15 Februari 2010
PELANGI SETIAP SAAT DI VICTORIA FALLS
Mungkin ada yang mengira Victoria Falls berada di kawasan Puncak,Jawa Barat, di mana banyak produk properti diberi nama kebarat-baratan. Victoria Falls yang dimaksud di sini juga bukan di Barat,tetapi di Benua Afrika, tepatnya di Zimbabwe.Victoria Falls, nama sebuah kawasan di mana terdapat air terjunraksasa yang menjadi mata dagangan utama Zimbabwe dalam dunia turisme. Obyek wista yang paling terkenal merupakan salah satu air terjun paling spektakuler di dunia. Air terjun ini terletak di Sungai Zambezi, yang pada saat ini membentuk perbatasan antara Zambia dan Zimbabwe. Air terjun ini memiliki lebar kira-kira 1 mil (1,6 km), dengan ketinggian 128m (420 kaki).
Begitu sangat getol Zimbabwe menawarkan Victoria Falls,
membuat Zimbabwe yang pada tanggal 18 April ini merayakan hari kemerdekaan identik dengan Victoria Falls. Seperti halnya Indonesia dengan Bali. Barang-barang cetakan yang beredar dan dibagi-bagikan kepada turis, gambar air terjun Victoria Falls selalu mendominasi. Pada bagian gambar bertuliskan "Zimbabwe Africa's Paradise". Padahal,
Zimbabwe punya sejumlah wisata alam lainnya yang menakjubkan, seperti Hwange National Park yang terkenal dengan binatang-binatang liarnya
dan situs purbakala di Masvingo. Nama Victoria Falls tampaknya tidak akan diganti oleh Pemerintah Zimbabwe meskipun nama besar itu tidak mencerminkan nasionalisme
bangsa Zimbabwe. "Victoria Falls tidak diganti karena sudah mendunia, Davi Livingstones menamakannya atas nama Ratu Victoria, sedangkan nama lokalnya adalah Mosi-oa-Tunya, yang artinya "asap menggelegar.
Bila Victoria Falls diganti nama baru, akan memakan waktu lama untuk memperkenalkan pada dunia. Berbeda dengan nama-nama wilayah lainnya, termasuk nama negaranya yang sudah terlebih dulu diganti dengan nama yang berasal dari bahasa setempat, yakni shona dan Ndebele. Penggantian nama-nama barat menjadi nama local itu dilakukan sejak negara ini merdeka dari inggris tahun 1980, Nama Zimbabwe sekarang ini adalah nama baru hasil nasionalisasi. Zimbabwe yang berarti rumah yang terbuat dari batu itu dulu bernama
Southern Rhodesia. Akan tetapi, apa pun nama yang diberikan pada suatu kawasan,
tetap saja tidak mengubah kondisi alam itu sendiri. Keindahan alam tidak akan terdongkrak atau terkurangi oleh nama-nama pilihan manusiaitu.
Kawasan Victoria Falls yang merupakan perpaduan antara hutan liar, air terjun, tebing batu, dan sungai sejak diperkenalkan pada dunia Barat pada tahun 1855 oleh David Livingstone tetap saja memikat pengunjungnya. yang menamakannya atas nama Ratu Victoria, sedangkan nama lokalnya adalah Mosi-oa-Tunya, yang artinya "asap menggelegar.
Dari Harare, Victoria Falls dapat ditempuh melalui udara selama 1 jam dan jalan darat menempuh +1000 km selama 10 jam dengan kecepatan rata-rata 160 km/jam, sebagai staff protocol penulis sempat beberapa kali melakukan perjalan ketempat ini, baik melalui darat maupun udara baik pribadi maupun kedinasan, diantaranya : Mengantar Tim Caraka Deplu, Tim Pencipta Alam Mahasiswa Putri Trisakti (Yuni cs, pengelola wisata arung jeram di sungai citarik), Team Dokter Kepresidenan dan Presenter TVRI Teungku Malinda (dalam rangka kunjungan kenegaraan Presiden Soeharto ke Zimbabwe Desember 1990), Penyelenggaraan " Indonesian Night " bekerja sama dengan Rainbow Hotel di Victoria Falls.
Burung dan Jangkrik
Pintu belakang kamar Resort Elephant Hills di Victoria Falls kami buka ketika masih pagi buta. Udara dingin pun menyergap ke dalam kamar. Ketika itu di luar masih tampak gelap, tetapi burung-burung sudah berkicau. Ada yang mencicit keras, ada yang meraung-raung
seperti suara binatang, dan ada yang menjerit-jerit seperti bayi menangis. Suara jangkrik pun bersahut-sahutan. Sekitar satu jam kemudian langit di timur mulai memerah. Pucuk-
pucuk pohon hutan mulai tampak. Burung-burung mulai terlihat beterbangan. Matahari mulai menyembul sedikit demi sedikit dengan sinarnya yang memerah. Di arah agak selatan terlihat kabut tebal yang menyelimuti daratan itu. Kami yang belum pernah tahu seluk-beluk kawasan itu memperkirakan, kabut putih itu adalah lokasi air terjun Victoria
Falls. Dan, ternyata benar. Kabut tebal air terjun itu terlihat dari jarak sekitar empat
kilometer dari resor yang menampung banyak wisatawan dari Asia itu.
Pada siang hari, rombongan menuju ke arah air terjun. Dengan menggunakan sebuah bus, rombongan dipandu seorang pengemudi yang fasih berbahasa Inggris dan mampu menjelaskan apa yang terlihat di kiri dan kanan jalan. Pengemudi yang berbadan kurus dan
berkulit hitam itu bernama Elias. Di jalan tikungan di sebuah hutan belantara, Elias menghentikan busnya. Ia minta semua penumpangnya turun untuk diberi penjelasan
adanya sebuah pohon baobab besar di pinggir tikungan jalan beraspal itu. Ia menjelaskan bahwa pohon itu konon sudah berusia 1.500 tahun.Daun pohon itu bila direbus dapat diminum untuk menyembuhkan malaria. Pohon besar itu dikurung dengan pagar kawat agar tidak didekati oleh turis. "Kalau tidak dipagar, lama-kelamaan pohon ini
rusak," tuturnya.
Pelangi di bawah jembatan
Begitu sampai di pintu gerbang taman nasional, National Park and Wild Life yang mengurus air terjun Victoria Falls, kami ditawari jas hujan oleh orang-orang yang membuka kios di sekitar pintu masuk air terjun. Begitu pula pengunjung lain.
Pengunjung sempat terkaget-kaget ketika ditawari jas hujan karena saat itu tidak ada mendung.
Matahari pun bersinar terang dan langit tampak biru. Setelah diberi penjelasan oleh pemandu bahwa pengunjung pasti basah karena air akan tiba-tiba mengguyur dari atas layaknya hujan, barulah mereka menyewa jas hujan. Hal itu ternyata benar,
begitu kami mendekat ke tebing jurang Sungai Zambezi dan tampak air terjun yang menggerojok tebing dengan suara gemuruh. Air terjun Victoria Falls merupakan yang terbesar di dunia.
Salah satu keajaiban dunia tampak di lokasi ini. Dari luas bibir gerojokan sepanjang 1.700 meter, air dengan bebas terjun ke jurang Sungai
Zambezi sedalam sedikitnya 100 meter. Luapan air terlempar ke angkasa sejauh ratusan meter, membentuk kabut, dan jatuh bagaikan hujan. Tiba-tiba saja kawasan itu dilanda
hujan deras, dan kadang-kadang rintik-rintik tergantung angin, terus
bergulung-gulung di kawasan ini. Air terjun dapat dilihat dari tebing sungai sepanjang sekitar 2,5 kilometer.
Di sepanjang jalan menuju tebing, hujan yang bersumber
dari semburan air yang tertiup angin tidak henti-henti. Hal ini membuat pengunjung sulit untuk mengeluarkan kamera guna memotret. Padahal, di depan mata berjarak antara tiga hingga lima meter terlihat lingkaran pelangi. Di jalan depan kaki tampak pelangi, di samping kiri dan kanan pun muncul pelangi, dengan lingkaran berbagai ukuran. Bahkan, di bawah sungai sekitar Jembatan Zambezi yang menghubungkan perbatasan antara
Zimbabwe dan Zambia, pelangi tampak nyata.
Melihat begitu banyak pelangi yang bertebaran dalam berbagai ukuran, kami mengedip-ngedipkan dan membelalakkan mata, seakan-akan tidak percaya dengan pandangan mata sendiri.
Benarkah ini pelangi ? Ini kehidupan nyata di Victoria Falls. Rasa kagum sulit diungkapkan dengan kata-kata. Rasanya tidak cukup kata-kata kita untuk mengurai kembali pengalaman empiris selama menyusuri Victoria Falls. meraih pengalaman langsung yang mendebarkan dari daratan Zimbabwe yang eksotis, dan banyak yang masih belum terjamah rekayasa tangan-tangan pembangunan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar