15 Februari 2010
PENGALAMAN JADI PRAMUSAJI
Meskipun bukan pekerjaan pokok, ada kalanya aku dimintai bantuan oleh Bapak Duta Besar untuk membantu di Wisma (Kediaman rsmi Duta Besar) bilamana beliau mengadakan jamuan makan mengundang koleganya Duta-Duta Besar negara sahabat ataupun Pejabat Pemerintah setempat.
Menjadi pramusaji (waiter) dengan menggunakan baju putih, celana hitam dan berdasi kupu-kupu awalnya aku rasakan agak kikuk, tapi ini memang merupakan sebuah keharusan bagi seorang pelayan dalam acara jamuan makan resmi, tidak masalah aku pikir hitung-hitung tambah pengalaman.
Pertama kali melakukannya aku sempat merasa grogi, karena harus melayani orang-orang terhormat. Belum lagi tata cara yang perlu dijalankan dalam jamuan makan tersebut mulai dari penataan perlengkapan makan sampai urutan dan cara penyajiannya, orang-orang yang harus dilayani terlebih dahulu sesuai daftar urut kepengkatan (order of precedence) yang sudah menjadi aturan baku dikalangan Korps Diplomatik. Semua ini tidak mudah pada awalnya, karena harus dipahami benar sehingga tidak mengalami kesalahan, namun lambat laun aku menjadi terbiasa melakukannya.
Bagi orang lain mungkin ini sebuah pekerjaan yang hina, tapi aku tidak mempunyai anggapan seperti itu bahkan aku dengan senang dan iklas menjalaninya, karena dari sanalah aku banyak belajar mengenai tatacara makan ala kerajaan yang semuanya ini baru aku ketahui.
Pengetahuan yang aku dapati mulai dari Seating Arrangements (pengaturan tempat duduk), penyusunan peralatan makan : piring, sendok, garpu dan gelas, sesuai dengan keperluan, urutan menu yang harus dihidangkan : mulai dari menu pembuka, menu utama dan menu penutup, selain air putih dan soft drink ada juga minuman (wine) yang penyuguhannya harus disesuaikan dengan jenis menu, anggur merah (red wine) untuk menu daging, sedangkan anggur putih (white wine) untuk menu ayam atau ikan, ini pun ada aturannya kapan harus disuguhkan kepada para tamu.
Secara urutan pada suatu acara jamuan makan adalah sbb :
Para undangan diterima tuan rumah diruang tamu, para pramusaji menawarkan jenis minuman yang dikehendaki kepada para tamu, umumnya orang kulit putih memilih minuman beralkohol yang dicampur diantaranya : Whisky on the Rock (campuran Whisky dengan batu es dan air putih) atau ada juga Gin Tonic (minuman beralkohol jenis Gin dicampur dengan air tonic), mereka berbincang-bincang sambil menikmati makanan kecil yang disediakan.
Setelah seluruh masakan siap untuk dihidangkan Kepala Rumah Tangga menginformasikan kepada Istri Duta Besar, selanjutnya para tamu diajak menuju ruang makan, namun sebelum memasuki ruang makan terlebih dahulu para tamu diminta untuk melihat denah tempat duduk (Seating Arrangements) untuk mengetahui posisi tempat duduknya.
Ada dua model posisi duduk tuan rumah yaitu posisi ditengah berhadapan dengan tamu kehormatan (guest of honour) yang diundang atau masing-masing suami istri berada di Kepala Meja.
Setelah semua para tamu menempati tempat duduknya, para pramusaji pun mulai menyajikan menu pembuka berupa Sup atau makan ringan, demikian selanjutnya hingga menu penutup apabila jamuan dilaksanakan secara penyajian, dalam penyajiannya pun ada aturannya yaitu harus dari sebelah kiri dari posisi duduk orang yang akan kita suguhkan masakan.
Apabila dilakukan secara prasmanan (Buffet), maka hanya menu pembuka saja yang dilayani, selebihnya para tamu mengambil menu pada meja prasmanan.
Setelah selesai jamuan, jika jamuan tersebut diperuntukkan untuk seseorang (Guest of Honour) katakan perpisahan karena berakhir masa tugasnya, maka tuan rumah akan memberikan sambutan.
Setelah jamuan makan selesai seluruh tamu kembali ke ruang tamu, pramusaji pun menawarkan minuman hangat teh atau kopi adajuga beberapa tamu yang menyukai cognac.
Dengan menjadi pramusaji dadakan ini aku bisa melihat dari dekat para tamu yang diundang oleh Bapak Duta Besar untuk jamuan makan di Wisma, salah satu diantaranya Mr. Sam Nujoma, sebelum menjadi Presiden Namibia.
Sebuah pengalaman lain ketika Advance Team (Tim Pendahulu) untuk kunjungan Presiden RI ke Zimbabwe yang diketuai oleh Sekmil Presiden Bapak Mayjen Sayukat Banjaransari dijamu oleh Duta Besar di Wisma, karena jumlahnya cukup banyak maka diadakan secara prasmanan ala Indonesia, sebagai Pimpinan beliau mendapat kesempatan pertama untuk memulai, aku pun menyodorkan piring untuk beliau, namun tanpa disangka-sangka beliau menolak dan berkata : "biar saya ambil sendiri, tidak usah dilayani, nanti kalo saya dilayani yang lain ikut-ikutan, sebaiknya Mas duduk saja", Hah jadi malu aku, karena baru kali ini aku menemukan Pejabat yang bijak, padahal rumornya Bapak ini terkenal sangat Galak ternyata sebaliknya, bahkan ketika kedatangan beliau berikutnya bersama rombongan Presiden, ketika berjumpa aku di airport hal pertama yang dilakukan adalah menyerahkan foto, hasil jepretannya ketika acara jamuan tempo hari. Aku jadi sangat bersimpati sekali dengan beliau.
Dengan pergantian pimpinan dan mengingat beban tugas dikantor cukup menyita waktu, akhirnya dalam waktu selanjutnya pihak KBRI menyewa para Pramusaji dari Hotel, namun aku masih diberi tugas untuk mengawasi mereka pada waktu-waktu jamuan di Wisma.
Wah naik pangkat pikirku ………. !!.
Menjadi pramusaji (waiter) dengan menggunakan baju putih, celana hitam dan berdasi kupu-kupu awalnya aku rasakan agak kikuk, tapi ini memang merupakan sebuah keharusan bagi seorang pelayan dalam acara jamuan makan resmi, tidak masalah aku pikir hitung-hitung tambah pengalaman.
Pertama kali melakukannya aku sempat merasa grogi, karena harus melayani orang-orang terhormat. Belum lagi tata cara yang perlu dijalankan dalam jamuan makan tersebut mulai dari penataan perlengkapan makan sampai urutan dan cara penyajiannya, orang-orang yang harus dilayani terlebih dahulu sesuai daftar urut kepengkatan (order of precedence) yang sudah menjadi aturan baku dikalangan Korps Diplomatik. Semua ini tidak mudah pada awalnya, karena harus dipahami benar sehingga tidak mengalami kesalahan, namun lambat laun aku menjadi terbiasa melakukannya.
Bagi orang lain mungkin ini sebuah pekerjaan yang hina, tapi aku tidak mempunyai anggapan seperti itu bahkan aku dengan senang dan iklas menjalaninya, karena dari sanalah aku banyak belajar mengenai tatacara makan ala kerajaan yang semuanya ini baru aku ketahui.
Pengetahuan yang aku dapati mulai dari Seating Arrangements (pengaturan tempat duduk), penyusunan peralatan makan : piring, sendok, garpu dan gelas, sesuai dengan keperluan, urutan menu yang harus dihidangkan : mulai dari menu pembuka, menu utama dan menu penutup, selain air putih dan soft drink ada juga minuman (wine) yang penyuguhannya harus disesuaikan dengan jenis menu, anggur merah (red wine) untuk menu daging, sedangkan anggur putih (white wine) untuk menu ayam atau ikan, ini pun ada aturannya kapan harus disuguhkan kepada para tamu.
Secara urutan pada suatu acara jamuan makan adalah sbb :
Para undangan diterima tuan rumah diruang tamu, para pramusaji menawarkan jenis minuman yang dikehendaki kepada para tamu, umumnya orang kulit putih memilih minuman beralkohol yang dicampur diantaranya : Whisky on the Rock (campuran Whisky dengan batu es dan air putih) atau ada juga Gin Tonic (minuman beralkohol jenis Gin dicampur dengan air tonic), mereka berbincang-bincang sambil menikmati makanan kecil yang disediakan.
Setelah seluruh masakan siap untuk dihidangkan Kepala Rumah Tangga menginformasikan kepada Istri Duta Besar, selanjutnya para tamu diajak menuju ruang makan, namun sebelum memasuki ruang makan terlebih dahulu para tamu diminta untuk melihat denah tempat duduk (Seating Arrangements) untuk mengetahui posisi tempat duduknya.
Ada dua model posisi duduk tuan rumah yaitu posisi ditengah berhadapan dengan tamu kehormatan (guest of honour) yang diundang atau masing-masing suami istri berada di Kepala Meja.
Setelah semua para tamu menempati tempat duduknya, para pramusaji pun mulai menyajikan menu pembuka berupa Sup atau makan ringan, demikian selanjutnya hingga menu penutup apabila jamuan dilaksanakan secara penyajian, dalam penyajiannya pun ada aturannya yaitu harus dari sebelah kiri dari posisi duduk orang yang akan kita suguhkan masakan.
Apabila dilakukan secara prasmanan (Buffet), maka hanya menu pembuka saja yang dilayani, selebihnya para tamu mengambil menu pada meja prasmanan.
Setelah selesai jamuan, jika jamuan tersebut diperuntukkan untuk seseorang (Guest of Honour) katakan perpisahan karena berakhir masa tugasnya, maka tuan rumah akan memberikan sambutan.
Setelah jamuan makan selesai seluruh tamu kembali ke ruang tamu, pramusaji pun menawarkan minuman hangat teh atau kopi adajuga beberapa tamu yang menyukai cognac.
Dengan menjadi pramusaji dadakan ini aku bisa melihat dari dekat para tamu yang diundang oleh Bapak Duta Besar untuk jamuan makan di Wisma, salah satu diantaranya Mr. Sam Nujoma, sebelum menjadi Presiden Namibia.
Sebuah pengalaman lain ketika Advance Team (Tim Pendahulu) untuk kunjungan Presiden RI ke Zimbabwe yang diketuai oleh Sekmil Presiden Bapak Mayjen Sayukat Banjaransari dijamu oleh Duta Besar di Wisma, karena jumlahnya cukup banyak maka diadakan secara prasmanan ala Indonesia, sebagai Pimpinan beliau mendapat kesempatan pertama untuk memulai, aku pun menyodorkan piring untuk beliau, namun tanpa disangka-sangka beliau menolak dan berkata : "biar saya ambil sendiri, tidak usah dilayani, nanti kalo saya dilayani yang lain ikut-ikutan, sebaiknya Mas duduk saja", Hah jadi malu aku, karena baru kali ini aku menemukan Pejabat yang bijak, padahal rumornya Bapak ini terkenal sangat Galak ternyata sebaliknya, bahkan ketika kedatangan beliau berikutnya bersama rombongan Presiden, ketika berjumpa aku di airport hal pertama yang dilakukan adalah menyerahkan foto, hasil jepretannya ketika acara jamuan tempo hari. Aku jadi sangat bersimpati sekali dengan beliau.
Dengan pergantian pimpinan dan mengingat beban tugas dikantor cukup menyita waktu, akhirnya dalam waktu selanjutnya pihak KBRI menyewa para Pramusaji dari Hotel, namun aku masih diberi tugas untuk mengawasi mereka pada waktu-waktu jamuan di Wisma.
Wah naik pangkat pikirku ………. !!.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar