16 Februari 2010
AKHIRNYA KE MONAS JUGA
Meskipun lahir dan besar di Jakarta, aku baru pertama kali menginjakan kaki di Monas ya kemarin itu bersama rombongan penerima penghargaan Menlu, kasian deh gue …. ?
masih tidak percaya ketika aku menegaskan bahwa aku juga belum pernah ke Monas selama ini kepada teman-teman serombongan, yang sebagian besar orang asing tapi aku tidak perduli karena yang penting tujuan aku tercapai, Sang Guide telah mengantar kami ke Monumen Nasional yang bersejarah itu.
Kami tiba di Monas sekitar jam 10 lebih setelah selesai makan pagi di Hotel, matahari tiba tiba muncul dan menjadi sangat panas ketika kami berhenti di parkiran Monas.
Setelah membeli karcis masuk masing masing seharga Rp 3,500 kami berjalan kaki melalui jalan penghubung dibawah tanah menuju bangunan Monas.
Puas mengambil gambar di pusat bangunan yaitu ruangan besar dengan diorama di sekeliling tembok yang memperlihatkan miniatur cikal bakal negara Indonesia dari berbagai kerajaan di nusantara, kami pun ingin melanjutkan ke puncak bangunan yaitu pelataran yang tepat berada di bawah emas Monas seberat 12 kg yang terkenal itu.
Baru saja berdiri di antrian yang lumayan panjang, tepat jam 12, kami mendengar pengumuman bahwa loket karcis untuk menuju ke puncak Monas sudah ditutup.
Awalnya kami merasa beruntung karena sempat membeli karcis masing masing seharga Rp 7,500 untuk dewasa sebelum loket ditutup namun setelah mengantri kebih dari satu jam dan mendapat informasi bahwa lift yang menuju ke puncak hanya ada satu, aku sempat berniat mengurungkan keinginan kami ke atas.
Devendra (sang guide) juga mengingatkan bahwa kami sudah jauh mengantri jadi sayang jika kami memutuskan pulang karena belum tentu dalam 5 tahun ke depan kami punya kesempatan lagi untuk ke Monas (lebay ya…. tapi memang demikian koq, biasanya semakin mudah kita pergi ke suatu tempat semakin malas kita untuk ke sana).
Akhirnya setelah 2 jam lebih mengantri, kami sampai juga di lift itu. Alangkah terkejutnya aku ketika petugas lift membiarkan 13 orang dewasa termasuk dirinya berada di lift. Lima menit di dalam lift itu sama lamanya dengan mengantri masuk lift buat aku. Aku tambah kaget ketika keluar dari lift, aku melihat lagi antrian orang yang ingin turun meskipun tidak sepanjang antrian yang naik namun tak urung, aku jadi berniat lebih lama berada diatas.
Masjid Istiqlal dan gedung yang kami kenal terlihat kecil dan taman-taman bunga di sekitar Monas jauh terlihat lebih indah penataannya jika dilihat dari atas. Aku sebenarnya agak enggan untuk turun setelah puas mengambil gambar, mengingat antrian dan kondisi lift tapi kami memang tidak punya pilihan karena turun tangga sangatlah panjang jika kami ingin menggunakannya.
Untungnya antrian turun tidak begitu lama dan kami pun sudah berada di lift setelah menunggu 4 kali lift turun. Ternyata ketika turun pun petugas lift yang baru tetap tidak melarang ketika 15 orang dewasa termasuk dirinya berada di dalam lift bersama 2 anak kecil Setelah lima menit lebih yang mendebarkan, kamipun sampai di lantai 2 yaitu pelataran yang berbentuk kelopak dari bangunan monumen ini. Lagi lagi kami berhenti dan mengambil gambar di situ.
Sekilas mengenai Monumen Nasional atau yang populer disingkat dengan Monas atau Tugu Monas adalah salah satu dari monumen peringatan yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah Belanda.
Monumen Nasional yang terletak di Lapangan Monas, Jakarta Pusat, dibangun pada dekade 1961an.
Tugu Peringatan Nasional dibangun di areal seluas 80 hektar. Tugu ini diarsiteki oleh Soedarsono dan Frederich Silaban, dengan konsultan Ir. Rooseno, mulai dibangun Agustus 1959, dan diresmikan 17 Agustus 1961 oleh Presiden RI Soekarno. Monas resmi dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975.
Pembagunan tugu Monas bertujuan mengenang dan melestarikan perjuangan bangsa Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan 1945, agar terbangkitnya inspirasi dan semangat patriotisme generasi saat ini dan mendatang.
Tugu Monas yang menjulang tinggi dan melambangkan lingga (alu atau anatan) yang penuh dimensi khas budaya bangsa Indonesia. Semua pelataran cawan melambangkan Yoni (lumbung). Alu dan lumbung merupakan alat rumah tangga yang terdapat hampir di setiap rumah penduduk pribumi Indonesia.
Lapangan Monas mengalami lima kali penggantian nama yaitu Lapangan Gambir, Lapangan Ikada, Lapangan Merdeka, Lapangan Monas, dan Taman Monas. Di sekeliling tugu terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa lapangan terbuka tempat berolahraga. Pada hari-hari libur, Minggu atau libur sekolah banyak masyarakat yang berkunjung ke sini.
Bentuk Tugu peringatan yang satu ini sangat unik. Sebuah batu obeliks yang terbuat dari marmer yang berbentuk lingga yoni simbol kesuburan ini tingginya 132 m.
Di puncak Monumen Nasional terdapat cawan yang menopang berbentuk nyala obor perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35kg. Lidah api atau obor ini sebagai simbol perjuangan rakyat Indonesia yang ingin meraih kemerdekaan.
Pelataran puncak dengan luas 11x11 dapat menampung sebanyak 50 pengunjung. Pada sekeliling badan elevator terdapat tangga darurat yang terbuat dari besi. Dari pelataran puncak tugu Monas, pengunjung dapat menikmati pemandangan seluruh penjuru kota Jakarta. Arah ke selatan berdiri dengan kokoh dari kejauhan Gunung Salak di wilayah kabupaten Bogor, Jawa Barat, arah utara membentang laut lepas dengan pulau-pulau kecil berserakan. Bila menoleh ke Barat membentang Bandara Soekarno-Hatta yang setiap waktu terlihat pesawat lepas landas.
Dari pelataran puncak, 17 m lagi ke atas, terdapat lidah api, terbuat dari perunggu seberat 14,5 ton dan berdiameter 6 m, terdiri dari 77 bagian yang disatukan.
Pelataran puncak tugu berupa "Api Nan Tak Kunjung Padam" yang berarti melambangkan Bangsa Indonesia agar dalam berjuang tidak pernah surut sepanjang masa. Tinggi pelataran cawan dari dasar 17 m dan ruang museum sejarah 8 m. Luas pelataran yang berbentuk bujur sangkar, berukuran 45x45 m, merupakan pelestarian angka keramat Proklamasi Kemerdekaan RI (17-8-1945).
Pengunjung kawasan Monas, yang akan menaiki pelataran tugu puncak Monas atau museum, dapat melalui pintu masuk di seputar plaza taman Medan Merdeka, di bagian utara Taman Monas. Di dekatnya terdapat kolam air mancur dan patung Pangeran Diponegoro yang sedang menunggang kuda, terbuat dari perunggu seberat 8 ton.
Patung itu dibuat oleh pemahat Italia, Prof. Coberlato sebagai sumbangan oleh Konsulat Jendral Honores, Dr Mario di Indonesia. Melalui terowongan yang berada 3 m di bawah taman dan jalan silang Monas inilah, pintu masuk pengunjung ke tugu puncak Monas yang berpagar "Bambu Kuning".
Landasan dasar Monas setinggi 3 m, di bawahnya terdapat ruang museum sejarah perjuangan nasional dengan ukuran luas 80x80 m, dapat menampung pengunjung sekitar 500 orang.
Pada keempat sisi ruangan terdapat 12 jendela peragaan yang mengabdikan peristiwa sejak zaman kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia. Keseluruhan dinding, tiang dan lantai berlapis marmer. Selain itu, ruang kemerdekaan berbentuk amphitheater yang terletak di dalam cawan tugu Monas, menggambarkan atribut peta kepulauan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Kemerdekaan RI, bendera merah putih dan lambang negara dan pintu gapura yang bertulis naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Di dalam bangunan Monumen Nasional ini juga terdapat museum dan aula untuk bermeditasi. Para pengunjung dapat naik hingga ke atas dengan menggunakan elevator. Dari atau Monumen Nasional dapat dilihat kota Jakarta dari puncak monumen. Monumen dan museum ini dibuka setiap hari, mulai pukul 09.00 - 16.00 WIB.
Bentuk Tugu peringatan yang satu ini sangat unik. Sebuah batu obeliks yang terbuat dari marmer yang berbentuk lingga yoni simbol kesuburan ini tingginya 132 m.
Di puncak Monumen Nasional terdapat cawan yang menopang berbentuk nyala obor perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35kg. Lidah api atau obor ini sebagai simbol perjuangan rakyat Indonesia yang ingin meraih kemerdekaan.
Pelataran puncak dengan luas 11x11 dapat menampung sebanyak 50 pengunjung. Pada sekeliling badan elevator terdapat tangga darurat yang terbuat dari besi. Dari pelataran puncak tugu Monas, pengunjung dapat menikmati pemandangan seluruh penjuru kota Jakarta. Arah ke selatan berdiri dengan kokoh dari kejauhan Gunung Salak di wilayah kabupaten Bogor, Jawa Barat, arah utara membentang laut lepas dengan pulau-pulau kecil berserakan. Bila menoleh ke Barat membentang Bandara Soekarno-Hatta yang setiap waktu terlihat pesawat lepas landas.
Dari pelataran puncak, 17 m lagi ke atas, terdapat lidah api, terbuat dari perunggu seberat 14,5 ton dan berdiameter 6 m, terdiri dari 77 bagian yang disatukan.
Pelataran puncak tugu berupa "Api Nan Tak Kunjung Padam" yang berarti melambangkan Bangsa Indonesia agar dalam berjuang tidak pernah surut sepanjang masa. Tinggi pelataran cawan dari dasar 17 m dan ruang museum sejarah 8 m. Luas pelataran yang berbentuk bujur sangkar, berukuran 45x45 m, merupakan pelestarian angka keramat Proklamasi Kemerdekaan RI (17-8-1945).
Pengunjung kawasan Monas, yang akan menaiki pelataran tugu puncak Monas atau museum, dapat melalui pintu masuk di seputar plaza taman Medan Merdeka, di bagian utara Taman Monas. Di dekatnya terdapat kolam air mancur dan patung Pangeran Diponegoro yang sedang menunggang kuda, terbuat dari perunggu seberat 8 ton.
Patung itu dibuat oleh pemahat Italia, Prof. Coberlato sebagai sumbangan oleh Konsulat Jendral Honores, Dr Mario di Indonesia. Melalui terowongan yang berada 3 m di bawah taman dan jalan silang Monas inilah, pintu masuk pengunjung ke tugu puncak Monas yang berpagar "Bambu Kuning".
Landasan dasar Monas setinggi 3 m, di bawahnya terdapat ruang museum sejarah perjuangan nasional dengan ukuran luas 80x80 m, dapat menampung pengunjung sekitar 500 orang.
Pada keempat sisi ruangan terdapat 12 jendela peragaan yang mengabdikan peristiwa sejak zaman kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia. Keseluruhan dinding, tiang dan lantai berlapis marmer. Selain itu, ruang kemerdekaan berbentuk amphitheater yang terletak di dalam cawan tugu Monas, menggambarkan atribut peta kepulauan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Kemerdekaan RI, bendera merah putih dan lambang negara dan pintu gapura yang bertulis naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Di dalam bangunan Monumen Nasional ini juga terdapat museum dan aula untuk bermeditasi. Para pengunjung dapat naik hingga ke atas dengan menggunakan elevator. Dari atau Monumen Nasional dapat dilihat kota Jakarta dari puncak monumen. Monumen dan museum ini dibuka setiap hari, mulai pukul 09.00 - 16.00 WIB.
Bagi yang orang Indonesia asli kunjungan ke Monas mungkin sudah dianggap biasa, tapi kunjungan kali ini mempunyai makna lain bagi aku, karena kami didampingi oleh pemandu wisata, sehingga kita dapat mengetahui dengan jelas semua obyek yang di lihat berdasarkan keterangan dari pemandu, selama mengikuti kunjungan tersebut banyak ha-hal baru yang sebelumnya tidak pernah diketahui, sehingga lebih menambah wawasan aku.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar