menjadi presiden Klub, sehingga prestasi sekolahnya buruk. Setahun kemudian, ayah Marx mendesaknya untuk pindah ke Universitas Friedrich-Wilhelms di Berlin, agar dapat lebih serius belajar. Di sini, Marx banyak menulis puisi dan esai tentang kehidupan, dengan menggunakan bahasa teologis yang diperoleh dari ayahnya yang deis. Pada saat itulah ia mengenal filsafat atheis yang dianut kelompok Hegelian-kiri. Marx memperolehi doktorat pada tahun 1841 dengan tesis yang bertajuk "Perbedaan Filsafat Alam Demokritos dan Epikurus", tetapi beliau harus menyerahkan tesisnya kepada Universitas Jena karena beliau diamarankan bahwa reputasinya di antara fakultas sebagai seorang Hegelian-kiri akan menyebabkan penerimaan yang buruk di Berlin.
Marx mempunyai keponakan yang bernama Azariel, Hans, dan Gerald yang sangat membantunya dalam semua teori yang telah ia ciptakan.
Di Berlin, minat Marx beralih ke filsafat, dan bergabung ke lingkaran mahasiswa dan dosen muda yang dikenal sebagai Pemuda Hegelian. Sebagian dari mereka, yang disebut juga sebagai Hegelian-kiri, menggunakan metode dialektika Hegel, yang dipisahkan dari isi teologisnya, sebagai alat yang ampuh untuk melakukan kritik terhadap politik dan agama mapan saat itu.*
Hari terakhir aku di London diwarnai hujan kecil, aku mengunjungi British Museum. Sebelum mencapai pintu masuk Reading Room, aku melihat banyak ruangan lain. aku baru tahu ternyata Reading Room (Library) itu hanyalah salah satu ruangan dari Museum. Ketika masuk Reading Room, segera aku baca tulisan "Quite Please", aku ajukan pertanyaan pada seorang ibu yang menghadap layar computer. "Dimana Marx dulu menulis, apa benar di sini?". Ibu itu mengacungkan tangan kanannya kearah belakang. Luar biasa arsitektur ruangan itu. Sebuah ruangan yang bundar dan atapnya cekung, mirip kubah gereja. Buku berderet melingkar. Aku hitung ada tiga tingkat. Ketika berada di tengah-tengah, aku lihat banyak meja lebar berderet disertai layar computer supermodern. Kebanyakan buku kuno bertema filsafat, sejarah, geografi, ekonomi, seni, musik, dan lain-lain.
Secara kebetulan, aku tertatap sebuah buku cukup besar berjudul wayang Java. Setelah aku buka, ternyata buku itu dikarang pada 1910 oleh Alit Djaja Soebrata. Diterbitkan oleh The Museum of Ethnology of Rotterdam. Sekitar satu jam aku berada dimuseum itu. Lalu keluar dan aku lihat jalan-jalan masih menyisakan basah air hujan, pulang menuju penginapan.
Sesampainya di Wisma Merdeka dari petugas bersih-bersih aku mendapat informasi, bahwa besok akan ada demonstrasi para operator kereta, kemungkinan besar mereka akan mogok kerja, padahal besok adalah jadwal aku untuk melanjutkan penerbangan ke Jakarta, akhirnya sore itu juga aku berkemas menuju Airport menggunakan kereta dari Statsiun Victoria menuju Gatwick Air[port dan bermalam disana baru pada keesokan harinya berangkat ke Jakarta mengunakan pesawat Garuda dengan membawa setumpuk kenangan di London.[July 1989].*
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar