16 Februari 2010
TERPESONA MELIHAT KA'BAH
SUBHANALLAH. Tergagap. Ka’bah di depan mata.. Ya, Ka’bah. Gambar yang sangat sering ditatap, dirindukan, dan dimimpikan. Kini, bukan mimpi. Bukan gambar. Ini nyata. Baitullah. Bangunan pertama di dunia. Di Tanah asal muasal diri. Rumah Allah di dunia.
Ya, Allah. Selama ini hamba merasa kuat. Kau berkati panca indera, daya pikir, daya ingat. Hilang. Terpana. Terpesona. Diam. Seluruh bagian raga stop. Detak jantung tak berasa. Duh, Baitullah yang hamba rindu-rindukan. Melihatnya. Langsung. Asli. Subhanallah. Tersadar. Segera membuka ‘buku gantungan’, membaca doa. Sungguh ya Allah, inilah pengalaman pertama. Terima kasih ya Allah.
Alloohumma zid baitaka haadzaa taksyiy-riifan wata’zhiman, watakriiman wabirron wamahaabatan; Ya Allah tambahkanlah Baitullah ini kemulyaan, keagungan, kebaikan, dan kewibawaan.
Aduh, Ka’bah berselimut kiswah bertulisan benang emas yang disulam khusus; Allah Jalla Jalalah, la ilaha illallah, Muhammad Rasulullah. Allah Maha Agung, tiada Tuhan selain Allah, Muhammad Pesuruh Allah.
Ya Ka’bah yang dibangun Malaikat, dua ribu tahun sebelum Nabi Adam Diciptakan. Ka’bah tempat tawaf para Malaikat di bumi. Tempat tawaf Nabi Adam sampai ummat Nabi Muhammad SAW. Ka’bah bukan sembarang bangunan, bukan saja bangunan pertama di dunia, tetapi tempat paling terpilih, Rumah Allah, Baitullah. Ya, Baitullah yang telah mengalami perbaikan 10 kali.
Ya, sejak pembangunan (rehabiltasi) keempat oleh Nabi Ibrahim sampai generasi pembangunan ke 10, sebagimana kita kenal, itulah bangunan paling dirindukan manusia di muka Bumi. Jutaan orang silih berganti, apalagi kalau menunaikan umrah, dan mencapai puncaknya pada ibadah haji. Bayangkan, lebih 2 (dua) juta manusia mendatangi makam Nabi Ibrahim untuk menunaikan kewajiban Muslimnya. Kini, seorang anak kampung, Hary Sudarmanto, berdiri terpesona menatap keberadaan dan keajaiban Ka’bah, sesuatu yang dirindukan puluhan tahun.
Aku tidak tahu lagi, jujur saja, tidak merasakan apa-apa dalam artian terharu atau gimana gitu. Mungkin, lebih tinggi dari itu. Atau, memang tidak merasakan nikmat melihat Ka’bah? Tidak meneteskan air mata haru?. Entahlah. Terpana, terpesona di hadapan Ka’bah.
Begitu kah orang terpana, terpesona? Tidak juga, kali. Ketika pertama kali melihat calon isteri, dulu terpesona, tapi sekelabat. Kini, berlama-lama. Tidak mampu mengendalikan diri. Subhanallah. Pasti sudah, kalau ditanya bagaimana melihat Ka’bah (pertama kali) susah mendeskripsikannya. Kalau orang lain mungkin punya haru yang lain.
Yang jelas, puluhan tahun merindukan Ka’bah baru kini terpenuhi. Dan, tiba-tiba penuntun umrah menyadarkan, waktunya tawaf. Aku pandangi lagi Ka’bah, dan Bismillah, kaki dilangkahkan melalui anak tangga. Di hamparan marmar lantai memutar Ka’bah, shalat. Pikiran dan perasaan baru terkendali. Seselesai itu kembali memandangi Ka’bah sampai disadarkan penuntut, beranjak ke ‘lampu hijau’ sejajaran awal tawaf. Kami mengambil posisi. Dan, Allahu Akbar.
Kemudian kami mencari tempat untuk bergabung dengan jamaah lainnya melaksanakan sholat Ashar. Kami mengambil posisi sholat di tempat yang berhadapan dengan pintu Ka'bah dan Al Multazam Dan, Allahu Akbar, selesai sholat selama berdo'a didepan Ka'bah air mataku jatuh bercucuran tanpa dapat ditahan. Perasaanku terharu, terharu karena mendapat kesempatan untuk melaksanaklan Sholat benar-benar dihadapan Ka'bah. Aku bersyukur akhirnya tertunai juga hajjat aku untuk sampai dan melaksanakan sholat di rumah suci Allah ini.
Pak Adam mengajak kami menuju tempat permulaannya Tawaf, kami pun berniat dan mulai melakukan tawaf, dalam keadaan berhimpit-himpit putaran demi putaran kami lakukan tanpa rasa penat. Terasa nikmatnya dapat beribadah mengelilingi Ka'bah bersama ribuan jemaah berbagai bangsa. Terdapat rombongan jemaah dari negara lain yang bertawaf di pimpin oleh ketua masing-masing..
“Ya Allah, tambahkanlah kemuliaan, keagungan, kehormatan dan wibawa kepada Baitullah, Kabah ini. Dan tambahkanlah pula pada orang-orang yang memuliakan, mengagungkan dan menghormatinya di antara mereka yang berhaji atau berumrah dengan kemuliaan, keagungan, kehormatan dan kebaikan.”
Pak Adam memimpin dengan doa demi doa, setiap putaran yang dibaca mulai dari Hajar Aswad sampai Rukun Yamani. Semuanya harus tujuh putaran. Setiap kali melintasi Rukun Yamani, kita disunahkan mengangkat tangan dan melambaikannya seraya berseru; “Bismillahi wallahu akbar!”
Di antara Rukun Yamani dengan Hajar aswad kita membaca; “Robbana atina fiddunya hasanatun wafilakhirati hasanatanwaqina azabannar….”
Ini biasa disebut juga sebagai doa sapujagat. Dan bila kita tak bisa mendengar doa muthowif, sepanjang tawaf tidak mengapa jika hanya menggumamkan doa sapujagat ini. Bahkan doa apapun, doa yang isinya kita pahami. Sungguh Allah Maha Tahu, apa yang kita ingini!
Kami melakukan tawaf di bawah tanpa banyak rintangan. Diusahakan untuk melakukan sholat dua rakaat di Maqom Ibrahim dan Hijir Ismail. Namun, sekali ini, sungguh tak memungkinkan mencapai kedua tempat tersebut. Bahkan Hijir Ismail, entah sejak kapan, sudah dinyatakan tertutup, dijaga oleh para askar. Akhirnya kami sholat dan berdoa khusuk di depan Multazam.
Di sini kulihat hampir semua jamaah mencucurkan air matanya. Mereka sama menyampaikan doa, harapan dan keinginan masing-masing. Maka, selain kusampaikan doa pribadiku, tak lupa kusampaikan doa titipan anak-anak, menantu, ibu dan saudara-saudaraku, para tetangga, sahabat, handai-taulan…
Kemudian melanjutkan ibadah dengan sai. Kami mengawalinya di lantai atas, bukit Safa hingga bukit Marwah. Anda jangan membayangkan ada dua bukit sesungguhnya di areal Masjidil Haram ini, seperti sering dibayangkan oleh orang yang belum pernah berhaji. Demikian pula yang terpeta di benakku sebelum umrah. Nah, kedua tempat yang dimaksud hanyalah berupa gugusan ubin lebih tinggi dibanding lantai di bawahnya.
Sesungguhnya jika tidak disertai gelombang manusia, niscaya kita akan bisa melakukan lari-lari kecil dengan santai. Ini tempat yang nyaman dengan atap yang melindungi kepada kita dari sengatan matahari, bahkan dipasangi AC di berbagai sudut. Sungguh tidak sama situasinya tatkala Siti Hajar dahulu melakoni semua di tempat yang sama.
“Ini simbol perjuangan seorang ibu, Siti Hajar yang berlari-lari mencair air untuk bayinya, Ismail, antara bukit Safa dengan bukit Marwah,” suara muthowif Adam terdengar di antara suara-suara dan doa-doa jamaah lainnya.
Suasana di sini tampak semakin crowded.
Manusia begitu melimpah-ruah, bagaikan gelombang yang silih berganti menggulung-gulung dari segala penjuru mata angin. Untuk mencapai satu kali putaran pun dibutuhkan tenaga ekstra, termasuk kesabaran yang pantang ada putusnya itu.
“Bagaimana keadaan di atas sana?” tanyaku ingin tahu kepada seorang muthowif yang baru kembali dari lantai dua.
“Wuaaah… Mas, Lihat tuh, coba aja tengadah ke atas sana, Mangkin crowded!”
“Nah kan? Crowded yah… rasanya makin sering aja nih istilah kudengar,” komentarku menahan tawa, dan kembali berusaha fokus menyelesaikan putaran demi putaran.
Beberapa jamaah yang melintas di sebelah-menyebelahku, sempat kucermati. Aneh sekali, rasanya banyak pasangan jamaah belia, terutama yang bertampang Arab pakistan. Karena penasaran, beberapa sempat kutanya juga dalam bahasa Inggrisku yang hancur. Benar, 17 dan prianya 18-an.
“Ya Allah, hamba mohon, berilah kesempatan kepada anak-anak dan istriku, limpahilah rezeki-Mu….Undanglah mereka menjadi tamu-Mu, ya Rabb,” gumamku sambil berderai air mata.
Setelah selesai melakukan tawaf kami mencari tempat untuk melakukan sholat sunat tawaf sebelum mengerjakan Sai di belakang maqom Ibrahim. Selanjutnya kami menuju\j ketempat Sai yang terletak didalam kawasan Masjidil Haram. Bermula dari Bukit Safa kami berniat dan menuju ke Bukit Marwah. Semangat rasanya di hati dapat beribadah bersama-sama umat Islam berbagai bangsa.
Diawal putaran kami melangkah dengan penuh semangat, hingga beberapa putaran, karena udara panas ditambah lagi berpuasa membuat tenggorokan mulai terasa kering, aku coba untuk tetap bersemangat, karena tidak tahan akhirnya Pak Adam pemandu kami , mengajak berhenti sebentar untuk mengambil air zam-zam, akupun mengikutinya, aku pun mengambil beberapa gelas untuk membasuh muka dan terasa sejuknya begitu menyiramkan air zam-zam kekepala aku, hingga pakaian basah kuyup bermandikan air zam-zam. Barulah reda rasa dahaga dan panas di badanku sehingga dapat melanjutkan putaran-putran berikutnya.
Setelah selesai tujuh putaran kami pun menggunting rambut (tahalul) sebagai penyempurnaan Umroh kami.
Alhamdulillah, akhirnya ibadah Ummroh kami selesai pada sore itu.
Sehabis buka dan Sholat Maghrib aku bersiap-sipa untuk meninggalkan Mekkah dengan menyewa taxi dengan bayaran 15 Riyal per orang.
Selama taxi bergerak perlahan melintasi Masjidil Haram, aku menoleh melihat Masjidil Haram untuk yang terakhir kalinya hingga hilang dari pandangan aku. Hati terasa amat sedih meninggalkan Baitullah rumah suci Allah. Kapankah aku mempunyai kesempatan ke sini lagi ?
Tidak banyak yang dapat aku ceritakan tentang Mekkah, karena keterbatasan waktu dalam kunjungan kali ini.
Insya Allah jika ada rezeki dan kesehatan mengijinkan pasti aku akan datang lagi
Dihari yg ke-4 selama mengikuti Sosialisasi di Jeddah, aku mendapat peluang sekali lagi mengerjakan Umroh bersama rombongan peserta Sosilisasi dengan menggunakan bis yang disediakan oleh pihak KJRI Jeddah, Selepas buka bersama dan sholat Maghrib kami bergegas kembali ke Wisnu untuk melakukan persiapan, menjelang waktu Sholat Isya kami berangkat, Ibadah umroh kedua ini dilaksanakan malam hari hingga menjelang masuknya waktu Imsak.
Aku mempunyai pengalaman yang menarik ketika melaksanakan umrah kali pertamanya, Salah satunya tubuh aku merinding dan terahru ketika melihat Kakbah.
Melaksanakan Umrah ke Tanah Suci merupakan suatu pengalaman berharga dan menarik bagi semua orang. Bahkan ada pula yang ingin kembali untuk melaksanakan haji kecil tersebut. Seperti halnya aku yang berniat untuk kembali ke Tanah Suci untuk melaksanakan Umrah. Setibanya di Tanah Suci aku merasa terharu dan bahagia karena dapat menjadi tamu AllahSWT, aku sempat tidak percaya ketika dapat menatap langsung Masjidilharam.
Saat tiba di Tanah Suci, subhanallah senangnya aku bersyukur sekali masih diberik kesempatan untuk mengunjungi rumah Allah SWT, bahkan dengan rasa haru saat pertama kali melihat Kabah. Serta merasakan kebahagiaan yang belum pernah aku rasakan.
Selama ini aku melhat kemegahan Masjidilharam hanya melalui foto, poster, dan televisi. Setelah melihat Kakbah di depan mata, aku langsung mengucapkan Alhamdulillah. Kini aku telah menginjakkan kaki di tempat yang mulia itu.
Pada umumnya banyak para jemaah yang melaksanakan ibadah haji dan umrah yang mengalami kendala selama berada di Tanah Suci, Makkah. Namun bagi aku sama sekali tidak mengalami kesulitan, selalu mendapatkan kemudahan selama di Mekkah tidak seperti apa yang dibayangkan sebelumnya, semua prores ibadah berjalan lancar . Bahkan sejak awal aku sama sekali tidak takut adanya pengalaman buruk karena aku selalu beristighfar.
Satu hal yang perlu disyukuri, yang namanya minuman dan makanan untuk berbuka puasa di Mekkah berkah sekali selain di Masjidilharam banyak para dermawan yang membagikan makanan minuman disetiap jalan-jalan secara gratis.
Wisma Nusantara, Jeddah, 31 Agustus 2008.
WISATA HATI UMROH
Orang lain bisa saja melaksanakan Ibadah Umroh berulang kali tapi tidak mau bercerita mengenai pengalamannya ini. Kenapa aku yang baru pertama kali kesana sibuk-sibuk menulis dan bercerita. Bagi aku antara orang lain dan diri aku terlalu banyak perbedaan. Mungkin sebagai pegawai rendahan seperti aku peluang ke tanah suci hanya sekali untuk seumur hidup. Mungkin ini yang pertama kali dan terakhir kali buat diri aku. Jadi aku ingin berbagi pengalaman.
Pada akhir bulan Agustus 2009 berkat kehendak-Nya aku bisa menghadiri Bimtek SAKPA dan Sosialisasi SIMKEU Real Time di KJRI Jeddah, karena bulan ini bertepatan dengan bulan Suci Ramadhan, sehingga agak sulit untuk mendapatkan visa masuk ke Saudi Arabia karena banyak umat muslim yang berkunjung ke Jeddah untuk melaksanakan ibadah umroh dibulan suci ini, mungkin sudah rejeki aku dan Allah SWT mengabulkan doa-doa yang selalu aku mohonkan sehabis sholat, hingga segala sesuatu berkenaan dengan rencana kunjungan ke Jeddah berjalan lancar, mulai dari Visa, Tiket dan exit re-entry-nya.
Aku pergi ke Jeddah melalui Jordan, dengan menggunakan pesawat Royal Jordan, transit selama 3 jam di Bandara Queen Alia perjalanan dilanjutkan menuju Jeddah. Sekitar pukul 12 malam waktu setempat pesawat Royal Jordan yang aku tumpangi mendarat di Bandara King Abdul Aziz, bandara yang namanya cukup kesohor diseluruh dunia, karena bandara ini merupakan pintu gerbang bagi seluruh umat muslim di dunia yang ingin melaksanakan ibadah Umrah maupun haji. Aku sendiri sering membaca dan melihat melalui media cetak ataupun elektronik mengenai kesibukan Bandara ini dimusim-musim haji, khususnya untuk jemaah haji Indonesia yang jumlahnya sampai beberapa kloter.
Begitu menuruni tangga pesawat aku mengucap Alhamdulillah akhirnya aku telah tiba dengan selamat dan dapat menginjakkan kaki di Tanah Suci Jeddah.
Aku melangkahkan kaki memasuki airport bus yang sudah menunggu untuk membawa kami menuju terminal kedatangan, subhanallah aku melihat begitu banyak orang yang mengenakan pakaian ihram dan putih, sepertinya mereka ingin melakukan ibadah umrah, terlihat antrian panjang dari beberapa loket imigrasi yang sibuk melayani para pengunjung. Setelah sekian lama mengantri kini tiba giliran aku untuk diperiksa, setelah selesai pemeriksaan aku bergegas menuju tempat bagasi, disana sudah menunggu Pak Imam (staff Protokol/Konsuler KJRI Jeddah), oleh beliau kami diantar ke tempat penginapan di Wisma Nusantara (Wisnu).
Keesokan harinya mengingat Acara Sosialisasi baru dibuka lusa, aku dan teman menggunakan kesempatan ini untuk melaksanakan ibadah umrah, tadinya sempat bingung, namun berkat bantuan seorang teman dari KBRI Yaman (Bpk. Eddy Suryadi), akhirnya kami putuskan hari ini untuk melakukan ibadah umrah dengan menggunakan Bis untuk menuju Mekkah.
Untuk yang pertama kalinya aku menggunakan pakaian ihram di hari itu, kemudian aku membaca niat "Labbaika umrotan" "Kusambut panggilan mu untuk melaksanakan Umroh kemudian dilanjutkan dengan membaca Talbiyah : " Labbaikallahumma labbaik, labbaika la syarika laka labaiik, innal hamda wanni'ma laka wal mulku la syarika laka" Kusambut panggilanmu ya Alllah, ku sambut panggilan Mu, tiada sekutu bagimu ke sambut panggilan Mu. Sesungguhnya segala puji nikmat dan kerajaan adalah milik-Mu tiada sekutu bagi-MU.
Tepat pukul 10 pagi kami meninggalkan Wisnu menuju terminal bis, dengan menggunakan bis Saptco kami bergerak menujuh Mekkah selama dalam perjalanan tak henti-hentinya aku membaca talbiyah dan berdzikir dan berdoa sambil sesekali melihat pemandangan yang dilalui dikanan kiri jalan sepanjang perjalanan Jeddah ke Mekkah hanya bukit-bukit yang gundul dan padang pasir yang dapat aku lihat. Tidak ada perkampungan yag terlihat sepanjang perjalanan . Jika ada rumah pun hanya rumah-rumah yang berbentuk kotak yang dindingnya berbatu bata seperti yang sering aku lihat di Libya.
hingga tiba di suatu tempat bernama Asy Syumaisi (Hudaibiyah) kurang lebih 22km sebelum memasuki kota Mekah, aku melihat tanda batas tanah Haram, dengan perasaaan sedikit haru aku membacanya.
Setelah lebih kurang sejam perjalanan aku Sekitar pukul sepuluh pagi kendaraan kami memasuki kota Mekkah Al Mukaramah. Doa pun didendangkan,“Allohumma haza haramuka wa’ ammuka faharrin lahmi wa dami wa sya’ri wabasyari’ alannar, wa aminiminazabika yauma tab’asu ‘ibadawaj’alni min uliya’ika ahli ta’atika.”
Ya Allah, kota ini adalah tanah haram-Mu dan tempat ini adalah tempat aman-Mu pada hari Engkau membangkitkan kembali hamba-Mu, dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang selalu dekat dan taat kepada-Mu.
, ketika kami tiba azan Dzuhur sedang berkumandang, Masjidil Haram yang indah tampak tak jauh dari terminal bis yang aku tumpangi berhenti. Tidak sabar rasa hati aku untuk segera bersholat dan melihat keindahan Baitullah.
Terlihat para jemaah berduyun – duyun menuju Masjidilharam untuk melaksanakan Sholat Dzuhur berjamaah,
Di kiri kanan jalan aku lihat orang bergegas-gegas menuju ke masjid. Di bahu-bahu jalan dipenuhi dengan mobil-mobil yang pengemudinya juga berhenti untuk menunaikan sholat.
Pak Eddy berusaha menghubungi temannya melalui ponsel untuk membantu kami menjadi pendamping melaksanakan Ibadah Umroh, Pak Eddy sepertinya belum ada jawaban dari temannya itu, akhirnya kami memutuskan untuk melaksanakan Sholat Dzuhur terlebih dahulu.
ternyata daya magis Masjidil Haram sangat mempengaruhi jiwa semua jamaah. Terbukti semuanya ingin bersegera memasuki Masjidil Haram. Hanya beberapa menit saja untuk makan dan membersihkan diri, kami segera berkumpul di pelataran Intercountinental yang dibentangi karpet panjang, dan bisa langsung menuju Rumah Allah itu.
Aku bersama teman-teman terus menuju ke Masjidil Haram semakin dekat dengan masjidil haram semakin tidak sabar rasanya untuk melihat Baitullah.
Namun begitu memasuki pintu Masjid kami dilarang masuk karena Pak Eddy membawa sesuatu yang dilarang untuk oleh-oleh temannya, sehingga kami harus mencari tempat melaksanakan sholat di halaman luar mesjid.
selepas sholat Dzuhur, ketika itu matahari betul-betul berada di atas kepala. Teriknya matahari betul-betul mengujiku hari itu. Aku hampi-hampir tidak dapat menahan kepanasannya, kami bertemu dengan seseorang yang diutus oleh temannya Pak Eddy untuk menemui kami, dari Masjidil Haram kami diajak menuju sebuah Hotel berjarak kurang lebih 600 m, disana kami beristirahat, sambil menunggu datangnya Muthowif (orang yang akan memandu kami melaksanakan Umroh). Menjelang waktu Ashar Pak Adam datang, kemudian kami siap-siap menuju Masjidil Haram. Udara di luar terasa sangat panas sekali, kami berjalan kaki menuju Masjidil Haram.
Kami bergerak memasuki Masjidil Haram. Nuansa ibadah sudah terasa sekali. Manusia memenuhi pelataran, dan berdesak-desakan di pintu masuk. Wajah-wajah askar pun tampak serius sekali, terkesan sangat waspada, hingga melakukan sweeping dengan cermat dan ketat kepada setiap jamaah. Beberapa jamaah yang membawa ponsel atau kamera harus gigit jari dan kecewa. Barangnya baru akan dikembalikan setelah usai beribadah di Masjidil Haram.
Doa memasuki Masjidil Haram tidak lupa dibacakan oleh muthowif Rosidi: “Allahumma anatas-salam, wa minkas-salam wa ilaika ya’ uddus-salam fahayyina rabbana bis-salam, wa adkhinal ya zaljalali wal ikram. Allahumaftah li abwaba rahmatika. Bismillahi walhamdulillahi wassalatu wassalamu’ala rasulillah.”
Ya Allah, Engkau sumber keselamatan dan daripada-Mu jualah datangnya keselamatan dan kepada-Mu kembalinya keselamatan. Maka hidupkanlah kami wahai Tuhan, dengan selamat sejahtera dan masukanlah kami ke dalam surga negeri keselamatan. Maha banyak anugerah-Mu dan Maha Tinggi Engkau, wahai Tuhan yang memiliki keagungan dan kehormatan. Ya Allah, bukanlah untukku pintu-pintu rahmat-Mu. Aku masuk masjid ini dengan nama Allah disertai dengan segala puji bagi Allah serta salawat untuk Rasulullah.
, ini merupakan pengalaman pertama kali buat aku masuk ke mesjid semegah itu. Luar biasa sekali. Yang ajaib adalah saat memasuki ruang dalam Masjid. Tiba-tiba saja, seluruh badan aku seperti diguyur kesejukan yang tak bisa aku lukiskan. Barangkali ini karena penataan interior masjid yang sangat mengagumkan. Kesejukannya terasa hingga menyelimuti tiap molekul jiwa aku. Terlihat jamaah sedang malakukan Sholat dan Tadarus Alquran, beberapa orang tampak berzikir dengan tekun. Tanpa terasa, aku dicekam rasa khusyuk yang menyelinap ke sanubari seperti bisikan ilahi. Ada perasaan aman, tenang dan damai yang luar biasa besarnya. Air mata menggenang di sudut-sudut mata. Aku merasa begitu kecil dan kerdil di hadapan sang pencipta. Sebuah pengalaman yang luar biasa., " Manusia sering lupa tentang keberadaannya. Tanpa sadar hal-hal materiil, jabatan, dan kekuasaan membuat kita larut dalam kesombongan dan keangkuhan. Kita perlu sering diingatkan. Ziarah ke makam dan tempat suci selalu menyadarkan kita bahwa sebagai ciptaan Tuhan, kita sama sekali tidak abadi. Seluruh pengalaman aku di Mekkah, ketika sadar bahwa kita kecil dan tidak abadi, saat itulah kita terbebas dari segala nafsu dan ketamakan. Detik itu juga kita mampu merendahkan diri dan menyerah. Ketika pasrah total, barulah kita merasa diguyur kedamaian yang begitu menyejukkan dan menyeluruh.
Matahari semakin bergerak ke titik kulminasi, tapi cuacanya hangat dan sangat bersahabat. Ada arak-arakan mendung dari arah selatan sana. Kucermati berbagai hal menjelang Kabah… Dan akhirnya!
MELIHAT LAUT MATI
Ramadhan yang lalu selepas melaksanakan sosialisasi di Jedah dalam perjalanan pulang memanfaatkan waktu transit agak lama, aku sempatkan keluar dari airport untuk melihat kota Jordan karena kebetulan ada teman dari KBRI Amman, setibanya di Queen Aila Airport Jordan aku dijemput oleh Pak Salah, kenalanku ketika kami sama-sama menerima penghargaan dari Deplu, kemudian dari airport langsung menuju kediaman Bapak Budi untuk istirahat, setelah mencicipi minuman hangat lalu kami istirahat tidur, mengingat bulan Ramadhan, tidurpun tidak nyenyak khawatit terlambat sahur, tepat pukul 4.00 kami melaksanakan Sahur yang telah disiapkan oleh Ibu Budi, kemudian setelah Sholat subuh akupun siap-siap untuk ke airport tapi sebelumnya ingin mengunjungi Laut Mati yang dapat ditempuh sekitar 1 jam, singkat cerita, pukul 5.00 dini hari kami menuju Laut Mati diantar oleh seorang Staff Dari KBRI Amman.
Kesan aku mengenai Amman ibukota Jordan biasa saja, artinya standard seperti kota-kota lainnya yang bersuhu mediterania. Walaupun jalanan lebar tetapi semrauwtnya tetap sama mengingatkan aku akan Tripoli dan Cairo. Anyway nothing special ☺
Tetapi yang membuat aku tertarik adalah mengunjungi Laut Mati (Dead sea) yang terbentang diantara dua Negara yaitu Israle dan Jordan
Danau Laut Mati berada diwilayah Israel dan Yordania.Laut Mati ialah danau yang membujur, merupakan titik terendah di permukaan bumi. memiliki sejumlah keunikan yang patut diperhatikan. Danau Laut Mati merupakan tempat terendah di dunia dengan ketinggian 417,5 meter di bawah permukaan laut! Selain itu, Danau Laut Mati memiliki kadar keasinan air mencapai 33%. Maka tak heran banyak wisatawan dari seluruh dunia datang untuk mengapung di laut itu. Karena kadar keasinannya itu, hampir tidak mungkin makhluk hidup bertahan di dalam Danau Laut Mati. Namun begitu, sejumlah jenis bakteri tertentu masih mampu bertahan di danau tersebut. Sekedar informasi, lumpur Danau Laut Mati sangat berkhasiat mengobati berbaagai macam penyakit kulit.
Inilah yang dinamakan laut mati, karena kandungan garamnya yang tinggi hingga tidak ada mahluk hidup yang bisa hidup didalamnya makanya dinamakan laut mati. Juga orang bisa mengapung disana, seperti digambar diatas.
Memang tak ada yang tak mungkin di dunia ini. Dan soal agama adalah keyakinan, tak semua eksak dan bisa diterima akal secara telanjang. Demikian pula cerita tentang Laut Mati (dead sea).
Menginjakkan kaki di tempat ini, akan terasa sentuhan Islam melalui kisah perjuangan di masa nabi Luth Alaihissalam. Menjadi tanda peringatan akan kekejian perilaku kaum nabi Luth, yang memuja dewa-dewa dan berperilaku menyimpang, saling mencintai sesama jenis.
Semua penduduk Kota Sodom dan Gomorah, termasuk istri nabi Luth, terkubur di dasar bumi. Bekas tanah yang dibalik oleh Allah itulah, yang sekarang jadi laut mati.
Laut Mati (nama Ibraninya: Bahr Lut, Laut Lot, atau: Yam Ha Melah, Laut Garam) terletak 392 m di bawah permukaan Laut Tengah. Tempat yang paling dalam di laut ini mencapai 400 m (ada yang menyebut 417,5 m).
Dengan demikian, bagiannya yang paling dalam di laut ini mencapai 800 m di bawah permukaan Laut Tengah, dan merupakan titik terendah di permukaan bumi. Panjang laut ini 76 km, lebarnya 16 km.
Di sebelah tenggara, Laut Mati dibagi dua oleh suatu semenanjung yang bernama Lisan (lidah) sehingga masing-masing bagiannya tidak sama besarnya. Bagian lebih kecil, di sebelah selatan merupakan semacam danau garam sedalam 6-8 m.
Laut Mati sebenarnya adalah danau yang membujur di daerah antara Israel, Daerah Otoritas Palestina dan Yordania. Laut Mati amat asin, yang membuatnya tak mungkin bagi makhluk hidup untuk hidup, kecuali beberapa jenis bakteri.
Kadar garam air Laut Mati sekitar 30 persen lebih tinggi daripada kadar garam air laut biasanya yang sekitar 3,5 persen. Artinya, di Laut Mati sekitar sembilan kali lebih asin dibandingkan dengan air laut biasa. Sedangkan kadar garam tubuh kita hanya 1-2 persen. Tidak heran, kita akan terapung ketika berenang di Laut Mati.
Wisatawan datang dari seluruh dunia untuk mengapung di sini.
Hal lain yang menarik dari laut mati dan lumpurnya karena berkhasiat mengobati berbagai macam penyakit kulit. Air Laut Mati menyimpan banyak mineral, antara lain magnesium klorida, kalsium klorida, magnesium bromida, sodium dan potasium.
Semua mineral itu menjadi bahan industri kimia setempat yang berkembang dengan baik, dan umumnya dijadikan bahan pembuatan kosmetik yang sangat baik kualitasnya.
Lumpur hitam yang dihasilkan oleh laut ini berkhasiat menyembuhkan penyakit, khususnya penyakit kulit dan otot. Karena konsentrasi garamnya sangat tinggi, di dalam Laut Mati tidak mungkin ada kehidupan organis di dalamnya. Ikan yang terbawa ke dalamnya, langsung mati.
Tidak ada ikan, tidak ada burung yang mencari ikan, tidak ada rumput laut dan lainnya. Menurut penelitian, selama lebih dari 50 tahun terakhir, Laut Mati menjadi lebih asin, dan menyempit.
Sungai Jordan, sumber air tawar laut itu, telah diubah menjadi sumber air pertanian sehingga tidak memberi pengaruh dalam mengimbangi penguapan yang disebabkan temperatur udara padang pasir yang sering kali mencapai 40 derajat Celsius.
Sungai Jordan, memang, tetap mengalir dari Danau Tiberias menerobos Lembah Jordan, dan akhirnya masuk ke Laut Mati. Sungai itu pula yang menjadi saksi sejarah manusia; sejarah permusuhan umat manusia di kawasan Timur Tengah itu. ***
SAAT TRANSIT DI DUBAI
Dalam penerbangan dari Jakarta ke Tripoli ataupun sebaliknya dengan menggunakan pesawat Emirates mau tidak mau harus transit di Bandara udara Dubai yang menjadi Markas Perusahaan Penerbangan paling tersohor di kawasan Midle East selain juga Bandara Dubai ini merupakan Hub untuk penerbangan Afrika-Midle East dan Eropa Barat.
Waktu cuti pulang nganterin anak, ada pemandangan baru di Bandara Dubai, yaitu penumpang transit tidak lagi melewati terminal 2 akan tetapi ke terminal 3, lewat terminal ini,sebuah terminal yang modern dan canggih.masih terlihat jelas suasana baru di terminal ini.
dari mulai mendarat hingga tiba di ruang pemeriksaan semuanya akan berjalan sangat lancar dan tidak ribet.
di dalam terminal 3 ini juga anda dapat makan atawa belanja,sambil nunggu jadwal pesawat tidak ada salahnya kalo anda berjalan-jalan sambil menikmati pemandangan di bandara.oh ya lift di terminal 3 begitu besar,jangan bandingkan dengan bandara soekarno-hatta ya ,bisa bikin sesak nafas.
Jika saya perhatikan staff bandara memiliki penampilan yang menyenangkan untuk di pandang,sehingga kita tidak segan-segan untuk bertanya seandainya ada yang mau kita tanyakan,tertulis secara jelas may i help you di baju-baju para staf bandara,menunjukan komitmen mereka untuk membantu para pengunjung bandara.
SOWAN KE KEDIAMAN SULTAN YOGYA
Keraton Yogyakarta itu sungguh unik. Istana ini masih berfungsi sebagai kediaman Resmi Sultan Hamengkubuwono ke-X, dan selama kami berada di kompleks istana dipandu oleh pemandu wisata yang merupakan abdi dalem Sultan, tidak menggunakan alas kaki dan ternyata mereka amat setia dan menyanjung Sultan diantaranya bahkan fasih berbahasa inggris seperti Ibu Umi pemandu rombongan kami.
Di kediaman raja ini banyak tersimpan benda-benda bersejarah yang sebagian masih digunakan untuk upacara sakral. Bahkan selutruh bangunan dan tempat memiliki makna tersendiri.
KeratonYogya membentang antara Tugu sebagai batas utara dan panggung Krapyak di batas selatan, antara Sungai Code di timur dan sungai Winongo di sebelah barat. Keraton juga terletak antara Gunung Merapi dan Laut Selatan. Karena itu dalam pikiran masyarakat jawa, Keraton diartikan sebagai pusat jagad raya, demikian Ibu Umi menjelaskan kepada kami
Dulunya daerah di kaki Gunung Merapi ini berdiri Kerajaan Mataram yang kemudian dipecah dua menjadi Kesultanan Yogyakarta dan Surakarta (Solo). Keraton Yogya dibangun oleh Pangeran Mangkubumi, yang kemudian bergelar Sri Sultan Hamengkubuwono (HB) I, pada 1755, di wilayah hutan Beringan. Tanah ini dinilai cukup baik karena diapit dua sungai sehingga terlindung dari kemungkinan banjir. Akibat gempa pada 1867, Keraton rusak berat pada 1889 semasa HB VII bagunan dipugar.
Diantara beberapa banguan di kompleks Keraton, Bangsal Prabayeksa menjadi tempat paling menarik. Disinilah senjata-senjata pusaka Keraton disimpan. Di ruangan ini terdpat lampu minyak Kyiai Wiji, yang selalu dijaga agar tidak padam. Ada sembilan pintu masuk ke masing-masing tempat di Keraton yang disebut regol, yaitu gerbang pangurukan, tarub agung, brajanala, srimanganti, kemagangan, gadhung mlati, kemandhungan dan gading.
Keraton memang sakral namun juga menjadi sumber pendapatan masyarakat sekitar areal parker yang sanagt luas dimanfaatkan pedagang yang menjual beragam oleh-oleh khas Yogya.
Selesai dari tempat ini kami menuju sebuah restaurant untuk makan siang setelah menuju ke airport untuk kembali ke Jakarta.***
6 JAM DI YOGYA
Mirip kisah jaman perang … kunjungan singkat yang tidak lebih dari 6 jam ini benar-benar aku manfaatkan, meskipun sempat beberapa kali ke Yogya tapi belum pernah yang namanya menginap di kota ini, demkian juga dengan kunjungan kali ini.
Setelah mengunjungi Candi Borobudur di Magelang, aku dan rombongan mengunjungi Yogya. Ketika berkunjung ke Yogyakarta tidak lengkap rasanya bila tidak menyambangi Keraton.
Sebelum mengunjungi Keraton bis yang kami tumpangi berputar melewati sebuah jalan yang cukup terkenal di kota Yogya ini yaitu jalan Malioboro yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke perempatan Kantor Pos Yogyakarta yang terdiri dari Jalan Pangeran Mangkubumi dan Jalan Jend. A. Yani, Jalan ini merupakan poros Garis Imaginer Kraton Yogyakarta.
Terdapat beberapa obyek bersejarah di jalan ini antara lain Tugu Kraton, Stasiun Tugu, Gedung Istana Negara, Pasar Beringharjo, Benteng Vredeburg dan Monumen Serangan Oemoem 1 Maret.
Jalan ini sangat terkenal dengan para pedagang kaki lima yang menjajakan kerajinan khas jogja dan warung-warung lesehan di malam hari yang menjual makanan gudeg khas jogja serta terkenal sebagai tempat berkumpulnya para Seniman-seniman-seniman yang sering mengekpresikan kemampuan mereka seperti bermain musik, melukis, hapening art, pantomim dan lain-lain disepanjang jalan ini.
Ada sebuah pemandangan baru yang terlihat oleh aku di kota Yogya ini, alat transportasi yang jauh lebih modern dari becak dan andong yang aku ketahui selama ini, yaitu sebuah minibus bertuliskan TransJogja yang merupakan sebuah sistem transportasi bus cepat, murah dan ber-AC di seputar Kota Yogyakarta.
Sistem yang menggunakan bus (berukuran sedang) ini menerapkan sistem tertutup, dalam arti penumpang tidak dapat memasuki bus tanpa melewati gerbang pemeriksaan, seperti juga TransJakarta. Selain itu, diterapkan sistem biaya ganda: sekali jalan dan berlangganan. Untuk mendapatkan jasa itu, pengguna perlu membeli karcis yang diperiksa secara otomatis. Penumpang dapat berganti bus tanpa harus membayar biaya tambahan, asalkan masih dalam satu tujuan.
MEMBUKA PAGI DI BOROBUDUR
Tepat dini hari pesawat Lion Air yang aku tumpangi dari Denpasar mendarat di Lanud Adi Sucipto Yogyakarta.
Aku dan rombongan tiba di bandara Adisucipto Yogyakarta kira-kira pukul 6 pagi WIB, setelah selesai urusan di airport, dipelataran tampak telah menjemput kami sebuah bis pariwisata "BIMO", yang akan membawa aku dan rombongan mengunjungi bebrapa obyek wisata yang terdapat di Yogyakarta, diantaranya adalah Candi Borobudur, Candi Prambanan dan Keraton Yogyakarta. Kami bergegas menuju bis yang akan membawa kami menuju Borobudur, Perjalanan menuju candi hanya memakan waktu + 1 jam, Bersama Mas Kirno (Guide) kami melesat menuju candi.
Ini juga merupakan kunjungan yang pertama kalinya ke Borobudur, meskipun baru sekali ini aku berkunjung kesana namun penuh arti, karena dengan demikian aku dapat mempelajarai kehidupan Sidharta Gautama melalui relief-relief yang terdapat pada dinding candi. Sungguh suatu pengalaman baru yang seru ..!
Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra.
Nama Borobudur
Banyak teori yang berusaha menjelaskan nama candi ini. Salah satunya menyatakan bahwa nama ini kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu artinya "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras. Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya. Misalkan kata borobudur berasal dari ucapan "para Buddha" yang karena pergeseran bunyi menjadi borobudur. Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara" dan "beduhur". Kata bara konon berasal dari kata vihara, sementara ada pula penjelasan lain di mana bara berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya kompleks candi atau biara dan beduhur artinya ialah "tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti "di atas". Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau asrama yang berada di tanah tinggi.
BERKENALAN DENGAN SIDHARTA
Jangan heran dianggap "basi" jika Anda mendatangi Borobudur sekedar untuk naik ke puncak dan berfoto di atas. Banyak yang belum tahu bahwa mengamati serangkaian batu yang tersusun menjadi kesatuan candi megah inilah letak keasyikan berplesir ke Borobudur. Batu-batu ini merupakan relief (bercerita tentang ajaran agama Budha), yang dipahat pada abad ke-8, berdasarkan beberapa buku kuno, diantaranya bukuLalivastivana. Kita boleh berbangga, karena hanya borobudur yang punya 120 panel relief yang menggambarkan kehidupan Sidharta yang komplet.
Mengunjungi candi yang dibangun 3 abad sebelum Angkot Wat di Kamboja ini bagaikan membaca buku besar tentang ajaran Budhisme. Tapi jika mengamati sendiri, hingga dahi berkerut pun tidak akan membuat aku mengerti jalan cerita pada relief itu. Pahatan berbentuk binatang, dewa dan benda-benda alam, yang penuh makna, bikin penasaran. Untung saja ada Mas Kirno, guide dari Himpuan Pramuwisata Indonesia. Segera saja Mas Kirno aku todong untuk mendongeng.
Ada aturan mengelilingi borobudur, bernama Pradaksina, yakni dimulai dari lantai terbawah. Masuknya dari pintu timur, searah matahari terbit, untk menghormati roh dan agar jiwa mendapat pencerahan. Sebelum naik ketingkat berikut, terlebih dahulu mengelilingi candi searah jarum jam.
Setiap tingkat menggambarkan alam semesta. Lantai dasar disebut Kamadhatu, melambangkan dunia penuh nafsu. Tingkat 2 hingga 6 disebut Rupadhatu, menggambarkan dunia yang dipenuhi nafsu, mulai terkontrol berkat pengamalan ajaran Budhisme. Tingkat 7 hingga puncak disebut Arupadhatu, yakni dunia yang tidak lagi tersentuh nafsu.
Lalu mulailah kami mengikuti Borobudur Intelectual Tour, sesuai aturan. Di lantai dasar aku melihat bagian dasar candi yang disebut Mas Kirno sebagai "kaki-kaki" palsu. Batu-batu polos yang mengelilingi dasar candi itu rupanya menyembunyikan 160 relief ! ini ditemukan tanpa sengaja oleh J.W. Ijzerman, seorang arsitek Belanda di tahun 1885, yang melihat bagian aneh berupa pahatan di antar celah batu polos.
Sebagian "kaki" palsu disebelah tenggara candi lalu dibongkar, agar pengunjung tahu bahwa serangkaian batu polos di dasar candi itu tidak asli. Cerita di relief itu diambil dari buku kuno mengenai hukum karma, Karmawibhangga. Ada yang tentang azab, digambarkan melalui tiga orang yang wajah rupawannya berubah buruk akibat menyebarkan aib sesamanya Wah, rupanya di abad ke-8 orang sudah bergosip!.
Tingkat kedua candi menyimpan banyak cerita seru tentang Sidharta, mulai dari proses kelahiran hingga mengalami 570 kali reinkarnasi sepanjang hidupnya. Rupanya, sejak kecil Sidharta sudah sakti. Dengan membaca relief dibawah panduan Mas Kirno, terlihat bahwa bayi Sidharta lahir melalui sisi samping paha Ratu Dewi Maya. Di panel berikutnya, terlihat bayi Sidharta langsung bisa berjalan dan pada 7 langkah pertamanya, tumbuh bunga teratai. Ada pula saat Sidhartha bereinkarnasi menjadi rusa berkaki delapan.
"Berwujud rusa ajaib, Sidharta diburu oleh bangsawan yang tengah berkuda di hutan. Walau diburu nafsu dan bertunggangkan kuda besar, bangsawan kalah cepat oleh kelihaian rusa, lalu terjerembab ke sungai. Lagi-lagi, bermodal kehebatan delpan kakinya, rus adengan luwes menolong bangsawan tersebut tanpa dendam," tutur Mas Kirno.
Mengitari candi searah jarum jam, aku tertarik pada relief berpahat kera-kera bermuka panic. Rupanya, pohon tempat para kera bernaung adalah pohon berbuah lezat incaran raja istana. Geram pada kera yang tidak beranjak dari pohon, raja yang tengah "ngidam" buah memerintahkan para pembantu untuk memanah dna melempar tombak ke arah kera. Mustahil pmenuruni pohon, para kera lalu "menyeberang" ke pohon lainnya menggunakn jembatan dari ekor panjang raja kera yangmerupakan reinkarnasi Sidharta. Namun karena jumlah kera terlalu banyak, raja kera terjatuh ke tanah akibat keletihan, lalu mati. "Pesan moralnya, bantuan dan pengorbanan itu melebihi segalanya." Jelas Mas Kirno, yang menghabiskan msa kecilnya bermain petak umpet disini.
Saat berusia 19 tahun, Sidharta sudah bikin patah hati banyak wanita. Saat menjalani fase sebagai raja tampan yang tengah mencari jodoh, ia langsung disambut antrean kaum hawa diistana. Namun saat pembagian cendera mata, tak ada yang berani menatap Sidharta, karena khawatir wajah matre mereka terbaca olehnya. Hanya tamu terakhir di malam itu, seorang putrid suci Yashodara, yang berani menatapnya. Spontan raja menjatuhkan pilihannya pada putrid Yashodara, yang dibuku kuno dikisahkan menjadi satu-satunya orang yang pernah melihat wajah Sidharta, semasa reinkarnasinya sebagai raja tampan.
MENUJU NIRWANA
Kami lalu mengikuti Mas Kirno kea rah atas, sempat berhenti di tingkat 4, menyaksikan relief tentang sosok bernama Maitreya. "Pendeta-pendeta Budha dari Nepal yang pernah aku temui, berkata, setiap 5000 tahun sekali akan ada orang Budha yang mendapat pencerahan tertinggi . Walau kedatangan Maitreya akan diwarnai pertentangan, dialah yang akan menggantikan Sidharta," Ucap Mas Kirno. Pahatan tangan Maitreya terlihat berada dalam sikap tangan witarka Mudra (artinya memberikan pengajaran).
Relief di tingkat 6 menggambarkan transis dari alam Rupadhatu ke Arupadhatu. Di tingkat 7, relief yang bercerita tentang gejolak kehidupan tergantikan oleh stupa-stupa besar dengan patung Budha. Dari sini hingga ke tinggkat 9 melambangkan surga bagi kaum Budha. Surga itu bukanlah sebuah tempat khusus, melainkan suasana yang tercipta didalam hati.
Ooh, pantas saja, ketika berdiri tepat di titik ini, aku merasa amat tenang dan damai ….. Surga yang digambarkan disini tidak seperti syurga yang kitra bayangkan di alam baka, karena patung Sidharta bersikap tangan Dharmacakra Mudra, yang artinya masih adanya pergerakan dalam roda kehidupan.
Ukuran patung Budha yang besar di dalam stupa rupanya dibuat dari satu bongkah uth batu Gunung Merapi. Oleh pekerja-pekerja Raja Samaratungga di masa Dinasti Syailendra, 2 juta bongkah batu diseret sejauh 50 kilometer dari gunung, menggunakan bantuan tenaga gajah dan kuda. Seperti pemasangan batu-batu lain, stupa dikunci ke dalam posisi, menggunakan sistem semacam jigsaw puzzle atau lego! Wuihh, canggih!.
Bentuk stupa yang menyerupai bel adalah desain Sidharta untuk menempatkan abu kremasinya saat ia wafat nanti. " Didepan umatnya, instruksi Sidharta dimulai dengan melepas lapisan terluar dari enam lapis jubahnya, dilipat, lalu ditaruh di tanah. Jika melihat pahatan bunga lotus di sekeliling dasar stupa, inilah perlambang jubah terlipat tersebut. Sebuah mangkuk lalu ditaruh diatas jubah dalam posisi tertelungkup untuk menutupi abu dirinya nanti. Terakhir tongkat yang dibawanya, ditaruh diatas mangkuk secara vertical. " jelas Mas Kirno.
Diantara 73 stupa, ada stupa terkenal tanpa bagian atas stupa, sehingga menampakkan patung Budha didalamnya. Kepala patung ini rupanya sempat hilang, namun di sambung kembali pada pada saat restorasi UNESCO di tahun 1973 – 1980.
Aku bergerak menuju kearah stupa dengan patung Budha yang oleh orang-orang non Budhis dijuluki Kunto Bimo. Entah mengapa, tokoh Bima dari cerita Ramayana menjadi sebutan untuk patung Budha yang sebenarnya adalah Sidharta. " Katanya di stupa ini banyak yang menaruh koin atau bunga kenanga sebagai tanda keberuntungan. Jika bisa menyentuh badan sang Budha, cita-cita kita bisa terwujud." Kata Mas Kirno.
Stupa yang pantas diabadikan adalah stupa induk, yakni stupa tak berpatung Budha dipuncak candi. Stupa ini adalah tempat akhir Sidharta saat mencapai wujud sempurnanya sebagai Sang Budha. Saat terjadi gempa, dinding sebelah timur stupa induk ini runtuh, menampakan sebuah ruang kosong di dalamnya. Kekosongan ini dibuat sengaja untuk mencerminkan jiwa Sang Budha yang tidak lagi memiliki nafsu.
Langganan:
Postingan (Atom)